FB

FB


Ads

Kamis, 11 Juli 2019

Cinta Bernoda Darah Jilid 126

“Susiok (Paman Guru), dia ini Suma Boan si jahat itu. Dia baru keluar dari gua rahasia! Mari tangkap! Dia kelihatan seperti gila!” jawab Liu Hwee, gadis itu.

Sementara itu, ketika Suma Boan mendengar percakapan pendek ini, sadarlah ia bahwa ia telah keliru sangka. Gadis itu sama sekali bukanlah Sian Eng seperti yang dikiranya, melainkan Liu Hwee, puteri ketua Beng-kauw, dan yang baru datang adalah Kauw Bian Cinjin, orang ke dua dari Beng-kauw! Tanpa banyak cakap lagi ia lalu lari tunggang langgang secepat kedua kakinya bergerak. Liu Hwee juga melompat mengejar dan terjadilah kejar-mengejar di malam buta.

Kauw Bian Cinjin juga ikut mengejar, akan tetapi hanya sebentar ia kembali lagi. Ia pikir bahwa seorang lawan macam Suma Boan, cukup ditandingi oleh Liu Hwee. Ia khawatir kalau-kalau kedatangan Suma Boan itu hanya pancingan belaka agar ia ikut pula mengejar, sedangkan siapa tahu kalau-kalau guru pemuda itu It-gan Kai-ong yang akan datang beraksi! Karena itu, Kauw Bian Cinjin tidak melanjutkan pengejarannya, melainkan melakukan perondaan di sekitar tanah kuburan Beng-kauw yang berada di atas lorong-lorong rahasia.

Demikian, seperti kita ketahui di bagian depan cerita ini, Kauw Bian Cinjin bertemu dengan Suling Emas dan Lin Lin yang berada di depan kuburan mendiang Pat-jiu Sin-ong Liu Gan. Kemudian Kauw Bian Cinjin minta bantuan Suling Emas untuk mencari-cari Liu Hwee yang belum juga tampak kembali. Suling Emas mengejar ke timur sedangkan Kauw Bian Cinjin mengejar ke utara.

Suling Emas dan Lin Lin mengejar ke timur dengan cepat. Tanpa disadari sendiri oleh gadis itu, kini ia dapat mengimbangi kecepatan Suling Emas, kemajuan yang luar biasa semerak ia mempelajari ilmu peninggalan Pat-jiu Sin-ong, terutama sekali petunjuk-petunjuk cara bersamadhi dan mengatur napas. Gadis ini tidak menyadari hal itu, akan tetapi Suling Emas dapat menduganya karena dahulu tidaklah sehebat ini gerakan Lin Lin.

Diam-diam pendekar ini menjadi amat khawatir. Ilmu ciptaan Pat-jiu Sin-ong ini hebat sekali. Baru satu jurus Soan-hong-ci-tian (Angin Puyuh Keluarkan Kilat) yang pernah dipergunakan Lin Lin ketika ia mencobanya itu saja sudah luar biasa sekali saktinya, kalau sudah terlatih matang, agaknya gadis ini akan menjadi salah satu orang sakti di dunia persilatan. Ia hanya khawatir kalau-kalau kepandaian sakti itu pada diri seorang gadis seperti Lin Lin akan menimbulkan keributan kelak. Ia tahu bahwa sesungguhnya kepandaian sebagian anugerah Thian (Tuhan) setelah jatuh pada diri manusia, menimbulkan dua macam hal bertentangan, yaitu baik dan buruk, tergantung daripada si manusia itu sendiri. Dan manusia macam Lin Lin adalah manusia yang amat aneh, sukar sekali dimengerti.

Sampai sepekan mereka mengejar, belum juga mereka mendapatkan jejak Suma Boan maupun Liu Hwee. Pada hari ke tujuh mereka sudah tiba di tapal batas wilayah Kerajaan Wu-yue dan ber-hentilah Suling Emas.

“Tiada guna,” katanya ketika mereka mengaso pada tengah hari yang panas itu di bawah pohon dalam hutan. “Tidak ada jejak mereka kesini, agaknya bukan ke timur mereka menuju. Pula Kauw Bian Cinjin sudah melakukan pengejaran, tentu akan dapat menyusul dan menyelamatkan puteri Beng-kauw. Andaikata tidak dapat menyusulnya, Suma Boan akan bisa berbuat apakah? Kepandaiannya tidak ada artinya kalau dibandingkan dengan kesombongannya.”

“Apakah kepandaian Liu Hwee itu hebat?”

Lin Lin bertanya sambil memandang wajah tampan di sebelah kanannya. Kembali rasa cemburu menggerogoti hatinya karena ia menyaksikan sendiri betapa akrab hubungan antara Suling Emas dan Liu Hwee.

“Puteri tunggal ketua Beng-kauw tentu saja mempunyai kepandaian tinggi. Selain berilmu tinggi, juga pandangannya luas dan ia selalu hati-hati dan waspada.” Suling Emas memuji-muji sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.

Seketika bibir Lin Lin cemberut.
“Sekali waktu aku ingin menandinginya, coba-coba siapa yang lebih lihai antara dia dan aku!”

Suling Emas yang tadinya duduk seperti melamun menjadi kaget, dan cepat menoleh memandang wajah gadis itu yang masih cemberut. Mulut dan mata gadis itu jelas membayangkan apa yang sedang bergejolak di dalam dada Lin Lin. Suling Emas tidak jadi menjawab, hatinya berdebar dan ia menarik napas panjang.

Melihat wajah yang begitu mirip dengan wajah kekasihnya, Suma Ceng, hampir saja pertahanan hatinya bobol. Bagaimana ia tidak dapat mencintai gadis yang wajahnya begini mirip Suma Ceng, yang wataknya begini aneh dan lincah jenaka, yang sudah pasti sekali akan mendatangkan cahaya bahagia di ruang dadanya yang gelap muram? Bagaimana takkan terobati luka-luka di hatinya, luka yang diakibatkan kegagalan cinta kasih, apabila ia menerima uluran hati gadis ini? Namun tidak! Tak mungkin ia menerima cinta kasih Lin Lin.






Ia tahu betul bahwa gadis ini mencintanya, semenjak.... semenjak peristiwa di dalam gelap di malam hari dalam kamar perpustakaan istana dulu! Semenjak ia memeluk dan mencium gadis itu tanpa disengaja karena mengira Lin Lin adalah Suma Ceng kekasihnya. Akan tetapi betapa mungkin ia menerima uluran cinta kasih itu betapapun inginnya? Gadis ini adalah adik angkatnya. Hal pertama ini sungguhpun bukan merupakan penghalang besar, namun sudah merupakan penghalang. Ke dua, gadis ini masih amat muda kalau dibandingkan dengan dia. Usia Lin Lin baru delapan belas tahun, sedangkan dia sudah berusia tiga puluh tahun! Tidak, ia harus tahu diri!

“He, mengapa kau diam saja? Bagaimana pendapatmu?”

Tiba-tiba Lin Lin menepuk lengan Suling Emas yang menjadi kaget dan sadar daripada lamunannya.

“Apa? Pendapat apa?” tanyanya, tersenyum.

“Aku bilang tadi, ingin kumenandingi Liu Hwee untuk menguji kepandaiannya!”

“Hemmm, ada-ada saja kau ini. Tidak ada alasan sedikit pun juga bagimu untuk mencari perkara dengan puteri Beng-kauwcu (ketua Beng-kauw).”

“Siapa bilang tidak ada?” Sepasang mata yang jeli dan indah itu bersinar-sinar. “Banyak sekali alasannya!”

“Hemmm, apakah kesalahannya? Apa alasannya?” Suling Emas membantah, mengerutkan kening.

“Banyak, terutama sekali karena aku tidak mau kalah olehnya!”

Suling Emas melongo. Dia seorang jagoan yang sudah banyak makan asam garam dunia kang-ouw, sudah banyak mengenal watak-watak orang aneh seperti iblis-iblis Thian-te Liok-koai. Akan tetapi sesungguhnya belum banyak pengalamannya dengan wanita, karena semenjak hatinya terluka oleh Suma Ceng yang dipaksa bercerai daripadanya dan menikah dengan orang lain, seakan-akan merupakan pantangan bagi Suling Emas untuk mendekati wanita.

Karena itu, ia sama sekali tidak mengenal watak-watak wanita dan tidak dapat menyelami lubuk hati Lin Lin. Akan tetapi melihat pandang mata yang begitu menantang dari gadis ini, pandang mata yang mengandung sinar kemesraan seperti kalau sepasang mata Suma Ceng memandangnya, Suling Emas segera menundukkan muka.

“Sudahlah,” katanya kemudian setelah menarik napas panjang untuk menenangkan hatinya yang berdebar tidak karuan, “mari kita bicarakan urusan lain yang lebih penting. Lin-moi, kurasa disini kita harus berpisah. Kulihat kau tidak rela menjadi murid Pat-jiu Sin-ong, hal ini pun tak dapat kupaksa. Akan tetapi pesanku, kau tidak boleh mempergunakan jurus-jurus ilmu yang kau dapatkan dari dalam tongkat Beng-kauw, karena kalau hal itu diketahui tokoh-tokoh Beng-kauw, kau pasti akan dimusuhi, dianggap sebagai pencuri ilmu peninggalan pendiri Beng-kauw.”

Akan tetapi Lin Lin sama sekali tidak memperhatikan atau pedulikan kalimat terakhir. Matanya terbelalak dan wajahnya berubah, karena kata-kata “berpisah” itulah yang menggores hatinya.

“Berpisah?” ia tergagap. “Kenapa....?”

Suling Emas tersenyum duka. Kembali sikap gadis yang sewajarnya ini jelas menunjukkan bahwa Lin Lin tidak ingin berpisah dari padanya. Sama dengan Suma Ceng. Hanya bedanya, kalau Suma Ceng bersikap lemah dan menerima keadaan, sebaliknya gadis ini bersikap keras, agaknya takkan mau berpisah kalau tidak ia sendiri yang menghendaki.

“Tentu saja kita harus berpisah, karena jalan kita memang tidak sama. Kau kembalilah ke Cin-ling-san menyusul kakakmu Bu Sin. Biarkan aku sendiri mencari Sian Eng. Setelah dapat bertemu, tentu dia pun akan kusuruh menyusul ke Cin-ling-san.”

“Aku ikut! Aku juga hendak mencari Enci Sian Eng sampai dapat. Kita mencari bersama, bukankah lebih baik? Aku tidak akan menyusahkanmu, biar.... biarlah aku mencari makan minumku sendiri!”

Mau tak mau Suling Emas tertawa. Benar-benar gadis ini kadang-kadang mempunyai pendapat dan jalan pikiran seperti kanak-kanak.

“Bukan begitu, Lin Lin. Banyak sekali urusan besar harus kuhadapi. Bahkan pertandingan puncak antara Thian-te Liok-koai di Thai-san sudah dekat waktunya, aku pun harus hadir di sana. Selain itu, kau melihat sendiri bahwa banyak orang kang-ouw memusuhi aku. Setiap langkahku terancam bahaya....”

“Aku tidak takut! Kalau mereka mengganggumu, aku akan hajar mereka! Apa kau kira aku ini seorang manusia yang tiada gunanya? Aku akan membantumu, juga di Thai-san!”

“Wah, kau mau menandingi iblis-iblis seperti Hek-giam-lo dan It-gan Kai-ong?”

“Aku tidak takut terhadap mereka. Aku akan memperdalam ilmu yang baru kudapatkan.”

“Hemmm, baru saja kupesan supaya kau tidak menggunakan ilmu peninggalan....”

“Kan mereka bukan orang Beng-kauw? Takut apa menggunakan ilmu peninggalan Pat-jiu Sin-ong? Malah kalau aku dapat mengalahkan mereka dengan ilmu ini, bukankah berarti aku mengangkat nama Beng-kauw dan terutama nama pencipta ilmu ini? Roh Pat-jiu Sin-ong tentu akan tertawa melihat betapa ilmunya di tangan seorang gadis seperti aku dapat mengalahkan iblis-iblis jahat!”

Suling Emas merasa kalah berdebat.
“Tak baik jadinya kalau ikut denganku, Lin Lin. Tidak bisa, kita harus berpisah. Atau.... kau boleh menanti di Nan-cao, mari kuantar sampai di Nan-cao. Kau tinggal dulu di sana, menanti sampai aku dapat menemukan Sian Eng, baru kau dan encimu pulang bersama.”

“Tidak! Sekali lagi ti...”

Tiba-tiba tangan Suling Emas bergerak dan tahu-tahu mulut Lin Lin sudah didekapnya dengan telapak tangannya. Lin Lin memandang dengan mata terbelalak kaget dan heran, akan tetapi baru ia mengerti ketika Suling Emas menaruh telunjuknya di depan mulut dan memberi isyarat agar gadis itu tidak mengeluarkan suara.

Kini baru Lin Lin melihat bahwa jauh dari depan tampak bayangan manusia berkelebat cepat sekali dan sebentar saja sudah lewat. Sukar dilihat siapa orang itu, hanya jelas tampak pakaiannya, pakaian wanita, juga bentuk tubuhnya ramping. Akan tetapi mukanya tidak tampak karena ketika lari menghadapkan muka ke sebelah sana. Yang mengagumkan adalah kecepatan larinya, seakan-akan kedua kakinya tidak menginjak tanah.

“Seperti Enci Sian Eng....” bisik Lin Lin terheran-heran.

Memang bentuk tubuh wanita itu seperti Sian Eng, akan tetapi pakaiannya bukan pakaian seorang ahli silat yang serba ringkas melainkan pakaian seorang wanita dusun atau petani yang sederhana. Juga wanita itu rambutnya panjang terurai, sungguhpun tidak sepanjang rambut Siang-mou Sin-ni, namun terurai sampai ke lutut belakang.

“Bukan, mari kita ikuti dia, mencurigakan sekali....!” kata Suling Emas yang sudah melompat dan mengejar.

Lin Lin terpaksa mengejar juga. Dengan sekuat tenaga Lin Lin mengerahkan gin-kang dan berusaha lari mengimbangi kecepatan Suling Emas. Akan tetapi kali ini ia tertinggal, karena Suling Emas betul-betul berlari cepat kini. Baru ia tahu bahwa kepandaiannya dalam berlari cepat masih kalah sedikitnya dua tingkat oleh pendekar yang dikasihinya itu.

Sesungguhnya tidak demikian. Hanya karena belum matang dalam latihan ilmunya yang baru, maka Lin Lin masih kalah jauh. Namun sudah banyak maju kalau dibandingkan dengan sebelum ia mendapatkan ilmu itu.

Tiba-tiba Suling Emas berhenti ketika melihat Lin Lin tertinggal jauh. Ketika gadis itu sudah datang dekat, ia berkata.

“Hebat ilmu lari cepat orang itu. Lin-moi, kau pegang tanganku!”

Tak usah menanti diperintah dua kali, Lin Lin menyambar tangan kiri Suling Emas. Kalau boleh ia tak ingin melepas tangan itu untuk selamanya! Akan tetapi tak sempat ia bermimpi muluk karena segera tubuhnya tersentak keras ke depan dan di lain saat ia terpaksa harus mengerahkan ginkangnya lagi karena Suling Emas sudah membawanya lari seperti terbang cepatnya! Namun, bayangan wanita di depan itu tetap tak dapat tersusul. Hal ini saja membuktikan betapa ilmu lari cepat wanita di depan itu betul-betul sudah mencapai tingkat yang luar biasa. Lin Lin merasa kagum sekali dan ia pun ingin segera melihat siapa sebenarnya wanita itu.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar