FB

FB


Ads

Kamis, 06 Juni 2019

Cinta Bernoda Darah Jilid 052

Harus diakui bahwa pemuda ini mempunyai hubungan yang amat luas dan di sekitar kota raja, boleh dibilang di setiap dusun dan kota ia tentu mengenal seorang tokoh. Inilah sebabnya mengapa dalam waktu dua hari saja ia telah berhasil dalam penyelidikannya dan dengan hati girang pagi-pagi itu ia menuju ke kuil.

Selama dua hari ini ia tidak pernah beristirahat dan dalam hal wajah dan rambut kusut agaknya ia tidak usah kalah oleh Lin Lin! Mendengar pertanyaan membanjir keluar dari mulut dara pujaan hatinya itu, ia tersenyum girang. Namun hanya sebentar saja ia tersenyum karena ia segera teringat bahwa biarpun ia sudah berhasil mendapatkan berita tentang Bu Sin, namun bukanlah berita baik yang dapat disampaikan kepada Lin Lin dengan senyum gembira!

“Lin-moi, aku sudah berhasil mendengar berita tentang kakakmu itu, akan tetapi sebelumnya kuharap kau akan tenang dan percayalah kepadaku bahwa aku selalu akan membantumu mencari dan menyusul kakakmu, biarpun untuk itu aku harus menyeberangi samudera api....”

“Aku tahu kau akan membantuku, tapi bukan itu yang ingin kudengar. Lekas katakan, bagaimana dengan Sin-ko?” Lin Lin memotong, habis sabar.

Dengan muka duka Bok Liong berkata.
“Menurut kabar yang kudapat, agaknya kakakmu itu terjatuh ke dalam tangan Siang-mou Sin-ni, Si Iblis Betina yang amat lihai. Tapi percayalah, kakakmu tidak dibunuh. Aku sudah cukup mengenal watak iblis betina itu. Dia sedang meyakinkan sebuah ilmu hitam yang amat ganas dan syaratnya adalah menghisap darah jejaka hidup-hidup. Banyak sudah yang menjadi korbannya dan aku yakin bahwa kakakmu tidak menjadi korbannya karena biasanya ia meninggalkan mayat laki-laki yang dihisapnya sampai mati. Kakakmu lenyap dan jejaknya menyatakan bahwa dia dijadikan tawanan Siang-mou Sin-ni. Menurut keterangan yang kukumpulkan, aku tahu bahwa iblis itu pergi ke Nan-cao untuk menghadiri perayaan Agama Beng-kauw. Maka, tenanglah dan mari kau ikut denganku ke Nan-cao, kita kejar siluman itu dan dengan tenaga kita berdua, kiraku kita akan dapat merampas kembali kakakmu.”

Mendengar cerita Bok Liong, Lin Lin terkejut sekali. Akan tetapi otaknya bekerja dan ia segera menjawab,

“Liong-twako, kau benar-benar baik sekali. Terima kasih atas pertolonganmu. Karena sudah jelas bahwa Sin-ko ditawan Siang-mou Sin-ni dan dibawa ke Nan-cao, biarlah aku sendiri yang akan mengejar iblis itu dan merampas Sin-ko.”

“Wah, kau tidak tahu! Siang-mou Sin-ni adalah seorang diantara Thian-te Liok-koai, seorang diantara Enam Iblis yang kepandaiannya luar biasa sekali, tidak di sebelah bawah tingkat It-gan Kai-ong!”

“Apakah lebih sakti daripada Suling Emas?”

Tanya Lin Lin dengan sikap dingin, seakan-akan ucapan Bok Liong tadi “bukan apa-apa” baginya.

“Kalau dengan dia.... ah.... sukar dikatakan....”

“Nah, menghadapi Suling Emas saja aku tidak takut. Apalagi segala macam manusia iblis seperti Siang-mou Sin-ni? Liong-twako, harap kau jangan banyak membantah. Bukankah kau sudah bilang bahwa kau suka sekali membantu dan menolongku?”

“Tentu saja! Karena itulah aku akan mengantarmu mengejarnya.”

“Tidak, Twako. Kau tidak tahu. Kita membagi tugas sekarang. Ketahuilah bahwa Enci Sian Eng juga lenyap! Baru malam tadi ia lenyap.”

“Apa....?”

Bok Liong berseru kaget dan memandang dengan mata terbelalak, lalu menggaruk-garuk belakang telinga yang tidak gatal. Benar-benar tiga saudara ini orang-orang yang aneh sekali, selalu lenyap seperti barang kecil berharga saja. Apakah mereka itu tidak mampu menjaga diri sendiri sehingga mudah hilang?

“Karena itulah, Twako. Aku minta bantuanmu sekarang, kuminta sungguh-sungguh agar supaya kau suka mencari jejak Enci Sian Eng. Kalau kau sudah dapat menemukannya dan dia dalam keadaan selamat, barulah kau boleh menyusulku. Aku akan mengejar jejak Sin-ko yang diculik iblis betina itu.”






Sebenarnya Bok Liong kecewa sekali, akan tetapi tentu saja ia tidak dapat menolak, apalagi dara pujaan hatinya itu mengajukan permintaan dengan suara penuh permohonan dan sinar mata mengharap.

“Baiklah, aku akan cepat mencari dan menemukannya, kemudian aku akan menyusulmu ke Nan-cao. Kuharap saja kau tidak akan berjumpa dengan Siang-mou Sin-ni sebelum aku berada di dekatmu untuk membantu.”

Bok Liong berpamit dan keluar dari situ, akan tetapi sampai di pintu ia menengok dan suaranya menggetar ketika ia berkata,

“Lin-moi, kau melakukan perjalanan seorang diri mengejar orang sejahat iblis, kau berhati-hatilah, jaga dirimu baik-baik.”

Lin Lin tersenyum. Ia menganggap pemuda ini baik sekali kepadanya, seperti kakak sendiri. Tentu saja ia tidak dapat menduga bahwa suara tadi keluar dari lubuk hati dan mengandung rasa kasih yang besar dan mendalam.

“Oya, Twako, kau lupa. Kalau kau bertemu dengan Enci Sian Eng, kau harus ajak dia sekalian menyusulku. Sekali lagi terima kasih, Liong-twako. Kau seorang yang amat baik dan aku takkan melupakan budimu.”

Tentu saja hati Bok Liong menjadi girang bukan main. Dara pujaannya itu takkan melupakan budinya! Bukankah ini merupakan sebuah janji tersembunyi! Sama sekali pemuda yang jujur ini tidak tahu bahwa di dalam hati Lin Lin, gadis ini mengharapkan merangkapnya hati encinya dengan pemuda yang amat baik dan gagah ini!

Baru saja Bok Liong pergi, terdengar suara,
“Dia telah bersikap baik sekali, tapi yang dibaiki tidak tahu diri!”

Lin Lin cepat menengok dan.... Suling Emas telah berdiri disitu. Seketika kegelisahan yang membayangi wajah cantik itu lenyap terganti cahaya berseri pada matanya dan warna merah pada kedua pipinya.

“Apa kau bilang? Liong-twako memang baik sekali orangnya dan siapa bilang aku tidak tahu diri?”

Suling Emas menarik napas panjang, menyembunyikan gelora dadanya yang aneh sekali baginya. Mengapa melihat wajah gadis cilik ini di waktu pagi, mengingatkan ia akan setangkai bunga mawar dalam hutan yang masih basah oleh embun pagi dan yang selalu mendatangkan rasa aman tenteram di hatinya? Lalu katanya acuh tak acuh agar gelora hatinya terselimut,

“Dia cinta padamu dan menghendaki kau pergi bersamanya. Ah, kau suka menyiksa hati orang....”

Sepasang pipi itu menjadi makin merah dan jantung Lin Lin berdebar. Seperti dibuka kedua matanya oleh ucapan Suling Emas ini. Lie Bok Liong mencintanya? Ucapan tentang cinta ini membuat ia memandang Suling Emas lebih teliti lagi, karena perasaan wanitanya membuka rahasia hatinya sendiri. Bok Liong boleh seribu kali mencintanya, akan tetapi ia hanya dapat mencinta seorang saja, yaitu.... Suling Emas!

Lin Lin terkejut dan sekuat tenaga batinnya menolak perasaan ini, membantah, namun ia hanya berhasil melawannya pada lahirnya belaka, adapun hatinya makin erat terpikat dan terikat, makin hebat terlihat jaring cinta kasih!

“Siapa peduli tentang.... cin.... cinta? Bagaimana kau menuduh secara buta tuli bahwa aku menyiksa hati orang? Hanya Liong-twako yang kupercaya penuh untuk mencari Enci Sian Eng yang lenyap....”

“Lenyap....?” Suling Emas memandang tajam.

“Hemmm, kau tidak tahu. Enci Eng pergi tanpa pamit, entah kemana. Pakaian dan pedangnya dibawa, tentu pergi jauh. Aku minta tolong kepada Liong-twako untuk pergi mencarinya karena aku sendiri hendak pergi mengejar jejak Bu Sin koko yang diculik oleh Siang-mou Sin-ni.”

“Apa....?” Kali ini Suling Emas mengerutkan keningnya, “Dari mana kau tahu?”

“Liong-twako memang baik dan hebat!” Lin Lin sengaja memuji-muji di depan Suling Emas. “Dalam dua hari saja ia berhasil mendapat keterangan bahwa Sin-ko telah dibawa pergi oleh seorang iblis betina berjuluk Siang-mou Sin-ni dan dibawa ke Nan-cao. Karena itu, kebetulan sekali bahwa kita pun akan pergi ke Nan-cao sehingga kita dapat mengejar iblis itu dan sekalian mencari tahu tentang Kakak Bu Song dan musuh besarku.”

Wajah Suling Emas kelihatan serius sekali,
“Non....”

“Wah, kau canggung benar. Repot aku kau sebut nona-nona segala macam. Sebut saja namaku, kau kan sudah tahu namaku? Aku sendiri karena tidak tahu siapa namamu, akan menyebut kau Suling Emas begitu saja, atau.... Si Suling saja karena kau memang tinggi janggung seperti suling.”

Kembali sepasang mata itu berkilat dan untuk beberapa detik wajah yang serius itu berseri. Akan tetapi hanya sebentar dan kembali wajahnya muram.

“Lin Lin, kali ini kau jangan main-main. Kau tidak tahu, tidak mengenal Siang-mou Sin-ni. Dia benar-benar iblis yang jahat, malah dia seorang di antara Thian-te Liok-koai. Kakakmu terjatuh di dalam tangannya, berbahaya sekali....”

“Maka kita harus lekas mengejarnya. Hayo kita berangkat.... eh, nanti dulu, aku belum berganti pakaian dan cuci muka.... bersisir....”

“Apa kau kira kita akan pergi ke pesta? Begitu saja sudah cukup ambil bekalmu dan kita berangkat!”

“Tapi.... tapi....”

Lin Lin tak dapat melanjutkan kata-katanya karena Suling Emas sudah memutar tubuh dan keluar dari kuil itu. Terpaksa ia tergesa-gesa memasuki kamarnya, menyambar buntalan pakaian yang sudah ia persiapkan, membawa pedangnya dan berjalan cepat keluar. Ia berpamit kepada pimpinan kuil sambil menghaturkan terima kasih, kemudian ia berlari keluar. Kiranya Suling Emas tidak menantinya dan sudah berjalan pergi beberapa ratus meter jauhnya.

“Heeeiiiii, tunggu....!” teriaknya sambil berlari mengejar.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar