FB

FB


Ads

Kamis, 06 Juni 2019

Cinta Bernoda Darah Jilid 053

Suling Emas berjalan terus tanpa menengok. Dari belakang tampaknya orang aneh itu hanya berjalan biasa, kedua kakinya bergerak melangkah lambat-lambat. Akan tetapi anehnya, betapapun cepatnya kedua kaki kecil Lin Lin bergerak lari sipat kuping, tetap saja jarak antara mereka tiada perubahan, kira-kira tiga ratus meter jauhnya!

“Hemmm, kini kau akan menguji ilmu lari cepat?”

Lin Lin mengomel gemas, lalu ia mengerahkan seluruh tenaga gin-kang dan menggunakan tenaga kesaktiannya, yaitu Khong-in-ban-kin yang dapat membuat ia bergerak laksana burung walet terbang cepatnya.

Diam-diam Suling Emas terkejut dan juga kagum. Kemudian ia pun mempercepat gerakannya. Lin Lin terus mengejar, penasaran bukan main ketika dari belakang Suling Emas tetap saja kelihatannya seperti orang berjalan biasa. Lebih dua jam mereka berkejaran ini sampai lewat puluhan li jauhnya. Setelah Lin Lin bermandi keringat dan napasnya mulai memburu barulah ia dapat menyusul. Suling Emas berhenti dan memandangnya, pandang mata yang jelas membayangkan kekaguman.

“Huh.... huh.... kau kira aku tidak mampu mengejarmu? Huh.... huh.... semua orang boleh menganggapmu hebat.... tapi.... huh.... huh.... bagiku biasa saja....” Di antara napasnya yang senin-kemis itu Lin Lin mengejek dan menyombong.

Suling memandang tajam. Dia ini sama sekali tidak nampak lelah. Wajahnya biasa saja tidak tampak setetes pun peluh dan napasnya juga panjang-panjang biasa,

“Lin Lin, ilmu yang kau warisi dari Kim-lun Seng-jin ini hebat. Sayang sekali....”

“Sayang? Apanya yang sayang?”

“Sayang kau tidak menghargainya sehingga kau menjadi tolol dan sombong!”

Lin Lin menggigit bibirnya, kedua tangannya dikepal dan sudah gatal-gatal tangannya untuk menerjang dan menyerang untuk melampiaskan kemendongkolan hatinya. Sepasang matanya bersinar-sinar seakan hendak menelan orang di depannya itu hidup-hidup. Akan tetapi ia menahan perasaannya karena ingin sekali ia mendengar arti pernyataan yang tak dimengertinya itu.

“Kalau benar aku tolol dan sombong, mengapa sayang? Apa pedulimu dan apa hubungannya dengan ilmu yang kupelajari dari Kim-lun Seng-jin?”

“Seorang anak-anak yang goblok tidak akan tahu akan harganya sebuah mustika dan akan menganggapnya batu biasa saja dan dipakai main-main. Kau pun tidak dapat menghargai ilmu warisan dari Kim-lun Seng-jin sehingga kau main-main dengan ilmu itu, maka kau tolol. Orang yang menganggap diri sendiri sudah hebat tiada bandingnya, dia adalah seorang sombong dan kau juga selalu mau menang sendiri, tidak menghargai orang lain maka kau sombong juga. Sayang ilmu yang hebat itu jatuh ke tangan orang tolol dan sombong, kalau tidak, dengan melatihnya secara tekun dan mendalam, agaknya takkan mudah lagi kau mengalami penghinaan dari orang lain.”

“Siapa berani menghina aku kecuali kau? Putera Mahkota sendiri menganggap aku sederajat dan setingkat dengannya, mengajak aku bercakap-cakap seperti sahabat. Tapi kau.... huh, kaulah yang sombong!”

“Putera Mahkota? Betulkah kau bertemu dengan Putera Mahkota? Yang mana, jangan-jangan hanya dengan seorang bangsawan muda macam Suma Boan.”

“Huh, apa aku tidak bisa membedakan mana Pangeran Mahkota dan Pangeran Brengsek biasa? Aku memasuki taman bunganya ketika mencari gedung perpustakaan, dan aku bercakap-cakap dengannya. Dia suka sekali akan ikan emas, mempunyai sebuah pagoda yang penuh dengan tempat-tempat ikan dari kaca! bagus bukan main!”

Sepasang mata Suling Emas terbelalak. Makin heranlah ia menghadapi dara remaja ini,
“Kau benar-benar telah bertemu dengan Pangeran? Tahukah kau bahwa beliau itu adalah adik Sri Baginda dan merupakan calon pengganti Sri Baginda?”

“Tentu saja aku tahu, aku sudah mengobrol dengan dia seperti sahabat, tapi kusangka dia itu tadinya putera Kaisar.”

Suling Emas menggaruk-garuk hidungnya yang tidak gatal. Benar-benar hampir tak mungkin dapat dipercaya seorang gadis liar seperti ini bercakap-cakap seperti sahabat dengan pangeran mahkota! Akan tetapi ia, biarpun belum lama bertemu dengan Lin Lin, sudah dapat merasa yakin bahwa bocah seperti ini tidak bicara bohong, dan percaya pula bahwa di depan pangeran mahkota, malah di depan kaisar sendiri agaknya tidak mau bersikap merendah dan menganggap mereka itu orang-orang biasa seperti dia!

“Kau benar-benar seorang gadis hebat!” Inilah suara hatinya, akan tetapi tanpa disadari keluar pula dari mulutnya.

Berkembang lubang hidung Lin Lin mendengar ini dan sekaligus kemengkalan hatinya karena dimaki tolol dan sombong tadi lenyap seperti embun terusir sinar matahari. Ia tersenyum manis sekali dan berkata dengan mata tajam mengerling.

“Kau pun seorang laki-laki yang hebat!”

Terkejutlah Suling Emas, seakan-akan ditampar mukanya. Pipinya menjadi merah dan ia cepat memalingkan muka, menghindarkan diri dari sambaran kerling setajam gunting dan senyum semanis madu. Tapi jantungnya berdenyut aneh dan dengan batinnya yang sudah terlatih, matang dan teguh itu ia cepat dapat mengusir perasaan yang tidak semestinya itu.

“Marilah kita lanjutkan perjalanan. Perjalanan ini masih jauh, di samping itu, kita harus berusaha menyusul Siang-mou Sin-ni, kalau saja belum terlambat....”

Ucapan ini sekaligus menyadarkan Lin Lin yang tadinya terayun kebungahan hati yang ditimbulkan oleh pujian Suling Emas yang mengatakan dia gadis hebat.

“Apa.... apakah kau anggap Bu Sin koko berada dalam bahaya?”

“Hemmm, sukar dikatakan. Akan tetapi yang jelas, Siang-mou Sin-ni adalah seorang wanita yang kejam seperti iblis.”

“Akan kubunuh dia! Kalau Sin-ko dia ganggu, akan kubunuh dia!” Lin Lin berteriak marah dengan semangat menggelora.

Biarpun diam-diam Suling Emas menganggap pernyataan ini amat menggelikan mengingat lihainya Siang-mou Sin-ni dan “mentah”nya Lin Lin, namun ia maklum bahwa pernyataan ini terdorong oleh keberanian yang luar biasa. Ia percaya bahwa Lin Lin pasti akan membuktikan ancamannya, biarpun untuk itu harus berkorban nyawa. Ia sudah menyaksikan ketabahan hati Sian Eng ketika dikubur hidup-hidup oleh Hek-giam-lo, akan tetapi agaknya adiknya ini lebih tabah dan berani lagi, mendekati nekat!

“Kita lihat saja nanti, mudah-mudahan kakakmu masih selamat. Mari!”

Tanpa mengenal kasihan Suling Emas mengajak Lin Lin berlari lagi cepat-cepat, agaknya ia tidak peduli bahwa gadis itu sudah kelihatan amat telah. Lin Lin juga tidak sudi menyerah mentah-mentah, malu untuk mengaku bahwa ia lelah dan kehabisan napas tadi.

Kini, setelah lelahnya berkurang karena sudah mengaso, ia mengerahkan Khong-in-ban-kin lagi dan berlari secepat terbang. Ia sama sekall tidak sadar bahwa perbuatan Suling Emas ini sama sekali bukan karena kejam, melainkan karena disengaja, yaitu bahwa orang sakti itu hendak memaksa ia melatih Khong-in-ban-kin tanpa sengaja.

Dengan berlari-lari seperti itu, perjalanan dilakukan cepat sekali. Lin Lin ingin sekali mengajak teman seperjalanan ini bercakap-cakap, ingin ia tahu lebih banyak tentang diri Suling Emas, akan tetapi ia tidak diberi kesempatan dan ia pun seorang gadis yang berhati keras. Malu dan pantang mundur, dengan nekat ia berlari terus mengimbangi kecepatan Suling Emas.

**** 053 ****





Tidak ada komentar:

Posting Komentar