“Bandel!”
Siang-mou Sin-ni berteriak marah dan melelapkan kepala Bu Sin sampai pemuda ini menjadi pingsan. Baru ia angkat tubuh itu ke atas daratan, memegangi punggungnya dan membalikkan kepala Bu Sin ke bawah, menepuk perutnya sehingga dari mulut pemuda itu keluar banyak air!
Ketika Bu Sin sadar daripada pingsannya, ternyata ia telah berada di tempat yang amat tinggi, di atas pohon yang tingginya lebih dari sepuluh meter! Pakaiannya sudah kering kembali dan ternyata ia digantungkan di sebuah cabang patah, bajunya digantung dari belakang sehingga tubuhnya tergantung menempel batang pohon yang kasar, ia berusaha menggerakkan kaki tangan, namun sia-sia. Kiranya ia telah tertotok pula, tak mampu bergerak.
Baju dalamnya sudah tidak ada, agaknya disobek oleh perempuan iblis itu sehingga ketika bajunya tergantung pada cabang pohon, perut dada serta lehernya telanjang. Perempuan itu duduk di atas sebatang dahan kecil di depannya. Luar biasa sekali. Bagaimana seorang manusia, dapat duduk enak-enak di atas ranting demikian kecilnya seperti seekor burung saja? Bagaimana kalau ranting itu patah?
Siang-mou Sin-ni duduk merangkapkan jari-jari tangan, kakinya bergoyang-goyang tergantung, rambutnya riap-riapan, hitam halus mengkilap, matanya meram melek ketika ia menatap wajah Bu Sin. Nampaknya wanita itu terheran-heran, kagum, juga jengkel dan kehilangan akal.
“Bu Sin koko, kau buka matamu dan pandang baik-baik. Apakah aku tidak cantik molek? Lihat kulitku begini putih kemerahan dan halus, lihat rambutku begini panjang hitam, halus dan harum. Tubuhku padat dan denok. Semua orang bilang wajahku cantik seperti bidadari. Apakah kau menganggap aku kurang cantik?”
Bu Sin mendongkol sekali. Benar-benar wanita iblis dan ia lebih senang seribu kali mati daripada harus menjadi suami iblis macam ini.
“Huh, Siang-mou Sin-ni, kau kira aku Kam Bu Sin seorang laki-laki macam apakah? Kau memang cantik jelita, akan tetapi apa artinya cantik jelita kalau wataknya busuk dan jahat seperti iblis? Apa artinya buah yang tampak indah dan lezat kalau di dalamnya tersembunyi banyak ulatnya yang menjijikkan? Kecantikan hanya terbatas pada kulit belaka, di bawahnya hanya daging dan darah yang lekas membusuk dan di dalam sendiri hanya tengkorak yang menjijikkan! Aku tidak butuh kecantikanmu, dan aku muak melihat kejahatanmu!”
“Ck-ck-ck.... semuda ini sudah bisa bicara tentang jahat dan baik! Hi-hik, kau seperti anak kecil yang muntah-muntah melihat tahi, tidak tahu bahwa di dalam perutnya sendiri penuh tahi. Hi-hi-hik, kau kira aku tak dapat menundukkanmu? Masih banyak jalan.”
Ia lalu berkelebat pergi, tapi belum lebih lima menit ia telah kembali, membawa daun lebar penuh madu lebah. Ia lalu memercik-mercikkan madu itu pada muka, leher, dada, perut dan kedua lengannya, kemudian sambil tertawa-tawa ia melempar daun itu dan duduk kembali seperti tadi.
Bu Sin tidak mengerti apa kehendak wanita ini. Ia maklum bahwa wanita ini kejam sekali dan ia sudah siap menanti datangnya siksaan, akan tetapi apa maksudnya memercik-mercikkan madu kepadanya? Apakah madu ini mengandung racun sehingga sebentar lagi aku akan merasakan akibatnya?
Bermacam-macam dugaan Bu Sin, akan tetapi baru sepuluh menit kemudian ia mengerti apa artinya madu dipercikkan itu dan ia bergidik penuh kengerian. Kiranya semut-semut besar mulai berdatangan melalui batang, cabang, ranting dan daun-daun, dan tak lama kemudian semut-semut itu telah merayap di seluruh tubuhnya, menggigitnya!
Bu Sin menggeliat-geliat, geli dan gatal. Bukan main hebatnya siksaan ini. Tadi ketika ia dilelapkan di dalam air yang dingin, sebentar saja ia tidak kuat dan pingsan. Kalau pingsan, tidak ada derita lagi, tidak terasa. Akan tetapi sekarang lain lagi. Semut-semut ini menggigit, mendatangkan rasa gatal-gatal dan geli yang bukan main hebat penderitaannya.
Akan tetapi yang paling hebat di antara segala adalah kenyataan bahwa ia tidak akan menjadi pingsan karenanya! Ia akan terus sadar untuk merasakan penderitaan ini, yang membuat seluruh urat syarafnya tegang dan terganggu, membuat perasaannya tersiksa mati tidak hidup pun tidak. Tak tertahankan lagi oleh Bu Sin, ia mulai berteriak-teriak menahan perasaan yang tak dapat dilukiskan lagi penderitaannya!
“Hayo bilang bahwa kau mau menjadi suamiku dan aku akan membebaskanmu!”
Berkali-kali Siang-mou Sin-ni berkata membujuk. Hanya kata-kata inilah yang kadang-kadang menjadi penguat semangat Bu Sin, karena ia lalu memaki-makinya dan untuk sementara melupakan penderitaannya. Akan tetapi kalau wanita itu diam saja dan duduk menonton, ia tersiksa lagi, akhirnya Bu Sin tertawa-tawa, lalu menangis, tertawa lagi seperti orang gila karena penderitaannya yang tak tertahankan. Kalau diteruskan beberapa jam lagi, ia tentu akan menjadi gila benar-benar.
Agaknya Siang-mou Sin-ni memaklumi hal ini, maka ia lalu mengusir semut-semut itu memanggul tubuh Bu Sin dan melompat turun dari atas pohon, lalu berlari cepat sekali pergi dari situ.
Bu Sin meramkan matanya, merasa seperti dibawa terbang oleh wanita sakti yang berhati iblis ini. Ia tidak putus asa selama nyawanya belum melayang, akan tetapi ia bertekad lebih baik mati daripada dijadikan suami seorang iblis betina yang demikian keji dan jahatnya. Ia seorang laki-laki sejati dan nama baik serta kehormatannya jauh lebih berharga daripada selembar nyawanya. Demikianlah tekad hati pemuda jantan ini.
Akan tetapi Bu Sin adalah seorang pemuda yang masih hijau dan belum berpengalaman. Ia sama sekali tidak tahu sampai dimana jahat, keji, dan lihainya seorang tokoh besar dunia hitam seperti Siang-mou Sin-ni yang terkenal sebagai seorang di antara enam tokoh Thian-te Liok-koai (Enam Iblis Dunia)!
Selama menjadi tawanan wanita iblis ini, beberapa hari kemudian, ia telah berubah menjadi seorang yang kehilangan semangat, menjadi seorang yang tak ingat apa-apa lagi, menjadi penurut seperti binatang peliharaan, disuruh apa saja oleh Siang-mou Sin-ni, akan ditaatinya tanpa mempedulikan nyawanya sendiri, tidak ingat lagi akan nama dan kehormatan, bahkan nama sendiri pun ia tak ingat lagi. Bu Sin telah menjadi korban kekejian Siang-mou Sin-ni setelah diberi minum racun yang disebut racun perampas semangat!
Dan iblis betina itu tercapai maksud hatinya yang kotor, menjadikan Bu Sin sebagai seorang kekasihnya, suatu hal yang hanya merupakan siksaan dan hukuman karena ia tetap tidak dapat merampas cinta kasih Bu Sin, tidak dapat memiliki Bu Sin yang sebenarnya, seperti yang diinginkannya.
Bersama Bu Sin yang menjadi tawanan dan kekasihnya, yang menuruti segala kehendaknya seperti patung hidup, Siang-mou Sin-ni pergi ke selatan. Ia hendak mengunjungi Nan-cao negeri di selatan yang mengadakan persekutuan dengan Hou-han.
Biarpun Siang-mou Sin-ni seorang tokoh dunia hitam, namun bagi Kerajaan Hou-han yang kecil itu ia merupakan seorang tokoh yang patriotik dan ia bekerja untuk kerajaan ini. Oleh karena itu, tentang persekutuan dengan Kerajaan Nan-cao, Siang-mou Sin-ni sudah mendapat wewenang dan tugas untuk mengurusnya, dan kini ia pergi mengunjungi, selain untuk tugas ini, juga untuk menghadiri perayaan yang diadakan di Nan-cao berhubung dengan peringatan seribu hari wafatnya kauwcu (ketua agama) dari Beng-kauw yang mempunyai kedudukan tinggi di Kerajaan Nan-cao, juga bertepatan dengan hari ulang tahun berdirinya perkumpulan Agama Beng-kauw.
Siang-mou Sin-ni di dunia persilatan terkenal sebagai seorang di antara keenam iblis Thian-te Liok-koai, akan tetapi di negerinya sendiri, yaitu daerah Kerajaan Hou-han, orang akan menjadi terheran-heran melihat ia dihormati semua orang, juga ditakuti dan ia keluar masuk istana seperti keluar masuk rumahnya sendiri saja!
Dia merupakan seorang tokoh yang selain keji dan kejam, juga amat luar biasa anehnya, penuh diliputi rahasia dan kepandaiannya luar biasa hebatnya. Inilah yang membuat dia menjadi seorang diantara keenam Liok-koai (Enam Iblis), sifat-sifat yang harus dimiliki seorang tokoh untuk disebut iblis dunia. Banyak orang jahat, akan tetapi ia tidak sakti dan tidak luar biasa anehnya, maka ia tidak bisa disamakan dengan Thian-te Liok-koai. Keenam orang tokoh ini disebut Iblis Dunia karena memang mereka terlalu amat jahat, kejam dan tinggi ilmunya.
Alangkah buruk nasib Bu Sin, terjatuh ke dalam cengkeraman seorang iblis betina seperti Siang-mou Sin-ni. Agaknya akan lebih baik kalau ia dibunuh, karena nasib yang menimpa dirinya memang lebih hebat daripada kematian. Ia menjadi seorang manusia yang kehilangan segala-galanya. Bu Sin sama sekali tidak ingat lagi akan diri sendiri, juga ia tidak tahu kemana ia dibawa pergi oleh Siang-mou Sin-ni. Satu-satunya yang ia ketahui adalah bahwa ia harus taat kepada segala kehendak Siang-mou Sin-ni!
Siang-mou Sin-ni berteriak marah dan melelapkan kepala Bu Sin sampai pemuda ini menjadi pingsan. Baru ia angkat tubuh itu ke atas daratan, memegangi punggungnya dan membalikkan kepala Bu Sin ke bawah, menepuk perutnya sehingga dari mulut pemuda itu keluar banyak air!
Ketika Bu Sin sadar daripada pingsannya, ternyata ia telah berada di tempat yang amat tinggi, di atas pohon yang tingginya lebih dari sepuluh meter! Pakaiannya sudah kering kembali dan ternyata ia digantungkan di sebuah cabang patah, bajunya digantung dari belakang sehingga tubuhnya tergantung menempel batang pohon yang kasar, ia berusaha menggerakkan kaki tangan, namun sia-sia. Kiranya ia telah tertotok pula, tak mampu bergerak.
Baju dalamnya sudah tidak ada, agaknya disobek oleh perempuan iblis itu sehingga ketika bajunya tergantung pada cabang pohon, perut dada serta lehernya telanjang. Perempuan itu duduk di atas sebatang dahan kecil di depannya. Luar biasa sekali. Bagaimana seorang manusia, dapat duduk enak-enak di atas ranting demikian kecilnya seperti seekor burung saja? Bagaimana kalau ranting itu patah?
Siang-mou Sin-ni duduk merangkapkan jari-jari tangan, kakinya bergoyang-goyang tergantung, rambutnya riap-riapan, hitam halus mengkilap, matanya meram melek ketika ia menatap wajah Bu Sin. Nampaknya wanita itu terheran-heran, kagum, juga jengkel dan kehilangan akal.
“Bu Sin koko, kau buka matamu dan pandang baik-baik. Apakah aku tidak cantik molek? Lihat kulitku begini putih kemerahan dan halus, lihat rambutku begini panjang hitam, halus dan harum. Tubuhku padat dan denok. Semua orang bilang wajahku cantik seperti bidadari. Apakah kau menganggap aku kurang cantik?”
Bu Sin mendongkol sekali. Benar-benar wanita iblis dan ia lebih senang seribu kali mati daripada harus menjadi suami iblis macam ini.
“Huh, Siang-mou Sin-ni, kau kira aku Kam Bu Sin seorang laki-laki macam apakah? Kau memang cantik jelita, akan tetapi apa artinya cantik jelita kalau wataknya busuk dan jahat seperti iblis? Apa artinya buah yang tampak indah dan lezat kalau di dalamnya tersembunyi banyak ulatnya yang menjijikkan? Kecantikan hanya terbatas pada kulit belaka, di bawahnya hanya daging dan darah yang lekas membusuk dan di dalam sendiri hanya tengkorak yang menjijikkan! Aku tidak butuh kecantikanmu, dan aku muak melihat kejahatanmu!”
“Ck-ck-ck.... semuda ini sudah bisa bicara tentang jahat dan baik! Hi-hik, kau seperti anak kecil yang muntah-muntah melihat tahi, tidak tahu bahwa di dalam perutnya sendiri penuh tahi. Hi-hi-hik, kau kira aku tak dapat menundukkanmu? Masih banyak jalan.”
Ia lalu berkelebat pergi, tapi belum lebih lima menit ia telah kembali, membawa daun lebar penuh madu lebah. Ia lalu memercik-mercikkan madu itu pada muka, leher, dada, perut dan kedua lengannya, kemudian sambil tertawa-tawa ia melempar daun itu dan duduk kembali seperti tadi.
Bu Sin tidak mengerti apa kehendak wanita ini. Ia maklum bahwa wanita ini kejam sekali dan ia sudah siap menanti datangnya siksaan, akan tetapi apa maksudnya memercik-mercikkan madu kepadanya? Apakah madu ini mengandung racun sehingga sebentar lagi aku akan merasakan akibatnya?
Bermacam-macam dugaan Bu Sin, akan tetapi baru sepuluh menit kemudian ia mengerti apa artinya madu dipercikkan itu dan ia bergidik penuh kengerian. Kiranya semut-semut besar mulai berdatangan melalui batang, cabang, ranting dan daun-daun, dan tak lama kemudian semut-semut itu telah merayap di seluruh tubuhnya, menggigitnya!
Bu Sin menggeliat-geliat, geli dan gatal. Bukan main hebatnya siksaan ini. Tadi ketika ia dilelapkan di dalam air yang dingin, sebentar saja ia tidak kuat dan pingsan. Kalau pingsan, tidak ada derita lagi, tidak terasa. Akan tetapi sekarang lain lagi. Semut-semut ini menggigit, mendatangkan rasa gatal-gatal dan geli yang bukan main hebat penderitaannya.
Akan tetapi yang paling hebat di antara segala adalah kenyataan bahwa ia tidak akan menjadi pingsan karenanya! Ia akan terus sadar untuk merasakan penderitaan ini, yang membuat seluruh urat syarafnya tegang dan terganggu, membuat perasaannya tersiksa mati tidak hidup pun tidak. Tak tertahankan lagi oleh Bu Sin, ia mulai berteriak-teriak menahan perasaan yang tak dapat dilukiskan lagi penderitaannya!
“Hayo bilang bahwa kau mau menjadi suamiku dan aku akan membebaskanmu!”
Berkali-kali Siang-mou Sin-ni berkata membujuk. Hanya kata-kata inilah yang kadang-kadang menjadi penguat semangat Bu Sin, karena ia lalu memaki-makinya dan untuk sementara melupakan penderitaannya. Akan tetapi kalau wanita itu diam saja dan duduk menonton, ia tersiksa lagi, akhirnya Bu Sin tertawa-tawa, lalu menangis, tertawa lagi seperti orang gila karena penderitaannya yang tak tertahankan. Kalau diteruskan beberapa jam lagi, ia tentu akan menjadi gila benar-benar.
Agaknya Siang-mou Sin-ni memaklumi hal ini, maka ia lalu mengusir semut-semut itu memanggul tubuh Bu Sin dan melompat turun dari atas pohon, lalu berlari cepat sekali pergi dari situ.
Bu Sin meramkan matanya, merasa seperti dibawa terbang oleh wanita sakti yang berhati iblis ini. Ia tidak putus asa selama nyawanya belum melayang, akan tetapi ia bertekad lebih baik mati daripada dijadikan suami seorang iblis betina yang demikian keji dan jahatnya. Ia seorang laki-laki sejati dan nama baik serta kehormatannya jauh lebih berharga daripada selembar nyawanya. Demikianlah tekad hati pemuda jantan ini.
Akan tetapi Bu Sin adalah seorang pemuda yang masih hijau dan belum berpengalaman. Ia sama sekali tidak tahu sampai dimana jahat, keji, dan lihainya seorang tokoh besar dunia hitam seperti Siang-mou Sin-ni yang terkenal sebagai seorang di antara enam tokoh Thian-te Liok-koai (Enam Iblis Dunia)!
Selama menjadi tawanan wanita iblis ini, beberapa hari kemudian, ia telah berubah menjadi seorang yang kehilangan semangat, menjadi seorang yang tak ingat apa-apa lagi, menjadi penurut seperti binatang peliharaan, disuruh apa saja oleh Siang-mou Sin-ni, akan ditaatinya tanpa mempedulikan nyawanya sendiri, tidak ingat lagi akan nama dan kehormatan, bahkan nama sendiri pun ia tak ingat lagi. Bu Sin telah menjadi korban kekejian Siang-mou Sin-ni setelah diberi minum racun yang disebut racun perampas semangat!
Dan iblis betina itu tercapai maksud hatinya yang kotor, menjadikan Bu Sin sebagai seorang kekasihnya, suatu hal yang hanya merupakan siksaan dan hukuman karena ia tetap tidak dapat merampas cinta kasih Bu Sin, tidak dapat memiliki Bu Sin yang sebenarnya, seperti yang diinginkannya.
Bersama Bu Sin yang menjadi tawanan dan kekasihnya, yang menuruti segala kehendaknya seperti patung hidup, Siang-mou Sin-ni pergi ke selatan. Ia hendak mengunjungi Nan-cao negeri di selatan yang mengadakan persekutuan dengan Hou-han.
Biarpun Siang-mou Sin-ni seorang tokoh dunia hitam, namun bagi Kerajaan Hou-han yang kecil itu ia merupakan seorang tokoh yang patriotik dan ia bekerja untuk kerajaan ini. Oleh karena itu, tentang persekutuan dengan Kerajaan Nan-cao, Siang-mou Sin-ni sudah mendapat wewenang dan tugas untuk mengurusnya, dan kini ia pergi mengunjungi, selain untuk tugas ini, juga untuk menghadiri perayaan yang diadakan di Nan-cao berhubung dengan peringatan seribu hari wafatnya kauwcu (ketua agama) dari Beng-kauw yang mempunyai kedudukan tinggi di Kerajaan Nan-cao, juga bertepatan dengan hari ulang tahun berdirinya perkumpulan Agama Beng-kauw.
Siang-mou Sin-ni di dunia persilatan terkenal sebagai seorang di antara keenam iblis Thian-te Liok-koai, akan tetapi di negerinya sendiri, yaitu daerah Kerajaan Hou-han, orang akan menjadi terheran-heran melihat ia dihormati semua orang, juga ditakuti dan ia keluar masuk istana seperti keluar masuk rumahnya sendiri saja!
Dia merupakan seorang tokoh yang selain keji dan kejam, juga amat luar biasa anehnya, penuh diliputi rahasia dan kepandaiannya luar biasa hebatnya. Inilah yang membuat dia menjadi seorang diantara keenam Liok-koai (Enam Iblis), sifat-sifat yang harus dimiliki seorang tokoh untuk disebut iblis dunia. Banyak orang jahat, akan tetapi ia tidak sakti dan tidak luar biasa anehnya, maka ia tidak bisa disamakan dengan Thian-te Liok-koai. Keenam orang tokoh ini disebut Iblis Dunia karena memang mereka terlalu amat jahat, kejam dan tinggi ilmunya.
Alangkah buruk nasib Bu Sin, terjatuh ke dalam cengkeraman seorang iblis betina seperti Siang-mou Sin-ni. Agaknya akan lebih baik kalau ia dibunuh, karena nasib yang menimpa dirinya memang lebih hebat daripada kematian. Ia menjadi seorang manusia yang kehilangan segala-galanya. Bu Sin sama sekali tidak ingat lagi akan diri sendiri, juga ia tidak tahu kemana ia dibawa pergi oleh Siang-mou Sin-ni. Satu-satunya yang ia ketahui adalah bahwa ia harus taat kepada segala kehendak Siang-mou Sin-ni!
**** 048 ****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar