FB

FB


Ads

Kamis, 11 April 2019

Suling Emas Jilid 100

"Nikouw bandel! Mengapa hendak kau kangkangi sendiri ilmu itu? Apakah kau hanya ingin muda sendiri dan cantik sendiri? Ilmu seperti itu saja mengapa lebih kau hargai dari pada nyawamu?"

Su-nikouw menggeleng kepala.
"Ilmu ini adalah ilmu yang bersumber pada ilmu dari Siauw-lim-pai, ilmu menguatkan tubuh pelajaran Siauw-lim-pai yang kuperkembangkan. Merupakan rahasia Siauw-lim-pai, tak boleh sembarangan diajarkan kepada orang luar, apalagi untuk maksud buruk. Tidak, biarlah kau pergi, pinni akan mati tanpa mengeluh!"

Tiba-tiba Lu Sian tertawa.
"Hi-hik, enak saja kau ingin mati. Mana aku membiarkan kau mati begitu saja kalau kau tidak mau membuka rahasia itu? Ketahuilah, Su-nikouw, racun jarumku itu memiliki daya pembangkit nafsu birahi! Racun Ngo-tok-hwa (Lima Bunga Beracun) telah mengalir di dalam jalan darahmu. Tidak terasakah olehmu Nikouw tolol, betapa ujung hidungmu mencium bau wangi dan tulang punggungmu berdenyut keras? Sebelum mati oleh racun, kau terserang oleh rangsangan birahi dan aku akan mengerammu dalam kamar bersama seorang laki-laki yang kupaksa menemanimu. Hendak kulihat, bagaimana malunya jiwamu kalau pada saat kematianmu engkau melakukan pelanggaran yang paling besar bagi seorang pendeta wanita!"

Napas Su-nikouw terengah-engah, mukanya pucat dan matanya memandang penuh kengerian.

"Ah, jangan.... jangan....! Sebenarnya siapakah engkau ini yang begini keji?"

"Orang menyebutku Tok-siauw-kwi."

"Aahhh... kiranya engkau Tok-siauw-kwi...?"

Nikouw itu makin ketakutan karena ia pernah mendengar nama julukan ini sebagai seorang tokoh kang-ouw yang amat keji dan ganas, maka ancaman tadi bukan tak mungkin dilakukan oleh Tok-siauw-kwi yang terkenal kejam. Pula, sejak terluka tadi ia memang mencium bau harum yang aneh dan memang betul tulang punggungnya berdenyutan keras!

Tentu saja sebagai seorang tokoh Siauw-lim-pai yang lebih mementingkan pelajaran batin, nikouw ini tidak tahu tentang segala racun, dan ia tidak tahu bahwa Lu Sian sebenarnya membohong.

Siang-tok-ciam yang merah itu memang berbahaya dan racunnya cukup jahat untuk merampas nyawa korbannya, akan tetapi sekali-kali tidak akan menimbulkan gejala nafsu birahi segala. Dia sengaja mengeluarkan ancaman ini karena dengan tepat ia menduga bahwa hal seperti itu jauh lebih mengerikan dari pada kematian bagi seorang wanita pertapa yang saleh!

"Bagaimana? Aku mengenal seorang kepala rampok dalam hutan, usianya tiga puluh tahun, tubuhnya tinggi besar seperti raksasa, mukanya penuh cambang bauk dan kaki tangan serta dadanya juga penuh bulu seperti monyet. Dia tunduk kepadaku dan dia amat suka kepada wanita yang wajahnya bersih. Tentu dia akan senang sekali mendapatkan engkau yang masih kelihatan muda dan cantik ini!"

Su-nikouw bergidik. Meremang bulu tengkuknya mendengar gambaran tentang laki-laki itu. Tak tertahan lagi ia menangis, hal yang selama sepuluh tahun lebih tak pernah ia lakukan.

"Baiklah, baiklah..., kuberikan rahasia ilmu itu kepadamu."

Ia lalu masuk ke dalam kamar dan keluar lagi membawa sebuah kitab tipis tulisan tangan hasil pekerjaannya sendiri.

"Tidak mudah mencapai tingkat seperti aku," katanya. "Untuk dapat mengalahkan kerusakan kulit daging dan tulang, kau harus memiliki dasar ilmu I-kin-swe-jwe (Ganti Otot Cuci Sumsum) dan untuk pelajaran itu, menyesal pinni tidak dapat memberi karena kitabnya tersimpan di Siauw-lim-pai. Akan tetapi seorang berkepandaian tinggi seperti engkau ini tentu akan dapat mempelajarinya dengan mudah. Hanya saja, ilmu I-kin-swe-jwe yang paling hebat di dunia ini hanyalah dari Go-bi-pai, di samping Siauw-lim-pai tentu saja. Nah, setelah kau memiliki ilmu itu, engkau pelajari semedhi seperti tertunjuk dalam kitab ini, dan makan akar serta daun yang sudah tertulis lengkap pula disitu."

Cepat Lu Sian menyambar kitab itu dan membuka-bukanya sebentar. Ia percaya bahwa nikouw itu tidak akan membohonginya, maka iapun lalu mengeluarkan obat pemunah dari sakunya sambil tertawa.

"Siang-tok-ciam senjata rahasiaku memang mematikan, akan tetapi mana bisa membangkitkan nafsu birahi?"

Nikouw itu marah sekali, bangkit berdiri dan menahan diri sedapatnya untuk tidak memaki-maki. Akan tetapi setelah memberikan obat pemunahnya, Lu Sian sudah melompat keluar dan menghilang di tempat gelap sambil membawa kitab yang amat diinginkannya itu.

Su-nikouw kembali menjatuhkan diri di atas kursi dan menarik napas panjang berkali-kali.

"Su Pek Hong... Su Pek Hong.... Inilah hukumannya kalau orang tidak mentaati nasehat guru! Mendiang Suhu dahulu pernah bilang bahwa ilmu awet muda ini mengandung sifat berbahaya dan tidak baik karena menentang hukum alam! Betul kau hanya menghendaki awet muda demi kesehatan, namun wanita lain tentu akan menganggapku pesolek dan ingin cantik selalu. Dan wanita yang selalu ingin cantik seperti ingin mendapat perhatian dan pujian laki-laki. Ah, betapa memalukan. Su Pek Hong, kau sudah tua, mengapa tidak mau menerima kekuasaan alam? Jadilah nenek-nenek yang penerima, hadapilah kematian usia tua yang sewajarnya, dan tentu tidak akan mengalami hal yang begini memalukan..."

Dengan wajah duka pendeta wanita ini lalu mempergunakan obat pemunah racun yang ditinggalkan Lu Sian.

Harta benda, kepandaian, dan kekuasaan duniawi adalah anugerah, bukti kemurahan Tuhan kepada manusia. Namun dalam anugerah ini terbawa pula ujian yang amat berat. Siapa yang kuat menerima anugerah ini, ia akan dapat menikmatinya lahir batin. Sebaliknya, mereka yang tidak kuat menghadapi ujian ini, hanya akan menikmati pada lahirnya saja, sedangkan pada batinnya mereka akan mengalami kemunduran yang akan membawa mereka kepada kesengsaraan.

Namun diantara tiga macam anugerah itu, yang paling berbahaya akibatnya bagi mereka yang tidak kuat adalah kekuasaan. Harta benda dapat menjadikan orang hamba nafsunya sendiri, kepandaian dapat menjadikan orang sombong, tinggi hati dan memandang rendah orang lain. Akan tetapi kekuasaan yang timbul dari kekuatan atau pun kedudukan, amatlah berbahaya karena dapat menjadikan orang sewenang-wenang terhadap orang lain, mau menangnya sendiri saja tanpa menghiraukan tata-susila dan peri-kemanusiaan.

**** 100 ****





Tidak ada komentar:

Posting Komentar