FB

FB


Ads

Sabtu, 16 Februari 2019

Bukek Siansu Jilid 101

"Ha-ha-ha! engkau tanya siapa aku? Aku pun seorang buangan! namaku Ouw Sian Kok dari Pulau Neraka!"

Mendengar ini The Kwat Lin diam-diam merasa terkejut dan heran juga. Dia sudah mendengar dari bekas suaminya, Raja Pulau Es, bahwa para buangan di Pulau Neraka bukanlah orang-orang sembarangan, bahkan banyak di antara mereka memiliki ilmu kepandaian tinggi.

Akan tetapi karena dia percaya akan kepandaiannya sendiri, juga merasa aman berada di antara para pengawal dan lebih lagi berada di dalam istananya di kota raja, dia memandang rendah.

"Huh, kiranya adalah buangan rendah dan hina dari Pulau Neraka."

Ouw Sian Kok yang ingin mengulur waktu, kembali tertawa untuk mengalihkan perhatian The Kwat Lin.

"Ha-ha-ha! Biarpun kami para penghuni Pulau Neraka adalah orang-orang buangan, namun kiranya sukar dicari seorang pun di antara kami yang memiliki watak rendah untuk mengkhianati orang yang telah menolong dan melimpahkan kebaikan kepada kami seperti yang dilakukan olehmu, The Kwat Lin!"

"Manusia hina! Mampuslah!!"

"Sing-sing-singggg....!!"

Ouw Sian Kok maklum akan kelihaian wanita ini, maka cepat ia mengelak, menangkis dan membalas menyerang sambil mengerahkan seluruh tenaga dan kegesitannya, dan mengeluarkan ilmu-ilmu simpanannya.

Terjadilah pertandingan yang amat hebat di antara kedua orang berilmu tinggi ini. Melihat betapa Ouw Sian Kok yang memang seperti direncanakan harus menghadapi The Kwat Lin yang lihai, Liu Bwee cepat memutar pedangnya dan menghadapi pengeroyokan belasan orang pengawal itu. Pedangnya bergerak dahsyat sekali, dan dalam sepuluh jurus saja dia telah merobohkan dua orang pengawal. Yang lain tetap mengepungnya karena tidak ada seorang pun di antara mereka yang berani membantu The Kwat Lin, melihat betapa bayangan wanita itu dan bayangan lawannya lenyap menjadi satu digulung oleh sinar pedang mereka.

Mulai cemas rasa hati The Kwat Lin ketika mendapatkan kenyataan bahwa Ouw Sian Kok merupakan lawan yang berat dan seimbang dengannya. Sedangkan para rekannya itu biarpun berjumlah banyak, ternyata tidak mampu mengimbangi amukan Liu Bwee sehingga berturut-turut roboh pula beberapa orang di antara mereka!

"Cari bantuan dari benteng!"

Terpaksa The Kwat Lin berteriak keras dan mendengar ini seorang di antara para pengawal itu segera lari keluar untuk minta bala bantuan.

Melihat gelagat yang berbahaya ini, Ouw Sian Kok menjadi khawatir juga. Mengapa Swat Hong belum juga kembali?

"Lekas robohkan mereka dan bantu aku mengalahkan dia ini!"

Katanya kepada Liu Bwee ketika melihat betapa Liu Bwee tidak begitu sukar untuk mendesak para pengeroyoknya.

Liu Bwee maklum pula akan kelihaian The Kwat Lin dan tahulah dia bahwa betapapun lihainya Ouw Sian Kok, menghadapi wanita itu amat sukar untuk mencapai kemenangan. Maka dia memutar pedangnya makin cepat, merobohkan lagi tiga orang.

Pada saat itu, berkelebat bayangan yang gesit dan tampaklah Swat Hong yang membawa sebatang pedang dan di punggungnya tampak sebuah buntalan kain sutera merah.

"Ibu, aku berhasil....!" teriakan sambil menerjang maju merobohkan dua orang pengeroyok ibunya.

Melihat ini, The Kwat Lin menjadi marah sekali. Maklumlah dia bahwa dia kena diakali dan dia dapat menduga apa isi buntalan sutera merah itu, sutera merah yang amat dikenalnya. Pusaka-pusaka Pulau Es telah berada di tangan Swat Hong!

"Bedebah! Kembalikan pusaka-pusaka itu!"






Bentaknya dan tubuhnya secara tiba-tiba sekali mencelat ke arah Swat Hong, pedangnya menusuk tenggorokan tangan kirinya meraih ke arah punggung.

"Trangggg....!" Liu Bwee yang menangkis pedang The Kwat Lin, terhuyung dan hampir roboh,

Seorang pengawal menubruknya akan tetapi pengawal itu terlempar dengan dada pecah karena ditendang oleh Liu Bwee, sedangkan Swat Hong sudah dapat menangkis pedang The Kwat Lin yang kembali menyerangnya. Ouw Sian Kok sudah meloncat pula dan menerjang The Kwat Lin sehingga kembali mereka bertanding dengan hebat .

"Hong-ji, kau selamatkan dulu pusaka-pusaka itu!" tiba-tiba Liu Bwee berteriak kepada puterinya.

"Kita akan cepat menyusul pergi!" kata pula Ouw Sian Kok kepada Swat Hong.

Swat Hong yang melihat bahwa jumlah pengawal hanya tinggal lima orang dan mereka bukanlah lawan berat bagi ibunya, sedangkan Ouw Sian Kok juga dapat menahan Kwat Lin, mengangguk dan sekali berkelebat dia meloncat ke luar.

"Tahan dia.....! Jangan larikan pusaka Pulau Es....!"

Kwat Lin berteriak marah akan tetapi dia tidak dapat mengejar karena sinar pedang Ouw Sian Kok menghalanginya dengan serangan-serangan dahsyat. Terpaksa dia mengerahkan tenaganya untuk mendesak Ouw Sian Kok dan dalam kemarahan yang amat hebat ini tenaga The Kwat Lin bertambah sehingga Ouw Sian Kok berseru kaget dan mundur karena pundak kirinya berdarah, terluka sedikit kena diserempet sinar pedang kemerahan.

Ketika Swat Hong berlari cepat sekali keluar, dia terkejut setengah mati melihat sepasukan pengawal berbondong datang memasuki istana itu dari pintu luar, bersenjata lengkap, dipimpin sendiri oleh Ouwyang Cin Cu! Bingunglah dia. Pusaka memang harus diselamatkan, akan tetapi betapa mungkin dia meninggalkan ibunya yang terancam bahaya maut?

Selagi dia meragu dan mengintai dari tempat bersembunyi, tiba-tiba dia melihat berkelebatnya bayangan empat orang, dan ketika dia mengenal dua orang di antara mereka adalah Kwee Lun dan Soan Cu, dia menjadi girang sekali. Cepat dia meloncat keluar, berseru lirih,

"Kwee-toako! Soan Cu....!!"

Soan Cu dan Kwee Lun terkejut dan berhenti, juga Swi Nio dan Liem Toan Ki yang datang bersama mereka. Ketika melihat bahwa orang yang muncul dari balik pohon di luar istana itu adalah Swat Hong, Kwee Lun menjadi girang sekali, akan tetapi Soan Cu cemberut.

Bagaimana hatinya dapat merasa girang bertemu dengan dara yang menimbulkan iri di hatinya dahulu itu? Akan tetapi, Swat Hong yang girang sekali tentu saja tidak dapat melihat wajah cemberut di tempat yang remang-remang itu, maka cepat dia berkata,

"Soan Cu, Ayahmu berada di dalam, bersama ibuku, sedang dikepung para pengawal."

Seketika pucat wajah Soan Cu dan dia memandang bengong, sampai lama baru dapat berkata gagap,

"A.... Ayah.... ku....?"

"Benar! Kita harus membantunya," kata lagi Swat Hong.

"Kalau begitu tunggu apa lagi? mari kita membantu orang tua kalian!" Kwee Lun berkata.

"Nanti dulu.... siapakah dua orang ini?" Swat Hong bertanya sambil menuding kepada Swi Nio dan Liem Toan Ki.

"Namaku Bu Swi Nio, Adik Han Swat Hong. Aku sudah mendengar namamu dari kedua saudara ini dan aku merasa kagum sekali. Ketahuilah bahwa aku dahulu adalah murid The Kwat Lin, akan tetapi sekarang aku hendak mencari dan membunuhnya." Swi Nio berkata penuh semangat.

"Dan aku tadinya mata-mata Jenderal An Lu Shan, akan tetapi aku berjuang bukan untuk mencari pangkat, melainkan untuk membalas dendam. Sekarang aku hendak membantu dia.... eh, tunanganku ini untuk menghadapi The Kwat Lin."

Tiba-tiba Swat Hong bergerak maju, kedua tangannya bergerak cepat sekali, yang kanan menyerang ke arah leher Liem Toan Ki, sedangkan yang kiri menotok ke arah dada Swi Nio.

"Eiihhh...."

"Haiiiittt......!"

Toan Ki Dan Swi Nio yang terkejut sekali cepat mengelak, namun tetap saja mereka terhuyung dan hampir jatuh terdorong sambaran kedua tangan Swat Hong.

"Eh-eh.... apa yang kau lakukan itu?" Kwee Lun dan Soan Cu menegur heran dan juga marah.

"Aku hanya menguji mereka. Maafkan aku, Enci Swi Nio dan Liem-toako. Melihat tingkat kepandaian kalian, lebih baik kalian tidak ikut masuk. Musuh amat kuat, dan ada tugas yang lebih penting lagi bagi kalian, kalau benar kalian suka membantu kami dari Pulau Es."

Swi Nio dan Toan Ki yang tadinya terkejut dan marah, menjadi lega bahwa kiranya gadis yang amat lihai itu hanya menguji mereka. Biarpun ucapan itu merendahkan tingkat kepandaian mereka, namun harus mereka akui bahwa ilmu kepandaian mereka masih jauh kalau dibandingkan dengan Kwee Lun, Soan Cu, apalagi Swat Hong ini.

"Kami berdua siap membantu!" Toan Ki berkata, hampir berbareng dengan Swi Nio.

Tanpa ragu-ragu lagi karena mengkhawatirkan keadaan ibunya, Swat Hong melepaskan ikatan buntalan dari punggungnya, menyerahkannya kepada Toan Ki. Dia lebih percaya kepada Toan Ki daripada kepada Swi Nio, hal ini karena tadi dia mendengar bahwa Swi Nio adalah bekas murid The Kwat Lin!

"Inilah pusaka kami dari Pulau Es yang seharusnya kuselamatkan. Akan tetapi karena Ibuku dan Ayah Soan Cu terkurung di dalam, aku harus membantu mereka dan kuharap kalian suka menyelamatkan pusaka-pusaka ini jauh dari kota raja. Kelak, kita dapat saling bertemu di Puncak Awan Merah di tempat kediaman Tee-tok Siangkoan Houw, di Pegunungan Tai-hang-san. Nah, kalian pergilah cepat!"

Liem Toan Ki menerima bungkusan itu dengan hati kaget bukan main, juga Swi Nio terkejut dan cepat dia menyambar tangan kekasihnya.

"Mari kita segera pergi!" Kedua orang muda itu menyelinap lenyap di dalam kegelapan malam.

"Hayo kita bantu Ibu dan Ayahmu!" kata Swat Hong kepada Soan Cu.

Soan Cu mengangguk karena merasa lehernya seperti dicekik oleh sedu-sedan yang naik dari dalam dadanya. Ayahnya! Dia akan bertemu dengan ayah kandungnya yang selama hidupnya belum pernah dia lihat itu. Bertemu dalam keadaan terancam bahaya maut!

Tampak tiga bayangan berkelebat ketika Soan Cu, Swat Hong, dan Kwee Lun menyerbu ke dalam istana itu. Ketika mereka tiba di dalam, ternyata Liu Bwee dan Ouw Sian Kok telah dikepung ketat dan kini pertempuran telah berpindah ke ruang luar yang lebih lega.

Agaknya, agar dapat melakukan perlawanan dengan leluasa dan mendapat kesempatan untuk meloloskan diri, Liu Bwee dan Ouw Sian Kok telah pindah keluar dari ruangan dalam yang sempit, dan kini, dengan saling membelakangi, kedua orang itu mengamuk dengan hebat, dikepung ketat oleh para pengawal istana, sedangkan The Kwat Lin dan Ouwyang Cin Cu menonton di pinggir.

Ketika Swat Hong dan dua orang kawannya masuk, mereka melihat Kwat Lin berlari pergi ke dalam istananya. Swat Hong maklum bahwa wanita itu tentulah hendak memeriksa simpanan pusakanya, maka dia lalu menyentuh tangan Soan Cu yang sedang bengong memandang kepada laki-laki setengah tua yang mengamuk dengan gagahnya itu, dengan mata merah hampir menangis. Soan Cu sadar dan menengok.

"Kita kejar dia! Dialah yang paling jahat dan berbahaya!"

Soan Cu mengangguk dan kedua orang gadis berkelebat pergi mengejar Kwat Lin. Kwee Lun Sendiri lalu berteriak keras dan meloncat ke depan, meyerbu para pengeroyok. Sepak terjang pemuda tinggi besar ini memang hebat, tenaganya yang amat kuat itu membuat dia sekali turun tangan merobohkan empat orang pengeroyok. tentu saja kepungan menjadi buyar dan kacau.

Dan ketika mereka membalik untuk mengeroyok Kwee Lun, pemuda yang lihai ini lalu merobah tenaga dahsyat tadi dengan pukula-pukulan Bian-sin-kun, pukulan kapas yang kelihatannya lemah dan lunak namun setiap kali menyentuh tubuh para pengeroyok tentu membuat dia terguling.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar