FB

FB


Ads

Sabtu, 16 Februari 2019

Bukek Siansu Jilid 102

"Jiwi-locianpwe, saya adalah Kwee Lun, sahabat baik dari Nona Swat Hong dan Nona Soan Cu! Mereka sedang mengejar Si Iblis Betina!" teriak Kwee Lu dengan suara nyaring.

Liu Bwee dan Ouw Sian Kok terkejut dan girang sekali, terutama Ouw Sian Kok yang mendengar bahwa puterinya juga datang! Akan tetapi, malang baginya. Karena dia terlampau girang hendak melihat wajah puterinya, dia menoleh ke sana ke mari mencari-cari.

"Ouw-toako, awas....!!"

Tiba-tiba Liu Bwee berteriak dan wanita ini berusaha untuk menangkis sinar biru dari pedang Ouwyang Cin Cu.

"Trangggg.....aih.....!!"

Liu Bwee terlambat dan bergulingan untuk menyelamatkan diri, sedangkan Ouw Sian Kok terjungkal karena tamparan tangan kiri Ouwyang Cin Cu mengenai punggungnya.

"Plakk! Aughhhh.....!" Ouw Sian Kok muntahkan darah segar dari mulutnya.

"Curang....!!"

Kwee Lun membentak dan kipas di tangan kiri serta pedang di tangan kanannya menyambar ganas. Namun, dia terlalu lunak bagi Ouwyang Cin Cu dan sekali tangkis kipas itu robek dan pedangnya hampir terpental.

"Haiiiitttt.....!!" Ouw Sian Kok yang marah sekali menerjang maju dengan tangan terbuka.

Melihat serangan ganas ini, Ouwyang Cin Cu terkejut dan cepat dia meloncat mundur. Sebelum dia didesak oleh tiga orang lawan itu, para pengawal sudah mengepung lagi dan kini mereka bertiga dikeroyok dan dihujani senjata oleh puluhan orang pengawal.

"Twako..... kau.....terluka....?" Sambil mengamuk dengan pedangnya, Liu Bwee bertanya.

"Tidak apa.... mati pun aku rela.... pusaka telah diselamatkan......." kata Ouw Sian Kok. "Tapi...... tapi anakku....."

Dia tidak dapat melanjutkan kata-katanya karena harus menghadapi pengeroyokan banyak pengawal.

Sementara itu di dalam istana juga terjadi pertempuran yang mati-matian dan hebat sekli. The Kwat Lin yang melihat datangnya bala bantuan yang dipimpin sendiri oleh Ouwyang Cin Cu, setelah melihat bahwa dua orang pengacau itu terkepung ketat, lalu teringat akan pusaka yang tadi dibawa Swat Hong. Dia teringat pula akan puteranya yang sudah tidur di kamarnya, maka cepat dia meninggalkan tempat pertempuran untuk memeriksa pusaka dan puteranya.

Dilihatnya Bu Ong masih tidur nyenyak dan terjaga, maka dia cepat lari ke dalam kamarnya sendiri. Seperti telah diduganya, para penjaga sebanyak lima orang yang berada di kamarnya tewas semua dan keadaan kamarnya rusak dan kacau. Sekali saja melihat ke arah peti hitam yang terbuka di depan tempat tidurnya, tahulah dia bahwa semua pusaka telah dirampas oleh Swat Hong, seperti yang dikhawatirkannya.

"Mencari apa, wanita iblis? Pusaka Pulau Es telah aman!"

The Kwat Lin cepat menengok dan melihat Swat Hong telah berdiri di ambang pintu bersama seorang gadis lain yang tak dikenalnya. Kemarahan seperti api membakar dadanya melihat dara ini. Sambil mengeluarkan jerit melengking nyaring, dia lalu menerjang dan menggerakkan pedang merahnya.

"Cirng-trang....!!"

Pedang Swat Hong disusul pedang Coa-kut-kiam di tangan Soan Cu menangkis dan kedua orang dara itu meloncat ke belakang, ke tempat yang lebih lega. Dengan kemarahan meluap-luap The Kwat Lin meloncat keluar dan melanjutkan serangannya. Akan tetapi, setelah bergerak belasan jurus, wanita ini terkejut dan merasa menyesal mengapa dia menuruti kemarahan hatinya.






Dia berada dalam bahaya! Kiranya selain Swat Hong yang telah memiliki kepandaian hebat juga gadis yang gerakan-gerakannya liar dan ganas itu amat berbahaya, apalagi cambuk ekor ikan Phi yang meledak-ledak dahsyat. Sebentar saja dia tertekan dan terdesak. Beberapa kali dia berusaha untuk meloloskan diri, akan tetapi sambil mengejek Swat Hong selalu menutup jalan keluar dan dia terus digulung oleh sinar dua orang gadis lihai itu.

The Kwat Lin menjadi nekat. Sambil menggigit bibirnya dia menyerang dahsyat kepada Swat Hong, mencurahkan daya serangannya kepada anak tiri yang dibencinya ini. Menghadapi terjangan dahsyat yang bertubi-tubi itu, Swat Hong mundur-mundur juga.

Akan tetapi kesempatan baik ini dipergunakan oleh Sian Cu untuk menyerang dari belakang. Cambuk ekor ikan Phi meledak dua kali mengancam ubun-ubun kepala The Kwat Lin, dan ketika wanita ini mengelak kesamping sambil melanjutkan serangan pedangnya kepada Swat Hong, Soan Cu menusukkan pedangnya mengarah lambung Kwat Lin.

"Singgg....crat..... aihhhhh!!"

Kwat Lin terkejut karena biarpun dia telah mengelak, tetap saja pedang Coa-kut-kiam (Pedang Tulang Ular) itu melukai lambungnya, merobek kulit dan mendatangkan rasa nyeri dan panas dan perih sekali. Akan tetapi, wanita yang lihai ini sudah membalik sambil juga membalikkan pedangnya menyambar leher Soan Cu. Hal ini tidak disangka-sangka oleh gadis Pulau Neraka ini.

"Awas Soan Cu.....!!"

Swat Hong berseru dan pedangnya menyambar, yang diarah adalah lengan kanan Kwat Lin karena hanya dengan jalan itulah dia dapat menolong Soan Cu.

"Brettt.... crok..... aughhhh......!!"

Soan Cu terhuyung, pundaknya berlumuran darah karena terluka parah, sedangkan Kwat Lin cepat memindahkan pedang ke tangan kirinya karena lengan kanannya juga terluka parah, terbacok di bagian bahu hampir putus! Dengan kemarahan meluap-luap dia menubruk Swat Hong, namun gadis Pulau Es ini mengelak ke kiri sambil mengangkat kaki menendang lutut.

"Dukkk! Aduh....!"

Kwat Lin terbelalak ketika tahu-tahu pedang Coa-kut-kiam telah bersarang di perutnya! Kiranya ketika tadi Swat Hong menendangnya Soan Cu yang terluka dengan kemarahan meluap menubruk, maka begitu wanita itu terguling, pedangnya cepat menyambar dan menusuk perut Kwat Lin.


"Bedebah kau....!" Tiba-tiba pedang di tangan Kwat Lin meluncur.

"Soan Cu, awas....!!" Swat Hong berteriak kaget namun terlambat.

Pedang yang terlempar dari jarak dekat dan tak terduga-duga itu dilakukan dengan dorongan tenaga terakhir, tak dapat dielakkan dengan baik oleh Soan Cu dan menancap di bawah pundak sampai dalam!

"Soan Cu!" Swat Hong melompat dan pedangnya membabat.

Kwat Lin memekik dan lehernya hampir putus! Dengan cepat Swat Hong memeluk tubuh soan Cu yang tersenyum!

“Pergilah.... Aku.... aku tak berguna lagi....!" katanya.

"Omong kosong!"

Swat Hong menghardik, mencabut pedang Ang-bwe-kiam dari pundak Soan Cu. Soan Cu menjerit dan pingsan. Dengan gemas Swat Hong melempar pedang itu memondong tubuh Soan Cu, dibawanya keluar.

Betapa kagetnya ketika ia tiba di ruangan luar, pertempuran yang masih berlangsung hebat itu ternyata membuat pihak ibunya terdesak. Bahkan ibunya kelihatan terluka di beberapa tempat, juga ayah Soan Cu, yang mengamuk dengan gagah telah berlumuran darah seluruh tubuhnya. Kwee Lun juga masih mengamuk, dan hanya pemuda inilah yang belum terluka, karena Ouwyang Cin Cu menujukan serangan-serangannya kepada Liu Bwee dan Ouw Sian Kok, karena menganggap ringan kepada Kwee Lun.

"Ibu....!!"

Dengan kemarahan meluap-luap, Swat Hong meloncat, melampau para pengepung dan menurunkan tubuh Soan Cu ke atas lantai. Lalu gadis ini mengamuk dengan pedangnya, merobohkan beberapa orang pengawal. Gerakannya demikian hebat sehigga para pengepung terkejut dan gentar, bergerak mundur.

"Ibu.....!"

"Ayahhhhh.....!"

Ouw Sian Kok menghentikan amukannya dan menjatuhkan diri berlutut. Tadi dia mengira bahwa puterinya telah tewas, maka panggilan itu menggetarkan jantungnya dan membuat dia lemas.

"Kau..... kau Soan Cu.....?"

"Ayahhhhhhh..... Hu-hu-hu-huuuuu.....!!"

Soan Cu menangis dalam rangkulan ayahnya yang juga bercucuran air mata. Baru pertama kali Ouw Sian Kok dapat mencucurkan air mata.

"Wutttt..... trangggggg......!!"

Dua batang golok terpental oleh tangkisan Ouw Sian Kok tanpa menoleh karena dia sedang mendekat dan memciumi dahi puterinya.

"Ayah, aku puas..... dapat bertemu denganmu.......!"

"Soan Cu...... aihhhh, anakku, kau ampunkan dosa ayahmu....." Ouw Sian Kok berkata dengan suara terisak.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar