FB

FB


Ads

Minggu, 03 Februari 2019

Bukek Siansu Jilid 071

"Biarlah pinto yang akan menguji," katanya.

Pat-jiu Mo-kai mengangguk. Memang yang akan menjadi tukang menguji kepandaian dua orang wanita itu adalah mereka bertiga, dan dia mendengar bahwa kepandaian bekas Ratu Pulau Es itu lebih hebat daripada kepandaian Kiam-mo Cai-li, maka memang sebaiknya kalau Siok Tojin yang menghadapi Kiam-mo Cai-li sedangkan dia nanti yang akan menghadapi The Kwat Lin.

Kiam-mo Cai-li memandang tosu itu penuh perhatian, kemudian sambil tersenyum dia berkata,

"Kalau aku hanya mampu menandingi Siok Tojin, agaknya belumlah patut aku menjadi tangan kanan Ratu Pulau Es dan akan menjadi kepercayaan An Goanswe, akan tetapi hendak kuperlihatkan bahwa aku akan dapat mengalahkan totiang dalam sepuluh jurus. kalau sampai dalam sepuluh jurus aku tidak mampu mengalahkan Totiang, anggap saja aku tidak becus dan aku akan mengundurkan diri!"

Ucapan ini mengejutkan semua utusan itu. Biarpun mereka sudah lama mendengar nama besar datuk wanita yang merupakan iblis betina ini, namun Siok Tojin bukan orang sembarangan. Ilmu pedangnya amat tangkas, hebat dan kuat. Bagaimana wanita itu berani bersombong mengatakan hendak mengalahkannya dalam sepuluh jurus?

Namun The Kwat Lin yang dengan pandang matanya yang tajam dapat menilai orang, tenang-tenang saja. Juga Kiam-mo Cai-li bukanlah menyombongkan diri secara ngawur, melainkan dia pun sudah dapat menilai kepandaian tosu itu dari gerakanya maka dia berani menantang akan mengalahkannya dalam sepuluh jurus.

Siok Tojin mengerutkan alisnya, perutnya terasa panas. Dia tidak pandai bicara, maka dalam kemendongkolannya dia hanya berkata,

"Hemm, seekor kerbau diikat hidungnya, manusia diikat mulutnya!"

Ucapan ini mengandung maksud bahwa kalau Kiam-mo Cai-li tidak memenuhi janji yang diucapkan dengan mulut, dia sama dengan seekor kerbau! Setelah berkata demikian, tangan kananya bergerak dan tampaklah sinar berkilau dari pedang yang telah dicabutnya.

"Tentu saja mulutku dapat dipercaya, Siok Tojin! Aku akan mengalahkanmu dalam waktu sembilan jurus!”

Kiam-mo Cai-li berkata sambil mengejek dan tangan kanannya memegang payung yang segera terbuka dan dipakainya, sedangkan tangan kirinya meraba-raba sanggul rambutnya, seperti merapikan padahal diam-diam dia melepas tali rambutnya yang panjang itu.

"Ehhh.... celaka.....!!"

Siok Tojin berseru, akan tetapi bagaimana dia dapat menghindarkan diri dari serangan ke tiga ini? Kedua tangannya telah menahan dua ancaman maut dan sama sekali tidak bisa dilepaskan.

"Plak-plak....!!"

Seperti ular hidup mematuk saja layaknya, ujung rambut panjang itu menotok dua kali, membuat ke dua lengan tangan Siok Tojin seketika lumpuh dan pedangnya telah dirampas oleh ujung rambut yang terayun-ayun dan berputar ke atas, membawa pedang itu berputaran di atas kepala.

"Bagaimana, Totiang?" Kiam-mo Cai-li bertanya.

Sambil menundukan kepalanya, Siok Tojin berkata lirih,
"Pinto mengaku kalah."






Dan memang dia tahu akan kekeliruannya sekarang, akan tetapi dia harus mengaku bahwa dia telah dikalahkan dalam lima enam jurus saja! Dia tahu pula bahwa lawan tidak hendak mencelakakannya, kalau tidak, tentu ujung rambut itu dapat melakukan totokan maut yang akan menewaskannya.

Rambut itu membawa pedang meluncur ke bawah dan melempar pedang menancap di depan kaki Siok Tojin, kemudian dua kali rambut menyambar, dan menotok sehingga terbebaslah tosu itu dari totokan. Siok tojin menghela napas, mengambil pedangnya, menjura lalu tanpa berkata-kata lagi dia melangkah mundur ke tempat teman-temannya.

“Ha-ha-ha, bukan main hebatnya Kiam-mo Cai-li. Pedang payung lihai, kukunya berbahaya, rambutnya hebat, akan tetapi yang lebih hebat lagi adalah kecerdikannya yang memancing kemarahan Siok Tojin! Memang kecerdikan seperti itu amat dibutuhkan dalam tugas bekerja dari dalam yang membutuhkan kecerdikan seperti yang dimiliki Kiam-mo Cai-li. Kionghi (Selamat)! An Goanswe tentu akan girang sekali mendengar laporan kami tentang diri Kiam-mo Cai-lil!"

Kiam-mo Cai-li yang sudah duduk kembali, tersenyum girang.
“Aihh, Loenghiong Pat-jiu Mo-kai terlalu memuji!” katanya dengan bangga dan girang.

"Sekarang untuk melengkapi tugas kami yang diberikan oleh An Goanswe, kuharap The-toanio suka memperlihatkan kepandaian," kata pula Pat-jiu Mo-kai sambil melangkah maju menyeret tongkat bututnya. "Dan agaknya terpaksa aku sendiri yang harus maju melayani Toanio."

The Kwat Lin masih tetap duduk dan memandang kakek pengemis itu dengan sinar mata tajam penuh selidik, kemudian dengan suara tenang dia berkata,

"Siapa lagi yang diutus oleh An Goanswe untuk menguji kami?"

"Hanya kami bertiga, dan karena Siok Tojin sudah kalah....."

"Maka tinggal engkau dan Tan Lo-enghiong itu. Nah, kau lihat Tan Lo-enghiong juga telah membawa senjatanya, membawa sebatang toya, maka sebaiknya kalau kalian berdua maju dan mengeroyokku!"

Pat-jiu Mo-kai tertawa bergelak.
"Ha-ha-ha, The-toannio, apakah Toanio juga hendak menggunakan siasat seperti Kiam-mo Cai-li tadi? Ingat, tidaklah mudah untuk memancing kemarahanku!"

The Kwat Lin mengerutkan alisnya, lalu melangkah maju.
"Siapa yang menggunakan siasat? Tanpa siasat pun, menghadapi kalian berdua aku masih sanggup."

Tiba-tiba terdengar suara Han Bu Ong,
"Ibu, berikan dia kepadaku! Biar aku yang menandingi pengemis tua itu!"

Pat-jiu Mo-kai diam-diam terkejut. Kalau seorang anak belasan tahun berani menghadapinya, tentu ibunya memiliki kepandaian yang hebat sekali. Akan tetapi The Kwat Lin menoleh kepada puteranya dan berkata,

"Bu Ong, kita tidak sedang menghadapi musuh, dan pertandingan ini hanya untuk menguji kepandaian saja. Jangan kau ikut-ikut!"

Han BU Ong cemberut lalu berkata,
"Apalagi hanya dikeroyok dua, biar kalian berlima maju semua, ibu akan dapat mengalahkan kalian dengan satu tangan saja!"

Kembali Pat-jiu Mo-kai terkejut. Bocah itu, putera The Kwat Lin, tidak lebih dianggap seperti bocah biasa, dan tentu telah memiliki kepandaian tinggi pula, maka kata-katanya tidak boleh dianggap kosong belaka. Lenyaplah keraguannya dan dia berkata kepada The Kwat Lin,

"Memang sesungguhnya aku sendiri dan Tan Goan Kok merupakan orang-orang yang diutus menguji kepandaian Toanio, apakah kami boleh maju bersama menghadapi kelihaian Toanio?"

Dengan sikap tak acuh The Kwat Lin berkata sambil menggerakan tangan kirinya,
"Majulah, jangan sungkan-sungkan!"

Tan Goan Kok yang berwatak kasar itu melompat ke depan.
"Hemm, tentu Nyonya rumah memiliki kelihaian yang luar biasa maka menantang kita maju berdua, Pat-jiu Mo-kai!"






Tidak ada komentar:

Posting Komentar