FB

FB


Ads

Selasa, 15 Januari 2019

Bukek Siansu Jilid 028

Sin Liong berteriak, kaget ketika melihat betapa sumoinya itu menggunakan tenaga Swat-im-sin-ciang (Tenaga Pukulan Inti Salju) yang merupakan sinkang paling ampuh dari Pulau Es! Untuk melatih diri agar bisa menguasai tenaga im-kang yang amat kuat ini, orang harus bersamadhi di atas salju, tanpa pakaian, dan melewati malam-malam yang dinginya menyusup tulang! Dan sebagai puteri Raja Han Ti Ong, tentu saja Swat Hong telah menguasai sinkang itu yang kini dipergunakan untuk menyerang selagi lawan terdesak.

"Ciaaaattt...!!"

Lo Thong juga berteriak keras dan cepat dia menolak hawa serangan itu dengan dorongan kedua tangannya. Dua tenaga sinkang bertemu tanpa kedua pasang telapak tangan itu bersentuhan dan akibatnya, Lo Thong terhuyung kebelakang dan dari ujung bibirnya mengucur darah!

Sambil menggereng keras, Lo Thong yang merasa penasaran itu melompat ke depan menerkam, akan tetapi Swat Hong yang sudah siap menyambutnya dengan sebuah tendangan dari samping yang tepat mengenai pantat Lo Thong dan membuat tubuhnya terlempar jauh ke arah tempat duduk Ouw Kong Ek!

Ketua Pulau Neraka ini marah sekali, tangannya bergerak menyambut tubuh itu dan tahu-tahu tubuh Lo Thong sudah melayang lagi ke arah Swat Hong. Akan tetapi ternyata bahwa ketika menyambut tadi, Ouw Kong Ek yang lihai telah menotok dua jalan darah di pungung pembantunya yang seketika merasa dadanya lega kembali, begitu dia dilontarkan ke arah Swat Hong, dengan nekat dia sudah menyerang dengan kedua lengan dikembangkan, kedua tangan hendak mencengkram tubuh gadis itu.

Swat Hong terkejut sekali, tidak nyangka bahwa tubuh lawan akan secepat itu melayang kembali ke arahnya, maka dia berteriak dan maklum akan bahaya yang mengancam karena dia tidak sempat mengelak lagi!

Akan tetapi tiba-tiba ada bayangan berkelebat dan tahu-tahu Sin Liong telah berada di dekat sumoinya. dengan tangan kiri dia menarik tubuh sumoinya dan dengan tangan kanan dia menyampok ke atas dan kedua tangan Lo Thong tertangkis, bahkan tubuh orang botak ini terdorong miring dan cepat dia meloncat ke atas lantai dengan mata terbelalak heran dan kagum akan kehebatan tenaga pemuda itu. Maklum bahwa dia tak mampu menang, dia lalu mengundurkan diri di dekat ketuanya dengan muka penuh keringat.

"Bagus! Puteri Han Ti Ong lumayan juga kepandaiannya, boleh coba-coba dengan aku sendiri!" Ouw Kong Ek turun dari kursinya dan melangkah ke tengah lapangan.

"Baik, majulah! Aku tidak takut menghadapimu!" Swat Hong menantang.

"Sumoi, mundurlah! Biar aku menghadapi Ouw Tocu." Sin Liong mencegah sumoinya.

"Tidak, aku akan menghadapi sendiri!"

Sin Liong melangkah menghampiri Ouw Kong Ek dan berkata,
"Ouw-tocu, benarkah Tocu menantang sumoiku ini? Harap Tocu suka melihat baik-baik. Sumoiku adalah seorang anak perempuan yang usianya sebaya dengan cucumu, sehingga kalau Tocu menantangnya sama artinya dengan Tocu menantang seorang cucu! Kalau Tocu tidak malu bertanding dengan seorang anak perempuan yang sepatutnya menjadi cucumu, silahkan. Kalau Tocu, cukup gagah biarlah aku menerima tantanganmu tadi. mari kita bertanding mengukur kepandaian. Kalau aku kalah, terserah kepada Tocu. kalau aku menang, setelah aku mengajarkan ilmu pengobatan, Tocu akan membiarkan kami berdua pergi dari pulau ini dengan aman. Bagaimana?"

"Aku tidak takut! Suheng, biar aku melawan dia, aku tidak takut!" Swat Hong berteriak-teriak.

Ouw Kong Ek memandang kepada dara muda dan mukanya berubah merah. Memang tidak keliru omongan Sin Liong tadi. Bocah itu masih amat muda, masih kanak-kanak sebaya Soan Cu. Seorang anak-anak dan perempuan lagi! Tentu saja akan amat merendahkan dirinya kalau sampai dia menantang seorang anak perempuan kecil!

"Baiklah, mari kita mengadu kepandaian Kwa Sin Liong," katanya.

Sin Liong menoleh kepada sumoinya.
"Nah, kau dengar. Yang ditantang adalah aku, bukan kau, Sumoi. Mundurlah."

Swat Hong membanting-banting kaki, terpaksa dia mundur akan tetapi lebih dulu dia berkata kepada Ouw Kong Ek,

"Aku selalu masih siap untuk melayani jago Pulau Neraka yang manapun juga."






Ouw Kong Ek dan Sin Liong sudah saling berhadapan dan keduanya saling pandang tanpa bergerak, seolah-olah hendak mengukur dan menilai keadaan lawan dengan pandangan matanya.

Melihat sikap pemuda yang amat tenang itu, juga pancaran sinar matanya lembut dan bebas dari rasa takut maupun kebencian dan kemarahan, hati Ouw Kong Ek menjadi makin suka. Melihat sikap pemuda ini, sukar untuk dipercaya bahwa pemuda ini adalah murid Han Ti Ong, Raja Pulau Es yang sakti. Kelihatannya hanya seperti seorang pemuda yang lemah, pantasnya seorang sastrawan yang biasanya hanya membaca sajak dan menulis huruf indah atau meniup suling.

"Orang muda, mulailah!"

Ouw Kong Ek berkata ragu-ragu untuk menggunakan kepandaiannya menyerang orang yang kelihatannya lemah ini.

"Ouw-tocu, bukan aku yang menghendaki adu kepandaian ini, maka biarlah aku hanya menjaga diri saja."

Jawaban yang keluar dengan suara lembut dan sejujurnya itu setidaknya memanaskan hati Ouw Kong Ek karena kedengarannya seolah-olah pemuda itu memandang rendah kepadanya. Pemuda ini sama sekali tidak gentar menghadapinya, hal itu sama saja memandang rendah!

"Kwa Sin Liong, sambutlah seranganku!" bentaknya dan tubuhnya sudah menerjang ke depan, gerakannya perlahan saja namun didahului sambaran angin pukulan dari kedua telapak tangannya.

"Wuuuuuttt... wuuuuttt!!" hawa pukulan yang dahsyat dua kali menyambar ke arah leher dan pusar Sin Liong ketika kakek itu menggerakan kedua tangannya memukul.

Dengan tubuh ringan sekali Sin Liong menggeser kaki dan berhasil mengelak sampai berturut-turut enam kali karena ternyata bahwa pukulan kakek itu begitu luput dari sasaran terus dilanjutkan dengan serangan berikutnya tanpa berhenti sedikit pun, sehingga enam kali berturut-turut kedua tangannya menyambar dahsyat dari segala jurusan! barulah Sin Liong dapat membebaskan diri dari kepungan kedua tangan itu ketika dia meloncat jauh ke belakang, dan siap lagi menghadapi serangan berikutnya.

"Bagus!"

Ouw Kong Ek berseru kagum melihat betapa pemuda itu dengan enak saja sudah berhasil menghindarkan diri dari serangan pukulan yang dinamakan Jurus Pukulan Badai Mengamuk. Kemudian dia menerjang lagi, kini dia tidak bergerak lambat lagi, melainkan cepat sekali. Kaki tangannya bergerak dengan cepatnya, gerakan yang aneh namun setiap gerakan mengandung daya serang yang amat berbahaya.

Kembali Sin Liong menyambut serangan-serangannya itu dengan tenang dan hati-hati, mengelak ke sana-sini dan hanya kalau terpaksa dia menggunakan kedua tangannya untuk menangkis atau menyampok. Perlahan saja pemuda itu menangkis, namun selalu tangkisannya yang membawa hawa pukulan Im-kang itu berhasil menghalau tangan lawan!

Sampai tiga puluh jurus lebih Sin Liong selalu mengelak dan menangkis tanpa satu kalipun membalas serangan lawan! Tentu saja hal ini membuat Ouw Kong Ek kagum sekali. Pemuda ini sudah diserangnya dengan hebat, didesaknya sampai keadaannya berbahaya, namun tetap tidak mau membalas.

"Eh, Suheng, kau tidak membalas, apa kau merasa phai-seng-gi (sungkan) kepada orang yang hendak memungut mantu kepadamu?"

Swat Hong berteriak-teriak penuh penasaran ketika melihat suhengnya bertempur seperti orang mengalah saja.

Merah muka Sin Liong. Memang dia tidak mau membalas karena dia selamanya belum pernah memukul orang! Dia memang mempelajari silat yang tinggi sekali tingkatanya, bahkan dari kitab-kitab lama yang rahasia dan tak pernah dibaca orang di dalam perpustakaan Pulau Es, dia menemukan ilmu-ilmu mujijat, di antaranya ilmu mengenal inti gerakan semua ilmu silat.

Akan tetapi dia merasa sungkan dan ngeri kalau harus memukul orang lain, apalagi kepada kakek yang sama sekali tidak ada permusuhan apa-apa dengannya itu. Kini mendengar ejekan Swar Hong, dia merasa tidak enak dan hatinya terguncang. Guncangan ini memperlambat gerakan tangannya, maka ketika dia menangkis sebuah pukulan, tangkisannya meleset dan pukulan tangan kiri Ouw Kong Ek menyerempet pundaknya. Tubuhnya tergetar hebat dan dia terhuyung ke belakang.

Ouw Kong Ek yang merasa penasaran sekali kini maklum bahwa kalau pemuda itu membalas serangannya, mungkin dia akan kalah! maka melihat hasil pukulannya yang membuat Sin Liong terhuyung dia cepat mendesak maju. Dia harus mengalahkan pemuda ini karena dia ingin sekali pemuda ini menjadi penghuni Pulau Neraka dan kalau mungkin menjadi suami Soan Cu. Dan untuk itu, dia harus lebih dulu merobohkannya. Maka dia cepat mendesak selagi tubuh Sin Liong terhuyung ke belakang itu.

"Wuuut-plak-plak! Wuuu-plak-plak!!"

Pukulan-pukulan tangan Ouw Kong Ek hebat sekali dan setiap kali Sin Liong yang masih terhuyung itu mengelak, pukulan itu berubah menjadi cengkraman yang amat lihai namun selalu tangan Sin Liong masih dapat menyampoknya! Bahkan pemuda itu berseru keras, tubuhnya melayang keatas, berjungkir balik dua kali dan sudah turun lagi ke atas lantai dengan tubuh tegak dan sudah siap lagi!

Ouw Kong Ek makin penasaran. Cepat dia menerjang maju, kedua kakinya bergerak cepat dengan tendangan berantai yang cepat dan kuat sekali. Kedua kaki itu seperti kitiran saja sehingga kelihatannya kakek ini berkaki lebih dari dua yang bergerak susul menyusul melakukan tendangan ke arah bagian-bagian berbahaya dari tubuh Sin Liong.

"Siuut-siutt...dess!!"

Setelah berhasil mengelak ke kanan kiri, Sin Liong terdesak ke sudut dan terpaksa dia menggunakan kedua lengannya menangkis sambil mengerahkan tenaga inti salju. Tubuh Ouw Kong Ek menggigil, terasa dingin sekali tubuhnya, rasa dingin yang menjalar melalui kaki yang tertangkis. Dia menggoyang tubuhnya beberapa kali dan rasa dingin sudah terusir. Dia memandang lawannya dengan mata terbelalak lebar, kemudian kakek ini mengeluarkan suara melengking nyaring dan tubuhnya sudah melayang ke atas kemudian menukik kearah Sin Liong.

Sin Liong terkejut sekali. dia maklum bahwa serangan terakhir ini bukan main hebatnya, maka dia pun lalu berteriak keras dan tubuhnya juga mencelat ke atas menyambut tubuh lawannya, kedua lengannya digerakan di depan tubuhnya.

"Plak-plak... bruukkk!!" tubuh Ouw Kong Ek terbanting ke atas lantai dan hanya setelah dia bergulingan beberapa kali saja dia dapat bangun dengan agak pening.

Bukan main, pikirnya. Dia tadi melakukan serangan dahsyat, serangan maut yang akan sukar disambut oleh lawan yang sakti, akan tetapi pemuda itu menyambutnya di udara, memapaki pukulan dengan pukulan sehingga kedua telapak tangan mereka bertemu di udara dan akibatnya dia sendiri yang terbanting keras!

"Belum cukupkah, Tocu?"

Sin Liong bertanya dengan suara penuh penyesalan karena dia dipaksa untuk bertempur, hal yang sama sekali tidak disukainya

"Hmm, aku belum mengaku kalah, orang muda!"

Dan kini kakek itu menyerang lagi dengan ilmu silat yang gerakanya cepat sekali, akan tetapi juga aneh.

Swat Hong yang menonton di pinggir, memandang penuh perhatian dengan alis berkerut. Dia merasa heran sekali. Ilmu silat yang dimainkan oleh kakek itu seperti pernah dilihatnya, seperti bukan gerakan asing, namun mengapa begitu aneh dan sama sekali tidak dikenalnya?

Memang tidak mengherankan hal ini terjadi pada Swat Hong karena ilmu silat yang dimainkan kakek itu memang bersumber pada ilmu silat Pulau Es, hanya sudah diubah banyak sekali menjadi ilmu silat ciptaan nenek moyang Pulau Neraka! Bahkan kini dari kedua telapak tangan kakek itu mengepul uap hitam, dari mulutnya juga menyembur uap hitam yang kadang-kadang menyambar ke arah muka Sin Liong.

Sebagai seorang ahli pengobatan Sin Liong segera mengenal hawa beracun keluar dari uap hitam itu, maka dia bersikap hati-hati, setiap kali ada uap hitam menyambar. Sementara itu, sambil mengelak dan menangkis dia mencurahkan seluruh perhatiannya dan dengan ilmu mujijat yang didapatnya dari kitab, yaitu mengenal rahasia inti gerakan ilmu silat, dia sudah dapat mencatat dan hafal akan jurus-jurus yang dimainkan oleh lawannya.

"Suheng, balaslah lawanmu! Apa kau takut?" Swat Hong berteriak lagi.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar