FB

FB


Ads

Selasa, 08 Januari 2019

Bukek Siansu Jilid 014

"Hi-hi-hik, kubunuh engkau, Pat-jiu Kai-ong, aku bersumpah akan membunuhmu untuk membalas kematian dua belas orang Suhengku!" Kemudian dia menangis lagi. "Hu-hu-huuuuuh.... Cap-sha Sin-hiap dari Bu-tong-pai habis terbasmi...."

Han Ti Ong terkejut dan teringatlah dia akan nama Tiga Belas Orang Pendekar Bu-tong-pai yang amat terkenal sebagai tiga belas orang pendekar gagah perkasa pembela keadilan dan kebenaran, teringat pula bahwa mereka terdiri dari dua belas pria dan seorang wanita, kalau tidak salah, saudara termuda.

"Nona, apakah engkau orang termuda dari Cap-sha Sin-hiap dari Bu-tong-pai?" tanyanya sambil melangkah maju menghampiri wanita gila itu.

"Jangan sentuh aku! Manusia terkutuk, jangan sentuh aku lagi!" Dan tiba-tiba wanita itu menyerang dengan hebatnya.

Han Ti Ong menangkis dan menotok. Robohlah wanita itu, roboh dalam keadaan lemas tak dapat bergerak lagi.

"Suhu, mengapa....?" Sin Liong bertanya penasaran.

"Bodoh, kalau tidak kutotok, tentu dia akan mengamuk terus. Coba kau periksa dia, apakah kau bisa mengobatinya?"

Sin Liong berlutut dan melihat wanita itu hanya melotot tanpa mampu bergerak. Setelah memeriksa sebentar, dia menarik napas panjang.

"Suhu, dia terkena pukulan batin yang amat berat, membuat dia menjadi begini, berubah ingatannya. Kalau kita berada di Jeng-hoa-san, kiranya dapat teecu mencarikan daun penenang untuk mengobatinya."

"Hemm, kau lihatlah Gurumu mencoba untuk mengobatinya."

Han Ti Ong megeluarkan sebatang jarum emas dari sakunya, setelah membersihkan ujungnya dia lalu mengahampiri wanita itu dan menusukkan jarum emasnya di tiga tempat, di tengkuk kanan kiri dan ubun-ubun!

Sin Liong memandang dengan mata terbelalak. Dia sudah mendengar dari ayahnya tentang kepandaian orang mengobati dengan tusukan jarum, akan tetapi baru sekarang dia menyaksikannya. Dan wanita itu mengeluh lalu tertidur dengan pernapasan yang panjang dan tenang.

Ketika gurunya mencabut jarum dan menyimpannya, gurunya berkata,
"Coba kau periksa lagi matanya, apakah sudah ada perubahan?"

Sin Liong membuka pelupuk mata dan meihat bahwa mata wanita itu yang tadinya mengeluarkan sinar aneh yang liar, kini telah normal kembali. Dia cepat menjatuhkan dirinya berlutut di depan Suhunya.

"Suhu, teecu seperti buta, tidak tahu bahwa Suhu adalah seorang ahli pengobatan pula."

"Hemm, dalam hal mengenal tetumbuhan obat, mana aku mampu menandingimu? Akan tetapi aku mempunyai kepandaian menusuk jarum, kepandaian turunan yang tentu kelak akan kuajarkan kepadamu."

"Suhu, teecu mengajukan sebuah permohonan, harap Suhu tidak keberatan."

"Hemm, apa lagi?"

"Harap Suhu suka menolong wanita malang ini, dan membiarkan dia ikut dengan kita."

"Kau.............. kau gila.......?"

"Suhu, dia belum sembuh benar. Kalau dia dibiarkan disini, lalu datang orang jahat, bagaimana?"

"Ha, kau tidak usah khawatir. Dia adalah orang termuda dari Cap-sha Sin-hiap, ilmu kepandaiannya tinggi. Siapa berani mengganggunya?"

"Buktinya, dua belas orang suhengnya tewas dan tentu mereka itu adalah mayat-mayat yang tadi kita kubur. Agaknya yang membunuh adalah Pat-jiu Kai-ong. Selain itu, kalau dia teringat akan peristiwa itu sebelum sembuh benar, tentu dia akan kumat gilanya dan apakah Suhu tega membiarkan dia seperti itu?"






Han Ti Ong memandang wajah wanita yang bukan lain adalah The Kwat Lin itu. Dia terheran sendiri mengapa wajah yang kotor dan rambut yang kusut itu mendatangkan rasa iba yang luar biasa di hatinya? Mengapa dia merasa tertarik dan ingin sekali menolong wanita muda ini? Apakah dia sudah "Ketularan" watak muridnya, ataukah... ataukah...? Dia tidak berani membayangkan. Selama ini hanya isterinya seoranglah wanita yang menarik hatinya, yang membangkitkan gairahnya, akan tetapi perempuan gila ini.. entah mengapa, telah membuat dia tertarik dan kasihan sekali.

"Sudahlah, kau memang cerewet, dan kalau tidak kuturuti, tentu kau rewel terus. Biar kita membawa bersama ke Pulau Es, kita lihat saja nanti bagaimana perkembangannya."

Ucapan terakhir ini seperti ditujukan kepada hatinya sendiri!
"Teecu tahu, Suhu adalah seorang yang budiman."

Dengan hati mangkel karena ucapan muridnya itu seperti ejekan kepadanya karena dia mau menolong dara ini sama sekali bukan karena dia budiman, melainkan karena dia kasihan dan terutama sekali... tertarik hatinya, dengan kasar dia lalu mengempit tubuh wanita itu di bawah ketiak kanannya, dan menyambar tubuh Sin Liong di bawah ketiak kirinya dan larinya Pangeran yang sakti ini secepat terbang menuju ke pantai lautan.

Siapakah sebetulnya manusia sakti yang ditakuti oleh tujuh orang tokoh kang-ouw itu? Siapakah Pangeran Han Ti Ong yang pada bagiaan dada bajunya terdapat lukisan burung Hong dan seekor Naga emas itu? Dia adalah pangeran dari Pulau Es. Pulau ini merupakan pulau rahasia yang hanya dikenal orang kang-ouw seperti dalam dongeng karena tidak pernah ada orang yang berhasil menemukan pulau itu kecuali beberapa orang nelayan yang perahunya diserang badai dan mereka ini ditolong oleh manusia-manusia sakti, manusia yang menjadi penghuni Pulau Es, sebuah pulau dari es dimana terdapat istana indah dan merupakan sebuah kerajaan kecil penuh dengan orang sakti.

Setelah ditolong dan diselamatkan, dan berhasil kembali ke daratan, para nelayan inilah yang membuat cerita seperti dongeng itu sehingga nama sebutan Pulau Es terkenal di dunia kang-ouw.

Kerajaan di Pulau Es itu dibangun oleh seorang pangeran, ratusan tahun yang lalu. Seorang pangeran yang amat sakti, seorang pangeran yang dianggap pemberontak karena berani menentang kehendak kaisar, dan pangeran ini bersama keluarganya menjadi pelarian. Dengan kesaktiannya, dia berhasil melarikan keluarganya ke pantai timur dan menggunakan sebuah perahu untuk mencari tempat baru. Tujuannya adalah ke pulau di timur di mana dahulu sudah banyak orang-orang pandai dari daratan yang melarikan diri dan menjadi buronan karena berani menentang pemerintah, yaitu Kepulauan Jepang!

Akan tetapi dia tersesat jalan, perahunya dilanda badai hebat dan perahunya dibawa jauh ke utara sampai kemudian perahu itu mendarat di sebuah pulau. Pulau Es! Melihat pulau itu tersembunyi, baik sekali dijadikan tempat persembunyiannya, dan di sekitar situ terdapat pulau-pulau lain yang tanahnya cukup subur, maka pangeran pelarian ini mengambil keputusan untuk menjadikan Pulau Es sebagai tempat tinggalnya. Dia lalu mengumpulkan orang-orang yang setia kepadanya, membawa mereka ke Pulau Es menjadi pengikut-pengikutnya. Dibangunnya sebuah istana yang kecil namun indah di Pulau itu dan berdirilah sebuah kerajaan kecil di tempat terasing ini!

Berkat kebijaksanaan Raja Pulau Es ini, para pengikutnya dan keluarga raja hidup aman tentram dan penuh kebahagiaan di Pulau Es. Para keluarganya hidup rukun dan para pengikutnya membentuk keluarga-keluarga sehingga penghuni pulau itu berkembang biak.

Karena kesaktian rajanya, dan karena letak pulau itu yang sukar dikunjungi orang luar, maka kerajaan kecil ini tidak pernah terganggu. Raja itu mewariskan kepandaiannya kepada keturunannya, merupakan ilmu-ilmu warisan yang hebat, dan tentu saja para pengikut mereka mendapat pula pelajaran ilmu yang tinggi.

Pangeran Han Ti Ong adalah keturunan ke empat dari raja pertama di Pulau Es. Pangeran ini berbeda dengan keturunan raja yang sudah-sudah. Kalau semua keturunan raja hidup di Pulau Es dan hanya meninggalkan pulau kalau mereka ada keperluan di pulau-pulau kosong sekitar daerah itu untuk mengambil daun obat, sayur-sayuran atau berburu binatang, maka Pangeran Han Ti Ong tidak betah tinggal di tempat sunyi itu. Dia sering kali pergi dari pulau dan diam-diam dia melakukan perantauan di daratan!

Dia adalah orang yang paling banyak mewarisi ilmu nenek moyangnya sehingga dia adalah orang terpandai diantara para keluarga raja di Pulau Es. Apalagi karena dengan kesukaannya merantau di daratan, dia dapat mengambil banyak ilmu-ilmu silat tinggi yang lain dari daratan sehingga kepandaiannya bertambah.

Dan gara-gara perantauan Pangeran inilah maka Pulau Es menjadi makin terkenal dan nama Pangeran Han Ti Ong sendiri juga menggemparkan dunia kang-ouw sungguhpun dia jarang sekali memperkenalkan diri. Melihat bajunya yang terhias gambaran naga dan burung Hong itu saja sudah cukup bagi para tokoh kang-ouw untuk mengenal manusia sakti dari Pulau Es ini, seperti peristiwa yang terjadi di Hutan Seribu Bunga ketika Pangeran ini mengahadapi tujuh orang tokoh besar dunia kang-ouw.

Para Pangeran yang sudah-sudah, selalu mengambil isteri dari keluarga kerajaan sendiri, yaitu saudara-saudara misan mereka sendiri. Hal ini adalah untuk menjaga agar "darah" kerajaan tetap "aseli". Akan tetapi, berbeda dengan semua kebiasaan para pangeran, Han Ti Ong yang jatuh cinta kepada seorang dara puteri penghuni Pulau Es biasa, berkeras mengambil dara itu sebagai isterinya!

Padahal biasanya, dara-dara yang berdarah "biasa" ini hanya diambil sebagai selir-selir oleh para pangeran dan raja. Akan tetapi, Pangeran Han Ti Ong tidak mau mengambil selir dan hanya mempunyai seorang isteri, yaitu anak nelayan yang menjadi pengikut keluarga raja, seorang dara biasa saja, namun yang sesungguhnya memiliki kecantikan yang mengatasi kecantikan para puteri raja!

Dari isteri tercinta ini, Pangeran Han Ti Ong mempunyai seorang puteri yang pada waktu itu berusia enam tahun, seorang anak perempuan yang mungil, cantik, keras hati seperti ayahnya dan gembira seperti ibunya. Anak ini diberi nama Han Swat Hong (Angin Salju) ini diambil oleh Pangeran Han Ti Ong untuk menamakan puterinya karena ketika puterinya terlahir saat Pulau Es dilanda angin dan salju yang amat kuat!

Pada pagi hari itu Swat Hong, anak perempuan berusia enam tahun lebih itu, duduk bengong di tepi pantai Pulau Es. Dia sengaja memilih tempat sunyi yang agak tinggi ini untuk melihat jauh ke selatan, dan hatinya penuh rindu terhadap ayahnya yang sudah pergi selama tiga bulan itu.

"Hong-ji (Anak Hong)..."

Swat Hong menoleh dan melihat bahwa yang memanggil tadi adalah ibunya, dia lalu meloncat bangun, lari menghampiri ibunya, meloncat dan merangkul leher ibunya dan menangis.

Ibunya tertawa,
"Aih-aihhh... anakku yang biasanya periang tertawa mengapa menangis? Mengapa bulan yang berseri gembira menjadi suram? Awan hitam apakah yang menghalanginya?"

"Ibu, kau... kau kejam!"

"Ihh! Ibumu kejam? Mungkin kalau sedang menyembelih ikan atau ayam. Akan tetapi ibumu tidak kejam terhadap manusia."

Memang watak Liu Bwee, ibu anak itu, atau isteri Pangeran Han Ti Ong adalah lincah gembira yang menurun pula kepada Swat Hong.

"Ibu kejam, mengapa Ibu tidak berduka? Apakah Ibu tidak rindu kepada Ayah?"

Tiba-tiba muka wanita itu menjadi merah sekali dan tak terasa lagi dua titik air mata meloncat turun ke atas pipinya. Melihat ini, Swat Hong melorot turun dan bertepuk-tepuk tangan,

"Hi-hi, Ibu menangis! Ibu juga rindu kepada Ayah? Hayoh, Ibu sangkal kalau berani!"

Memang watak anak-anak, begitu melihat orang lain berduka, dia sendiri lupa akan kedukaanya dan merasa terhibur! Ibunya berlutut, memeluk dan menciuminya, akan tetapi masih bercucuran air mata.

Swat Hong yang tadinya berbalik menggoda ibunya yang dianggapnya rindu kepada ayahnya seperti juga dia tadi, kini menjadi terheran dan berkhawatir.

"Ibu, mengapa ibu berduka? Apa yang terjadi? Apakah diam-diam ibu begitu merindukan Ayah dan menyembunyikannya saja?"

Liu Bwee memaksa diri tersenyum dan menghapus air matanya, mengangguk-angguk sebagai jawaban karena masih sukar baginya untuk mengeluarkan suara tanpa terisak menangis.

Akan tetapi puterinya itu adalah seorang anak yang amat cerdik, maka tentu saja tidak dapat dibohonginya semudah itu.

"Ibu ada apakah? Harap Ibu beritahu kepadaku, siapa yang menyusahkan hati Ibu? Akan kuhajar dia!"

Swat Hong mengepal kedua tinjunya yang kecil seolah-olah orang yang menyusahkan hati ibunya sudah berada disitu dan akan dihantamnya.

Melihat sikap anaknya ini, hati Liu Bwee terharu sekali dan ingin dia menangis lagi, akan tetapi ditekannya perasaan harunya dan dia tertawa.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar