FB

FB


Ads

Kamis, 20 November 2014

Pendekar Super Sakti Jilid 013

Kang-thouw-kwi Gak Liat maklum akan gangguan seorang anak perempuan di belakangnya. Akan tetapi ia tidak peduli, karena kalau ia membagi perhatian, apalagi membagi tenaga, ia akan celaka. Menghadapi persatuan Siauw-lim Chit-kiam ini ia merasa bahwa amat sukar mencapai kemenangan dan hanya dengan pengerahan tenaga sepenuhnya saja ia akan dapat menang.

Akan tetapi kini kuil mulai terbakar dan tahulah ia bahwa keadaannya berada dalam bahaya pula. Kalau saja tidak ada gangguan ini, tentu ia akan dapat segera merobohkan Siauw-lim Chit-kiam dan masih ada kesempatan untuk menyelamatkan diri.

Dalam usahanya untuk segera dapat merobohkan tujuh orang pengeroyok yang berilmu tinggi itu, Kang-thouw-kwi Gak Liat tidak mempedulikan Sin Lian sama sekali, karena anak itu sama sekali tidak ada arti baginya. Ia lalu mengerahkan seluruh tenaga, kedua lengannya menggigil dan lengan yang diluruskan ke depan itu menjadi makin panas.

Kekuatan mujijat yang amat dahsyat kini menerjang maju bagaikan hembusan angin badai yang panas ke arah Siauw-lim Chit-kiam! Getaran gelombang tenaga sakti ini segera terasa oleh Siauw-lim Chit-kiam dan betapa pun mereka ini menggerakkan tenaga mempertahankan diri, tetap saja tangan mereka yang menudingkan pedang gemetar keras.

“Werrrrr.... cringgg.... krak-krak....!”

Pertahanan Siauw-lim Chit-kiam menjadi berantakan ketika dua batang pedang di tangan Ui Swan dan Ui Kiong, dua orang diantara mereka, patah dan terlepas dari tangan mereka, yang menjadi pucat wajahnya.

Melihat betapa orang ke tiga dan ke empat dari Siauw-lim Chit-kiam ini kehilangan pedang yang tadi bergetar keras lalu patah-patah, lima orang tokoh Siauw-lim itu mengerahkan seluruh tenaga untuk menahan gelombang tenaga hebat yang menekannya, namun kini mereka jauh kalah kuat setelah tenaga mereka berkurang dua orang. Pedang mereka mulai tergetar hebat, muka mereka pucat dan napas terengah.

Ui Swan dan Ui Kiong yang sudah bertangan kosong, tentu saja tidak dapat berdiam diri begitu saja menyaksikan keadaan saudara-saudaranya terdesak, mereka ini lalu menggunakan tangan kanan yang kosong untuk mendorong ke depan dengan pukulan jarak jauh, sedangkan tangan kiri masih menempel punggung saudara yang berada di sebelahnya seperti tadi.

Akan tetapi dengan pedang di tangan saja mereka tadi tidak dapat bertahan, apalagi bertangan kosong. Begitu mereka mendorong dengan tangan, telapak tangan mereka bertemu dengan hawa panas yang menyusup kuat, terus menyerang isi dada. Kedua kakak beradik Ui ini mengeluh perlahan dan tubuh mereka rebah miring!

Melihat ini, lima orang Siauw-lim Chit-kiam menjadi terkejut. Tahulah mereka bahwa mereka akan roboh semua, namun mereka berkeras untuk mempertahankan diri sampai api menjilat tempat itu agar musuh mereka yang amat tangguh itu mati pula terbakar. Pada saat mereka terhimpit dan terancam hebat itu, tiba-tiba Kang-thouw-kwi Gak Liat berteriak marah dan bajunya sudah termakan api!

Bagaimanakah baju Setan Botak ini dapat terbakar padahal api kebakaran kuil itu belum menjilat ke situ? Bukan lain adalah hasil perbuatan Sin Lian! Karena tubuhnya terjengkang dan terbanting sendiri ketika memukul tubuh Setan Botak, Sin Lian menjadi penasaran dan marah sekali.

Sebagai puteri Lauw-pangcu yang tidak asing akan kehebatan ilmu silat, anak ini maklum bahwa tubuh Setan Botak itu kebal dan percuma saja kalau ia memukul. Maka ia lalu mencari akal dan barulah ia sadar bahwa tempat itu telah terkurung api yang mulai membakar ruangan!

Dalam kaget dan paniknya, timbul akalnya. Ia lalu lari ke tempat kebakaran, mengambil sepotong kayu yang terbakar dan tanpa ragu-ragu lagi ia menghampiri Setan Botak dan membakar pakaian musuh ini dengan api itu! Bahkan ia lalu berusaha membakar rambut di kepala botak itu pula!






Kang-thouw-kwi Gak Liat adalah seorang ahli Yang-kang, bahkan kedua lengannya sudah memiliki Ilmu Hwi-yang-sin-ciang yang bersumber pada panasnya api. Boleh jadi kedua lengannya itu sudah kebal terhadap api, namun tubuhnya tidak, apalagi rambut di kepalanya.

Begitu melihat bahwa bajunya terbakar, bahkan sebagian rambutnya dimakan api, ia terkejut dan marah sekali. Sambil berteriak dan menggereng seperti harimau, ia menggulingkan tubuhnya ke kiri, pertama untuk memadamkan api yang berkobar pada bajunya, ke dua untuk menyingkirkan diri daripada gelombang sinar pedang Siauw-lim Chit-kiam. Kemudian, setelah bergulingan dan keluar dari sasaran lawan, ia membalikkan tubuhnya dan memukul ke arah Sin Lian dari jarak jauh. Saking marahnya, kini ia menumpahkan semua kemarahan dan kebencian kepada anak perempuan itu.

Kelima orang Siauw-lim Chit-kiam maklum bahwa nyawa bocah itu berada di cengkeraman maut. Mereka juga maklum bahwa bocah perempuan itulah yang telah menyelamatkan nyawa mereka yang tadi sudah tertekan hebat. Tentu saja sebagai pendekar-pendekar gagah perkasa, kini mereka tidak mungkin dapat berpeluk tangan saja menyaksikan penolong mereka terancam.

Tanpa komando, lima orang Siauw-lim Chit-kiam itu kini menodongkan pedang mereka dan mengerahkan tenaga, menghadang pukulan jarak jauh Setan Botak yang ditujukan kepada Sin Lian. Tenaga serangan itu tertangkis oleh sinar pedang, akan tetapi biarpun Sin Lian dapat diselamatkan, sebagian hawa pukulan menerobos dan sedikit saja sudah cukup membuat Sin Lian terguling roboh dan pingsan dengan muka gosong!

Karena ruangan itu mulai terbakar, Gak Liat yang tahu akan bahaya lalu tertawa dan tubuhnya sudah melesat keluar menerjang api lalu lenyap di dalam kegelapan malam di luar kuil.

Lima orang Siauw-lim Chit-kiam tidak mengejar, karena selain mereka harus menyelamatkan dua orang saudara yang terluka dan gadis cilik yang pingsan, juga mengejar keluar kuil apa gunanya? Mereka takkan mampu mengalahkan Setan Botak yang lihai itu. Diangkutlah Ui Swan dan Ui Kiong, juga tubuh Sin Lian dan mereka pun cepat-cepat menerjang api menerobos keluar sebelum ruangan itu ambruk.

Para anggauta Ho-han-hwe menjadi kecewa dan berduka. Tidak saja usaha mereka menewaskan Setan Botak itu gagal sama sekali, juga mereka harus cepat-cepat angkat kaki dari Tiong-kwan karena kini tentu kaki tangan pemerintah Mancu akan mencari untuk membasmi mereka.

Terutama sekali Lauw-pangcu yang kehilangan lima puluh lebih anggauta Pek-lian Kai-pang, menjadi berduka sekali. Akan tetapi di samping kedukaan ini, ada sinar terang yang membahagiakan hati ketua kai-pang ini, yaitu bahwa Siauw-lim Chit-kiam berkenan mengambil Sin Lian sebagai murid mereka! Setelah Ui Swan dan Ui Kiong diobati, dan juga Sin Lian sembuh, anak ini lalu dibawa pergi Siauw-lim Chit-kiam untuk mendapat gemblengan ilmu di kuil Siauw-lim-si.

Adapun Lauw-pangcu sendiri lalu pergi ke barat untuk menyampaikan laporan kepada Raja Muda Bu Sam Kwi dan membantu perjuangan raja muda itu dalam usahanya mengusir penjajah Mancu dari tanah air.

Juga semua anggauta Ho-han-hwe yang mengunjungi pertemuan itu, cepat-cepat meninggalkan Tiong-kwan, akan tetapi tak seorang pun diantara mereka menghentikan atau mengurangi semangat perjuangan mereka yang anti penjajah.

**** 013 ****





Tidak ada komentar:

Posting Komentar