“Kau mencari.... dia? Ah, kiranya kau seorang gadis petualang dari dunia kang-ouw! Hemmm, betul juga, kau membawa pedang. Tentu kau lihai sekali, Nona, kalau kau mengenal Suling Emas. Ya, kiranya tak perlu diragukan lagi. Kau dapat memasuki istana ini saja sudah menjadi bukti akan kelihaianmu....”
Tiba-tiba terdengar bentakan keras,
“Thiancu, saat kematianmu tiba!”
Tampak sinar menyilaukan mata menyambar ketika orang berpakaian hitam ini menerjang maju dengan pedang di tangan, langsung menyerang pangeran mahkota!
“Jangan, takut!”
Lin Lin berseru dan sinar kuning bergulung-gulung menyambut pedang orang itu. Terdengar suara nyaring berkali-kali ketika kedua pedang bertemu dan orang itu memekik, pedangnya patah menjadi dua bertemu dengan Pedang Besi Kuning, disusul robohnya orang itu dengan dada tertembus pedang Lin Lin!
Pangeran itu membungkuk, memungut pedang buntung penyerangnya tadi sambil berkata perlahan,
“Menjemukan benar....”
Ia melangkah keluar dan tangannya bergerak, buntungan pedang itu meluncur ke dalam taman, lenyap di balik gerombolan bunga. Terdengar pekik kesakitan di tempat yang gelap itu. Lin Lin terkejut dan sekali melompat ia sudah sampai di tempat itu. Apa yang dilihatnya? Seorang laki-laki berpakaian hitam, agaknya teman penyerang tadi, sudah menggeletak tewas dengan tenggorokan ditembus buntungan pedang yang disambitkan oleh pangeran mahkota!
Ketika Lin Lin kembali ke dalam pagoda pangeran itu masih berdiri, keningnya berkerut.
“Tidak enaknya menjadi keluarga istana,” katanya ketika melihat Lin Lin kembali, “sejak jaman dahulu sampai kini, selalu terjadi perebutan kekuasaan, selalu muncul pengkhianat-pengkhianat, muncul pembunuh-pembunuh gelap macam ini. Uhhh, menjemukan sekali!”
“Tapi dengan kepandaian seperti yang kau miliki, tak usah kau takut, Pangeran. Wah, kiranya kau pun amat lihai, sungguh tak kusangka!” Lin Lin memuji.
Pangeran mahkota memandang tajam.
“Dan kiranya kau adalah gadis yang melakukan pencurian pedang di gedung pusaka, juga sama sekali tak kusangka!”
Lin Lin kaget. Pedang Besi Kuning yang belum ia sarungkan tadi digenggamnya erat-erat, dan ia menatap wajah pangeran itu penuh selidik. Pangeran itu tersenyum akan tetapi senyumnya mengandung kepahitan.
“Nona Lin Lin, terus terang saja, pertemuan ini mendatangkan kegembiraan besar yang belum pernah kurasai selama hidupku. Kau baik sekali, kau bagaikan bunga mawar hutan yang belum terjamah tangan dan masih segar oleh embun. Kalau saja kau dapat menjadi sahabatku selamanya. Tapi.... aaah, tak mungkin itu. Kalau kau berada disini, tentu kau pun akan menjadi seperti mereka. Karena itu, lebih baik begini saja, kita asing satu kepada yang lain. Hanya harapanku, semoga kelak kita akan masih dapat bertemu seperti sekarang ini.”
Lin Lin mendengarkan ucapan yang baginya tidak karuan ini dengan bingung. Ia tidak mengerti dan ia tidak ingin lebih lama lagi berada di tempat itu setelah pangeran itu berubah sikapnya. Ia mulai curiga.
“Lin Lin, pertemuan ini menjalin persahabatanmu yang akan sering kali mengenangmu, aku bebaskan kau. Apakah artinya sebuah pedang dibandingkan dengan persahabatan sejati? Kuhadiahkan pedang itu kepadamu! Akan tetapi, sebagai seorang Pangeran Mahkota yang harus menjaga kehormatannya, aku tidak dapat bertindak lebih jauh dan lebih banyak daripada ini. Kau harus dapat keluar sendiri dari lingkungan Istana dengan selamat. Akan tetapi jangan harap hal itu akan mudah karena kurasa para pengawal istana sekarang sudah tahu akan kehadiranmu. Nah, selamat malam.”
“Tapi.... tapi.... aku hendak ke gedung perpustakaan. Dimana itu....?”
Pangeran itu tersenyum.
“Kau tidak takut? Benar-benar besar nyalimu. Gedung perpustakaan berada di sebelah kiri taman ini, melalul tiga bangunan. Atapnya dari kayu besi berwarna putih, kau cari saja tentu dapat.”
Lin Lin menyarungkan pedangnya.
“Pangeran, kau seorang yang baik sekali. Sekarang, berubah pendapatku bahwa semua pangeran adalah jahat belaka model Suma Boan....”
“Kau kenal Suma Boan?”
“Pedangku yang akan mengenalnya, dia musuhku!”
Pangeran itu mengangguk-angguk dan memandang dengan termenung sampai bayangan Lin Lin lenyap di balik pagar tembok. Ia lalu menoleh kepada ikan-ikannya dan berbisik.
“Mudah-mudahan ia selamat!”
Pertemuan antara putera mahkota dan Lin Lin tanpa disengaja ini diceritakan disini karena hal yang kelihatan remeh inilah yang menjadi sebab mengapa kelak setelah pangeran ini menjadi kaisar, permusuhan antara pemerintahnya dan Kerajaan Khitan berhenti dan berubah menjadi persahabatan!
Lin Lin melompati pagar tembok taman itu dan menyelinap ke dalam gelap. Ia segera mendekam di balik sebatang pohon ketika melihat berkelebatnya dua bayangan orang.
“Kemana mereka....?” bisik sesosok bayangan.
“Memasuki taman Putera Mahkota....!”
“Ha-ha, mereka mencari penyakit. Kepandaian mereka belum begitu tinggi, berani mengganggu Thaicu. Mari kita masuk untuk mengambil mayat mereka.”
“Hush, jangan sembrono kau. Kalau belum ada tanda panggilan Thai-cu, siapa berani masuk taman? Minta mampus? Biar kita menanti disini saja.”
Lin Lin bergerak menjauhi dua orang pengawal itu. Hatinya kebat-kebit. Benar kata pangeran, banyak pengawal pandai disini. Dua orang itu saja sudah tahu akan adanya dua orang pembunuh itu, dan agaknya mereka sengaja membiarkan dua orang penjahat memasuki gua harimau! Lin Lin bergerak ke kiri dan akhirnya ia melihat bangunan atap putih, hatinya berdebar. Apakah Suling Emas berada di dalam gedung ini? Kelihatannya gedung itu sunyi dan gelap. Ia mendekat lagi.
“Berhenti! Siapa kau berani mencuri masuk taman Thai-cu dan berkeliaran di istana? Hayo menyerah!”
Lin Lin sudah mendahului orang itu, menerjang dan berhasil mendorongnya roboh. Orang itu lihai dan cepat sudah melompat bangun. Tadi ia dapat dirobohkan karena sama sekali tidak mengira akan diserang, apalagi ketika ia terlongong keheranan melihat bahwa yang ditegurnya adalah seorang gadis remaja yang cantik dan cara gadis itu menerjang adalah luar biasa dahsyatnya. Hal ini tidak aneh karena memang Lin Lin tadi menggunakan tenaga Khong-in-ban-kin.
“Gadis liar, jangan lari!” Pengawal itu membentak dan menubruk.
Akan tetapi cepat seperti seekor burung walet membalik, gadis itu sudah menyelinap ke kiri dan begitu tangannya bergerak, kembali orang itu roboh, kini robohnya malah dengan terhempas dan bergulingan. Barulah ia kaget setengah mati. Kakinya salah urat dan tanpa dapat bangun kembali ia hanya bisa bersuit keras memberi tanda bahaya.
Lin Lin cepat menjauhkan diri, melompat ke dekat gedung perpustakaan. Ia tidak ingin melibatkan diri ke dalam pertempuran dengan para pengawal sebelum ia bertemu dengan Suling Emas, karena memang itulah maksud kedatangannya. Akan tetapi, tiba-tiba berkelebatan bayangan orang dan di lain saat ia telah terkepung oleh lima orang pengawal istana yang berpakaian indah dan gagah, masing-masing memegang sebatang pedang dengan sikap mengancam.
Di fihak para pengawal, mereka sejenak tercengang, sama sekali tidak pernah menyangka bahwa mereka akan mengurung seorang gadis jelita! Tentu saja mereka menjadi ragu-ragu karena pengawal-pengawal istana yang gagah perkasa seperti mereka, masa harus mmgeroyok seorang gadis muda?
Melihat betapa lima orang pengawal itu memegang pedang dan sikap mereka mengancam, Lin Lin cepat mencabut pedangnya dan sinar kuning berkilau. Melihat ini, lima orang pengawal itu terkejut.
“Eh, kiranya kau pencuri pedang? Nona cilik, lebih baik kau menyerah saja daripada kami harus menggunakan kekerasan. Malu kami kalau harus....”
“Banyak cerewet!”
Lin Lin sudah menerjang maju dan sinar pedangnya bergulung-gulung seperti awan kuning. Para pengawal kaget dan cepat menangkis. Di lain saat Lin Lin sudah dikurung. Maklum bahwa gadis ini berkepandaian tinggi, para pengawal itu tidak malu-malu lagi untuk mengeroyok, bahkan mereka terdesak hebat oleh pedang yang dimainkan secara dahsyat itu.
Khong-in-lui-san adalah ilmu silat yang sakti, apalagi sekarang dimainkan dengan menggunakan pedang pusaka yang ampuh. Hebatnya bukan main. Segera Lin Lin berhasil melukai leher seorang pengeroyok, akan tetapi pada saat seorang lawan ini roboh, terdengar suara berkali-kali dan dari jauh berdatangan pengawal-pengawal lain!
Lin Lin bingung juga. Harus ia akui bahwa kepandaian para pengawal ini tidak rendah, apalagi kalau mereka melakukan pengeroyokan. Bisa-bisa tenaganya habis dan akhirnya ia tentu akan tertawan. Ia pikir lebih baik melarikan diri dulu, keluar dari istana ini. Urusan dengan Suling Emas dapat dilakukan besok atau lusa malam.
Ia berseru keras, pedangnya meluncur, merupakan sinar yang panjang mengancam. Empat orang lawannya kaget dan terpaksa menangkis sambil melompat ke belakang. Kesempatan ini dipergunakan oleh Lin Lin untuk melompat jauh. Akan tetapi, kini para pengawal yang datang membanjiri tempat itu sudah tiba di situ dan kembali Lin Lin dihadang dan dikurung.
Gemaslah Lin Lin. Ia menggigit bibirnya lalu memaki.
“Aku datang bukan bermaksud bikin kacau. Aku tidak ingin berkelahi. Kenapa kalian memaksa? Mundur semua, tinggalkan aku! Awas jangan bikin aku hilang sabar!”
Biarpun maklum akan kelihaian nona ini, namun mendengar kata-kata besar ini para pengawal tertawa. Gadis itu hanya seorang diri, dan sekarang di situ telah berkumpul belasan orang pengawal, bagaimana gadis liar ini masih berani membuka mulut besar?
“Dia pencuri pedang pusaka! Tangkap!”
Melihat dirinya dikurung rapat, Lin Lin tahu bahaya. Cepat ia mengerahkan tenaga, memutar pedangnya mendesak ke sebelah kiri. Pengurungan di sebelah ini segera terdesak mundur dan kesempatah ini ia pergunakan untuk melompat ke atas atap putih dari gedung perpustakaan.
Akan tetapi pada saat ia melayang itu, seorang pengawal tua yang bertubuh tinggi kurus melontarkan sesuatu yang hanya tampak sebagai sinar hitam melayang-layang ke arah tubuh Lin Lin. Gadis ini kaget bukan main ketika melihat bahwa benda itu adalah sehelai tali yang dapat bergerak-gerak seperti ular hidup, mengancam hendak melibat tubuhnya! Ia maklum bahwa penggeraknya tentu bukan seorang biasa, maka ia segera membabat dengan pedangnya.
“Iiihhhhh!”
Lin Lin berseru kaget. Pedangnya yang dipakai membacok malah terlibat tali hitam itu. Kalau ia mengerahkan tenaga menahan pedangnya, tubuhnya yang masih melayang di udara itu tentu akan jatuh ke bawah! Terpaksa, dengan hati bingung dan marah, ia melepaskan pedangnya sehingga tubuhnya dapat terus melayang ke atas gedung itu. Akan tetapi, begitu kakinya menginjak atap putih, tiba-tiba ia terjeblos dan tubuhnya melayang ke bawah, ke dalam gedung itu!
Para pengawal girang. Dipimpin oleh pengawal kurus yang lihai tadi, mereka melompat ke atas atap. Akan tetapi, tiba-tiba mereka berdiri tertegun dan tidak berani bergerak, memandang kepada sebuah saputangan hitam yang berkibar seperti bendera di ujung atap. Saputangan hitam yang ada gambarnya suling berwarna kuning!
“Dia.... dia disini....”
Bisik seorang pengawal dan kini para pengawal itu memandang penuh pertanyaan, menanti komando pengawal kurus yang menjadi pimpinan pasukan.
“Dia disini, tak boleh kita mengganggu. Mundur! Lakukan saja penjagaan sekeliling ini dan baru bergerak kalau gadis itu keluar, tangkap dia!”
Para pengawal melompat turun lagi, kemudian meninggalkan tempat itu yang menjadi sunyi kembali.
Tiba-tiba terdengar bentakan keras,
“Thiancu, saat kematianmu tiba!”
Tampak sinar menyilaukan mata menyambar ketika orang berpakaian hitam ini menerjang maju dengan pedang di tangan, langsung menyerang pangeran mahkota!
“Jangan, takut!”
Lin Lin berseru dan sinar kuning bergulung-gulung menyambut pedang orang itu. Terdengar suara nyaring berkali-kali ketika kedua pedang bertemu dan orang itu memekik, pedangnya patah menjadi dua bertemu dengan Pedang Besi Kuning, disusul robohnya orang itu dengan dada tertembus pedang Lin Lin!
Pangeran itu membungkuk, memungut pedang buntung penyerangnya tadi sambil berkata perlahan,
“Menjemukan benar....”
Ia melangkah keluar dan tangannya bergerak, buntungan pedang itu meluncur ke dalam taman, lenyap di balik gerombolan bunga. Terdengar pekik kesakitan di tempat yang gelap itu. Lin Lin terkejut dan sekali melompat ia sudah sampai di tempat itu. Apa yang dilihatnya? Seorang laki-laki berpakaian hitam, agaknya teman penyerang tadi, sudah menggeletak tewas dengan tenggorokan ditembus buntungan pedang yang disambitkan oleh pangeran mahkota!
Ketika Lin Lin kembali ke dalam pagoda pangeran itu masih berdiri, keningnya berkerut.
“Tidak enaknya menjadi keluarga istana,” katanya ketika melihat Lin Lin kembali, “sejak jaman dahulu sampai kini, selalu terjadi perebutan kekuasaan, selalu muncul pengkhianat-pengkhianat, muncul pembunuh-pembunuh gelap macam ini. Uhhh, menjemukan sekali!”
“Tapi dengan kepandaian seperti yang kau miliki, tak usah kau takut, Pangeran. Wah, kiranya kau pun amat lihai, sungguh tak kusangka!” Lin Lin memuji.
Pangeran mahkota memandang tajam.
“Dan kiranya kau adalah gadis yang melakukan pencurian pedang di gedung pusaka, juga sama sekali tak kusangka!”
Lin Lin kaget. Pedang Besi Kuning yang belum ia sarungkan tadi digenggamnya erat-erat, dan ia menatap wajah pangeran itu penuh selidik. Pangeran itu tersenyum akan tetapi senyumnya mengandung kepahitan.
“Nona Lin Lin, terus terang saja, pertemuan ini mendatangkan kegembiraan besar yang belum pernah kurasai selama hidupku. Kau baik sekali, kau bagaikan bunga mawar hutan yang belum terjamah tangan dan masih segar oleh embun. Kalau saja kau dapat menjadi sahabatku selamanya. Tapi.... aaah, tak mungkin itu. Kalau kau berada disini, tentu kau pun akan menjadi seperti mereka. Karena itu, lebih baik begini saja, kita asing satu kepada yang lain. Hanya harapanku, semoga kelak kita akan masih dapat bertemu seperti sekarang ini.”
Lin Lin mendengarkan ucapan yang baginya tidak karuan ini dengan bingung. Ia tidak mengerti dan ia tidak ingin lebih lama lagi berada di tempat itu setelah pangeran itu berubah sikapnya. Ia mulai curiga.
“Lin Lin, pertemuan ini menjalin persahabatanmu yang akan sering kali mengenangmu, aku bebaskan kau. Apakah artinya sebuah pedang dibandingkan dengan persahabatan sejati? Kuhadiahkan pedang itu kepadamu! Akan tetapi, sebagai seorang Pangeran Mahkota yang harus menjaga kehormatannya, aku tidak dapat bertindak lebih jauh dan lebih banyak daripada ini. Kau harus dapat keluar sendiri dari lingkungan Istana dengan selamat. Akan tetapi jangan harap hal itu akan mudah karena kurasa para pengawal istana sekarang sudah tahu akan kehadiranmu. Nah, selamat malam.”
“Tapi.... tapi.... aku hendak ke gedung perpustakaan. Dimana itu....?”
Pangeran itu tersenyum.
“Kau tidak takut? Benar-benar besar nyalimu. Gedung perpustakaan berada di sebelah kiri taman ini, melalul tiga bangunan. Atapnya dari kayu besi berwarna putih, kau cari saja tentu dapat.”
Lin Lin menyarungkan pedangnya.
“Pangeran, kau seorang yang baik sekali. Sekarang, berubah pendapatku bahwa semua pangeran adalah jahat belaka model Suma Boan....”
“Kau kenal Suma Boan?”
“Pedangku yang akan mengenalnya, dia musuhku!”
Pangeran itu mengangguk-angguk dan memandang dengan termenung sampai bayangan Lin Lin lenyap di balik pagar tembok. Ia lalu menoleh kepada ikan-ikannya dan berbisik.
“Mudah-mudahan ia selamat!”
Pertemuan antara putera mahkota dan Lin Lin tanpa disengaja ini diceritakan disini karena hal yang kelihatan remeh inilah yang menjadi sebab mengapa kelak setelah pangeran ini menjadi kaisar, permusuhan antara pemerintahnya dan Kerajaan Khitan berhenti dan berubah menjadi persahabatan!
Lin Lin melompati pagar tembok taman itu dan menyelinap ke dalam gelap. Ia segera mendekam di balik sebatang pohon ketika melihat berkelebatnya dua bayangan orang.
“Kemana mereka....?” bisik sesosok bayangan.
“Memasuki taman Putera Mahkota....!”
“Ha-ha, mereka mencari penyakit. Kepandaian mereka belum begitu tinggi, berani mengganggu Thaicu. Mari kita masuk untuk mengambil mayat mereka.”
“Hush, jangan sembrono kau. Kalau belum ada tanda panggilan Thai-cu, siapa berani masuk taman? Minta mampus? Biar kita menanti disini saja.”
Lin Lin bergerak menjauhi dua orang pengawal itu. Hatinya kebat-kebit. Benar kata pangeran, banyak pengawal pandai disini. Dua orang itu saja sudah tahu akan adanya dua orang pembunuh itu, dan agaknya mereka sengaja membiarkan dua orang penjahat memasuki gua harimau! Lin Lin bergerak ke kiri dan akhirnya ia melihat bangunan atap putih, hatinya berdebar. Apakah Suling Emas berada di dalam gedung ini? Kelihatannya gedung itu sunyi dan gelap. Ia mendekat lagi.
“Berhenti! Siapa kau berani mencuri masuk taman Thai-cu dan berkeliaran di istana? Hayo menyerah!”
Lin Lin sudah mendahului orang itu, menerjang dan berhasil mendorongnya roboh. Orang itu lihai dan cepat sudah melompat bangun. Tadi ia dapat dirobohkan karena sama sekali tidak mengira akan diserang, apalagi ketika ia terlongong keheranan melihat bahwa yang ditegurnya adalah seorang gadis remaja yang cantik dan cara gadis itu menerjang adalah luar biasa dahsyatnya. Hal ini tidak aneh karena memang Lin Lin tadi menggunakan tenaga Khong-in-ban-kin.
“Gadis liar, jangan lari!” Pengawal itu membentak dan menubruk.
Akan tetapi cepat seperti seekor burung walet membalik, gadis itu sudah menyelinap ke kiri dan begitu tangannya bergerak, kembali orang itu roboh, kini robohnya malah dengan terhempas dan bergulingan. Barulah ia kaget setengah mati. Kakinya salah urat dan tanpa dapat bangun kembali ia hanya bisa bersuit keras memberi tanda bahaya.
Lin Lin cepat menjauhkan diri, melompat ke dekat gedung perpustakaan. Ia tidak ingin melibatkan diri ke dalam pertempuran dengan para pengawal sebelum ia bertemu dengan Suling Emas, karena memang itulah maksud kedatangannya. Akan tetapi, tiba-tiba berkelebatan bayangan orang dan di lain saat ia telah terkepung oleh lima orang pengawal istana yang berpakaian indah dan gagah, masing-masing memegang sebatang pedang dengan sikap mengancam.
Di fihak para pengawal, mereka sejenak tercengang, sama sekali tidak pernah menyangka bahwa mereka akan mengurung seorang gadis jelita! Tentu saja mereka menjadi ragu-ragu karena pengawal-pengawal istana yang gagah perkasa seperti mereka, masa harus mmgeroyok seorang gadis muda?
Melihat betapa lima orang pengawal itu memegang pedang dan sikap mereka mengancam, Lin Lin cepat mencabut pedangnya dan sinar kuning berkilau. Melihat ini, lima orang pengawal itu terkejut.
“Eh, kiranya kau pencuri pedang? Nona cilik, lebih baik kau menyerah saja daripada kami harus menggunakan kekerasan. Malu kami kalau harus....”
“Banyak cerewet!”
Lin Lin sudah menerjang maju dan sinar pedangnya bergulung-gulung seperti awan kuning. Para pengawal kaget dan cepat menangkis. Di lain saat Lin Lin sudah dikurung. Maklum bahwa gadis ini berkepandaian tinggi, para pengawal itu tidak malu-malu lagi untuk mengeroyok, bahkan mereka terdesak hebat oleh pedang yang dimainkan secara dahsyat itu.
Khong-in-lui-san adalah ilmu silat yang sakti, apalagi sekarang dimainkan dengan menggunakan pedang pusaka yang ampuh. Hebatnya bukan main. Segera Lin Lin berhasil melukai leher seorang pengeroyok, akan tetapi pada saat seorang lawan ini roboh, terdengar suara berkali-kali dan dari jauh berdatangan pengawal-pengawal lain!
Lin Lin bingung juga. Harus ia akui bahwa kepandaian para pengawal ini tidak rendah, apalagi kalau mereka melakukan pengeroyokan. Bisa-bisa tenaganya habis dan akhirnya ia tentu akan tertawan. Ia pikir lebih baik melarikan diri dulu, keluar dari istana ini. Urusan dengan Suling Emas dapat dilakukan besok atau lusa malam.
Ia berseru keras, pedangnya meluncur, merupakan sinar yang panjang mengancam. Empat orang lawannya kaget dan terpaksa menangkis sambil melompat ke belakang. Kesempatan ini dipergunakan oleh Lin Lin untuk melompat jauh. Akan tetapi, kini para pengawal yang datang membanjiri tempat itu sudah tiba di situ dan kembali Lin Lin dihadang dan dikurung.
Gemaslah Lin Lin. Ia menggigit bibirnya lalu memaki.
“Aku datang bukan bermaksud bikin kacau. Aku tidak ingin berkelahi. Kenapa kalian memaksa? Mundur semua, tinggalkan aku! Awas jangan bikin aku hilang sabar!”
Biarpun maklum akan kelihaian nona ini, namun mendengar kata-kata besar ini para pengawal tertawa. Gadis itu hanya seorang diri, dan sekarang di situ telah berkumpul belasan orang pengawal, bagaimana gadis liar ini masih berani membuka mulut besar?
“Dia pencuri pedang pusaka! Tangkap!”
Melihat dirinya dikurung rapat, Lin Lin tahu bahaya. Cepat ia mengerahkan tenaga, memutar pedangnya mendesak ke sebelah kiri. Pengurungan di sebelah ini segera terdesak mundur dan kesempatah ini ia pergunakan untuk melompat ke atas atap putih dari gedung perpustakaan.
Akan tetapi pada saat ia melayang itu, seorang pengawal tua yang bertubuh tinggi kurus melontarkan sesuatu yang hanya tampak sebagai sinar hitam melayang-layang ke arah tubuh Lin Lin. Gadis ini kaget bukan main ketika melihat bahwa benda itu adalah sehelai tali yang dapat bergerak-gerak seperti ular hidup, mengancam hendak melibat tubuhnya! Ia maklum bahwa penggeraknya tentu bukan seorang biasa, maka ia segera membabat dengan pedangnya.
“Iiihhhhh!”
Lin Lin berseru kaget. Pedangnya yang dipakai membacok malah terlibat tali hitam itu. Kalau ia mengerahkan tenaga menahan pedangnya, tubuhnya yang masih melayang di udara itu tentu akan jatuh ke bawah! Terpaksa, dengan hati bingung dan marah, ia melepaskan pedangnya sehingga tubuhnya dapat terus melayang ke atas gedung itu. Akan tetapi, begitu kakinya menginjak atap putih, tiba-tiba ia terjeblos dan tubuhnya melayang ke bawah, ke dalam gedung itu!
Para pengawal girang. Dipimpin oleh pengawal kurus yang lihai tadi, mereka melompat ke atas atap. Akan tetapi, tiba-tiba mereka berdiri tertegun dan tidak berani bergerak, memandang kepada sebuah saputangan hitam yang berkibar seperti bendera di ujung atap. Saputangan hitam yang ada gambarnya suling berwarna kuning!
“Dia.... dia disini....”
Bisik seorang pengawal dan kini para pengawal itu memandang penuh pertanyaan, menanti komando pengawal kurus yang menjadi pimpinan pasukan.
“Dia disini, tak boleh kita mengganggu. Mundur! Lakukan saja penjagaan sekeliling ini dan baru bergerak kalau gadis itu keluar, tangkap dia!”
Para pengawal melompat turun lagi, kemudian meninggalkan tempat itu yang menjadi sunyi kembali.
**** 046 ****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar