FB

FB


Ads

Sabtu, 11 Mei 2019

Suling Emas Jilid 163

Seperti telah kita ketahui, dalam kesedihan dan kebingungannya, Liong-kauwsu bertemu dengan Kim-mo Taisu, kemudian minta pertolongan Kim-mo Taisu untuk menghadapi Pouw-kai-ong.

Akan tetapi, Kim-mo Taisu tidak dapat berbuat sesuatu terhadap Pouw-kai-ong ketika pendekar ini melihat betapa gadis puteri guru silat itu dengan suka rela ikut Pouw-kai-ong! Hal inilah yang membuat kecewa hati Liong-kauwsu yang tadinya amat mengharapkan Kim-mo Taisu berhasil membawa pulang puteri angkatnya. Terpaksa ia menerima keadaan dan tidak mau merintangi lagi puteri angkatnya yang ikut Pouw-kai-ong.

Akan tetapi, dua tahun kemudian, luka dihatinya menjadi robek kembali ketika Liong-kauwsu mendengar kabar betapa anak angkatnya itu hidup merana dan sengsara di samping Pouw-kai-ong yang mulai nampak "belangnya". Pouw-kai-ong sudah mulai bosan dan memperlakukan Liong Bi Loan seperti seorang budak belian, bahkan tidak jarang memukulinya.

Kemudian secara berterang Pouw-kai-ong main gila dengan wanita-wanita lain dengan memaksa Liong Bi Loan melayani dia berpesta dengan perempuan-perempuan lain yang menjadi kekasih baru. Akhirnya Liong Bi Loan tak kuat menahan, untuk melawan ia kalah kuat, dan wanita ini mengambil jalan terakhir dengan menggantung diri!

Mendengar ini, Liong-kawsu dan beberapa orang muridnya yang setia, juga dua orang sutenya secara nekat menyerbu ke tempat yang dijadikan markas besar Pouw-kai-ong, yaitu sebuah kuil tua di luar kota Kang-hu, bekas markas besar perkumpulan pengemis Khong-sim Kai-pang.

Namun, mereka ini sama sekali bukanlah tandingan Pouw-kai-ong. Bahkan bukan Pouw-kai-ong sendiri yang turun tangan, baru anak buahnya saja sudah membuat Liong-kauwsu dan anak buahnya kocar-kacir dan dihajar habis-habisan. Pouw-kai-ong tidak membunuh Liong-kauwsu, namun merampas semua miliknya, kemudian memaksa bekas Ketua Sin-kauw-bu-koan ini bersama anak buahnya hidup sebagai anggota kai-pang, berpakaian seperti pengemis!

Lebih hebat lagi, rombongan Liong-kauwsu ini selalu dihina oleh anak buah Pouw-kai-ong yang berpakaian tambal-tambalan namun bersih, atau terkenal dengan sebutan pengemis baju bersih sebaliknya daripada rombongan Liong-kauwsu dan para pengemis taklukan lain yang disebut rombongan pengemis baju kotor.

"Demikianlah, Kim-siauw-hiap (Pendekar Suling Emas)," Liong Keng mengakhiri ceritanya dengan muka berduka. "Bertahun-tahun kami menderita penghinaan dan sepatutnya penderitaan ini kami akhiri dengan bunuh diri saja seperti yang dilakukan puteriku. Akan tetapi, dalam hati ini masih belum mau menerima, masih menyimpan penasaran dan dendam setinggi langit, masih selalu mengharapkan kesempatan untuk membalas! Oleh karena itulah, sampai begini tua saya tetap mempertahankan nyawa untuk menanti datangnya kesempatan itu. Untung sekali hari ini mempertemukan kami dengan Ji-wi Taihiap (Kedua Pendekar Besar) sehingga boleh diharapkan cita-cita akan tercapai juga sebelum nyawa meninggalkan badan."

Yu Kang melompat berdiri, membanting tulang paha angsa ke kanan. Tulang itu melesak ke dalam dinding tembok jembatan yang keras!

"Harap Paman Tua Liong tidak berkecil hati. Dengan bekerja sama, masa Si Keparat Pouw itu tidak akan dapat ditundukkan? Dengarlah baik-baik, aku Yu Kang juga sudah bersumpah, takkan berhenti berusaha sebelum si jahat Pouw Kee Lui menerima hukumannya. Seluruh keluargaku habis dibasmi keparat itu hanya karena Tuhan menghendaki saja aku bebas daripada pembasmian sehingga setidaknya ada keturunan ayah yang berusaha membalaskan dendam keluarga ini."

Yu Kang lalu bercerita. Dia adalah putera bungsu mendiang Yu Jin Tianglo ketua perkumpulan pengemis Khong-sim Kai-pang. Seperti telah diceritakan di bagian depan cerita ini, pada belasan tahun yang lalu ketika Pouw Kee Lui yang memiliki kepandaian tinggi itu muncul dari timur, dia telah menyerbu Khong-sim Kai-pang, merobohkan semua yang melawannya, membunuh Ketua Khong-sim Kai-pang sekeluarga, membunuh tokoh-tokoh Khong-sim Kai-pang pula dan merampas kedudukan Ketua Khong-sim Kai-pang.

Para anggota yang tidak mau tunduk, dibunuhnya sehingga akhirnya para anggota lain menjadi ketakutan dan mengakui kekuasaan ketua baru ini, yang kemudian memakai julukan Pouw-kai-ong Si Raja Pengemis Pouw. Bersama anak buahnya yang dilatihnya, ia menundukkan hampir seluruh perkumpulan pengemis sehingga julukannya "raja pengemis" benar-benar tepat.

Akan tetapi sama sekali di luar dugaan Pouw-kai-ong yang cerdik bahwa ketika ia melakukan pembasmian terhadap keluarga Yu Jin Tianglo ketua Khong-sim Kai-pang, Yu Kang putera bungsu ketua pengemis itu yang baru berusia tiga belas tahun dan kebetulan sekali pada waktu peristiwa hebat terjadi, sedang bermain-main di luar kota sehingga terbebas daripada maut.






Ketika Yu Kang melihat keadaan keluarganya yang terbasmi habis, tidak seorang pun masih hidup, ayah bundanya, kakak-kakaknya, semua tewas di tangan Pouw-kai-ong, ia segera melarikan diri. Selama belasan tahun Yu Kang putera ketua pengemis Khong-sim Kai-pang ini menggembleng diri dengan ilmu silat, belajar dari tokoh-tokoh pengemis yang telah mengasingkan diri bertapa di gunung-gunung. Ia selalu berpakaian sebagai pengemis dan hidup sebagai pengemis pula, tetap setia kepada cara hidup ayahnya dan dendam di hatinya terhadap Pouw Kee Lui tak pernah terlupa sehari pun!

Setelah tujuh belas tahun menggembleng diri, kini dalam usia hampir tiga puluh tahun, barulah Yu Kang turun dari puncak gunung dan mulai mencari musuh besarnya, Pouw Kee Lui yang kini sudah menjadi Pouw-kai-ong. Karena tidak tahu harus mencari dimana, maka ia langsung menuju ke kota raja, oleh karena untuk mencari seorang "raja" pengemis, kiranya paling tepat menyelidiki dari kota raja, pusat segala macam kegiatan.

"Demikianlah sedikit riwayatku, dan kebetulan aku bertemu dengan kalian yang kukira adalah pengemis-pengemis yang mengalami penghinaan. Di sepanjang perjalanan banyak aku mendengar akan perpecahan golongan pengemis menjadi dua, pengemis baju bersih dan pengemis baju kotor, dan tentang penindasan yang dilakukan pengemis baju bersih terhadap pengemis baju kotor. Siapa kira, pengemis baju bersih adalah pengikut-pengikut setia dari Pouw-kai-ong, musuh besarku! Di sepanjang jalan, tidak ada yang berani menyebut-nyebut tentang Pouw-kai-ong."

Liong-kauwsu yang kini sudah berubah sebutan menjadi Liong-lokai (Pengemis Tua Liong) itu menarik napas panjang.

"Memang demikianlah. Tidak ada yang berani membicarakan perihal Pouw-kai-ong, apalagi bicara buruk, karena kaki tangannya banyak sekali dan hukumannya amatlah berat mengerikan." Kakek itu kini menoleh kepada Suling Emas dan berkata, "Setelah kini saya dan Yu Tai-hiap bercerita, saya harap Kim-siaw Tai-hiap sudi pula memberi sedikit penuturan dan penjelasan."

"Sesungguhnya tidak ada apa-apa yang patut kuceritakan,"

Suling Emas berkata dan tiba-tiba wajahnya yang tampan itu seperti diselubungi awan gelap. Betapa tidak akan keruh hatinya kalau ia diingatkan akan riwayatnya yang sembilan puluh persen terisi hal-hal menyedihkan itu? Pula ia sudah tidak mau mengingat hal-hal lampau, bahkan hendak melupakan namanya. Setelah berhenti sejenak, ia menyambung.

"Pertemuanku dengan Pouw-kai-ong dalam pertempuran hanyalah secara kebetulan saja. Akan tetapi karena aku tahu betapa jahatnya Pouw-kai-ong, maka aku bersimpati kepada orang-orang yang telah menjadi korbannya seperti kalian. Dan, untuk bicara terus terang, Yu-twako menduga tepat. Pouw-kai-ong amat lihai dan... maaf, kurasa Yu-twako sendiri tidak akan dapat mengalahkannya!"

Yu Kang mengangguk-angguk, sepasang alisnya yang tebal berkerut-kerut.
"Aku pun sudah menyelidiki dan mendengar bahwa Si Keparat she Pouw itu amat lihai. Kau yang sudah bertanding dengannya, tentu dapat menilainya dengan tepat, Kim-siauw-eng, dan aku percaya. Kalau kau yang begini lihai masih mengaguminya, tentulah ia merupakan lawan yang amat tangguh. Akan tetapi, aku tidak akan mundur setapak, kalau perlu nyawaku kupertaruhkan untuk membalas kematian seluruh keluarga ayahku." Yu Kang mengepal tinju, mukanya merah dan matanya berapi-api.

"Yu-tai-hiap..."

"Harap Liong-lokai jangan menyebut aku Tai-hiap (Pendekar Besar)!" Yu Kang memotong kata-kata kakek itu dengan sengit. "Aku hanyalah seorang pengemis jembel yang tiada guna!"

Memang watak Yu Kang keras dan jujur, tanpa dipalsukan tata cara dan sopan santun. Mungkin sakit hatinya dan malapetaka yang menimpa keluarganya membuat ia berwatak seperti itu.

"Baiklah, Yu-hiante. Harap jangan berkecil hati. Kalau kita maju bersama dan minta bantuan Kim-siauw-eng dan orang-orang gagah lainnya, kiranya Si Keparat Pouw itu akan dapat dibasmi."

"Hemm, terserah kau orang tua yang mengaturnya."

Akhirnya Yu Kang berkata sambil duduk kembali, menyambar paha angsa panggang dan menenggak araknya.

Liong-lokai lalu menjura kepada Suling Emas.
"Kami mohon dengan hormat sudilah kiranya Kim-siauw-eng membantu usaha kami membalas dendam, mengeroyok Si Keparat she Pouw yang jahat."

Suling Emas tersenyum dan menggeleng kepalanya.
"Mana bisa begitu, Lo-kai? Tak mungkin aku mengeroyok lawan."

"Akan tetapi, bukankah Kim-siauw-enghiong juga memusuhinya?"

"Betul. Seperti telah kukatakan tadi, aku bolehlah dimasukkan sebagai seorang diantara musuh-musuhnya. Akan tetapi aku tidak mempunyai dendam pribadi dengannya. Siapa saja yang jahat, boleh dianggap musuhku, karena kalau dia tidak bisa diinsyafkan, tentu akan kugunakan kekerasan mencegah si jahat merajalela menindas si lemah. Karena itu, berbeda sekali dengan kalian, aku tidak menaruh dendam dan aku hanya akan menghadapinya satu lawan satu. Tak mungkin aku sampai hati melakukan pengeroyokan terhadap lawan yang betapapun juga lihainya."

Tiba-tiba Yu Kang menghentikan gerakannya makan paha panggang. Ia memandang tajam ke arah Suling Emas, lalu mengangguk-angguk dan berkata murung,

"Benar sekali, Suling Emas! Aku sendiri pun, kalau tidak dimabok dendam kesumat, tidak sudi mengeroyok orang. Akan tetapi, kalau maju sendiri tidak menang sampai kapan dapat membalas dendam? Dendamku jauh lebih besar daripada segala macam aturan pertandingan."

Agaknya ucapannya ini berlawanan dengan wataknya yang gagah, maka untuk mencuci rasa malu, Yu Kang menggelogok arak sebanyaknya ke dalam perutnya!

"Akan tetapi, menghadapi seorang penjahat keji macam Pouw-kai-ong, bagaimana harus mengingat akan peraturan? Dia membunuhi orang, merampas kai-pang, mengangkat diri sendiri menjadi raja pengemis, kemudian merampas anak gadis orang tanpa melamar, memaksa kami menjadi pengemis, apakah semua perbuatannya itu menurutkan aturan? Bukankah orang bijaksana jaman dahulu mengatakan bahwa kebaikan dibalas dengan kebaikan berganda, akan tetapi kejahatan harus dibalas dengan keadilan? Dan terhadap seorang keji jahat macam Pouw-kai-ong, apakah yang lebih adil daripada mengeroyoknya dan menghukumnya bersama?"

"Sudahlah, Liong-kai!" Tiba-tiba Yu Kang berkata keras. "Orang yang tidak mau, apa gunanya dipaksa-paksa? Biarlah siapa yang mendiamkan saja kejahatan merajalela, dia itu membantu kejahatan! Apalagi, urusan ini adalah urusan kita para pengemis, mana seorang kongcu terpelajar mau mencampuri urusan segala jembel?"

Hening sejenak setelah Yu Kang mengeluarkan kata-kata yang keras, jujur tanpa tedeng-tedeng lagi ini. Para pengemis tua itu merasa khawatir, kalau-kalau Suling Emas akan menjadi marah. Namun, Suling Emas bukanlah seorang yang mudah marah. Gemblengan hidup membuat ia kuat bertahan akan segala serangan. Pula, ia dapat membedakan mana emas mana tembaga dan tahu bahwa di balik sikap kasarnya, Yu Kang adalah seorang gagah.

"Yu-twako, ucapanmu memang benar sekali. untuk mengeroyok orang, biar dipaksa-paksa aku tentu tetap tidak akan mau. Pula, justeru aku paling tidak mau mencampuri urusan orang lain karena aku menghormat kalian golongan pengemis yang biarpun berpakaian kotor namun berhati bersih. Akan tetapi kau keliru sangka kalau aku akan mendiamkan saja kejahatan merajalela."

"Hemm, omongan Suling Emas seperti omongan guru sekolah berbelit-belit! Pendeknya, kau mau membantu kami atau tidak?" Yu Kang mencela.

"Tentu saja, akan tetapi tidak secara keroyokan. Biarlah dia nanti kuhadapi sendiri, kalian lihat saja. Kalau aku kalah dan tewas di tangannya, anggap saja hal itu urusanku, dan barulah kalian boleh turun tangan terhadap Pouw-kai-ong."

Tiba-tiba Yu kang melompat lagi ke atas.
"Mana bisa?? Liong-lokai, mari kita berangkat. Urusan ini adalah urusan kita, urusan antara para pengemis, bahkan Pouw-kai-ong sendiri pun seorang pengemis yang jahat dan menyeleweng. Kitalah yang harus menghukumnya, bagaimana kita bisa menyerahkan hal ini kepada orang luar? Suling Emas, kami tidak membutuhkan bantuanmu lagi. Marilah, Liong-lokai. Engkau tahu dimana Si Jahanam itu?"






Tidak ada komentar:

Posting Komentar