FB

FB


Ads

Rabu, 03 April 2019

Suling Emas Jilid 081

Perintah ini diturut tiga orang wanita yang lain dengan ketakutan. Mereka lalu menggotong kedua orang wanita malang itu keluar dari ruangan.

"Hemm, inikah Kai-ong yang tersohor yang telah menaklukkan seluruh kai-pang (perkumpulan pengemis), yang secara keji membunuh orang tertua dari Sin-tung Sam-lo-kai tadi, dan kini melukai dua orang selirnya secara ganas pula?"

Kim-mo Taisu berkata, suaranya dingin dan pandang matanya kepada Si Raja Pengemis itu penuh ejekan.

Raja pengemis itu bukan lain adalah Pouw Kee Lui yang pernah kita kenal. Seperti kita ketahui, Pouw Kee Lui adalah murid seorang pertapa sakti di pantai Po-hai yaitu pantai laut sebelah timur, yang secara kejam telah membunuh gurunya sendiri karena ia ditegur ketika ia mengganggu isteri orang. Ia memperdalam ilmu dari kitab-kitab simpanan gurunya itu, kemudian mulailah ia merantau dan merajalela mempergunakan ilmunya yang tinggi.

Pertama-tama ia merebut kedudukan ketua di perkumpulan pengemis Khong-sim Kai-pang. Pernah ia bertemu dengan Liu Lu Sian dan hanya karena mengingat bahwa Lu Sian adalah puteri Beng-kauwcu, maka Pouw Kee Lui yang cerdik ini membebaskan Lu Sian. Kemudian semenjak itu, ia memperbesar kekuasaannya dengan menundukkan perkumpulan-perkumpulan pengemis yang ada, lalu mengangkat diri sendiri menjadi Kai-ong atau raja pengemis yang hidup mewah, yang menundukkan siapa saja yang menentangnya dan merampas gadis mana saja yang disukainya.

Wanita baju biru di sebelahnya itu adalah Liong Bi Loan murid yang kemudian diambil sebagai anak angkat oleh guru silat Liong Keng. Ketika gadis ini berkelahi dengan tukang-tukang pukul di rumah judi, kebetulan sekali Pouw Kee Lui atau Pouw-kai-ong sedang jalan-jalan ke rumah judi. Melihat gadis cantik ini serta melihat ilmu silatnya yang lumayan, hati Pouw-kai-ong tertarik sekali. Di antara tiga puluh orang lebih selirnya, tidak ada yang memiliki ilmu silat seperti gadis ini.

Maka ia lalu turun tangan dan dengan ilmu kepandaiannya yang amat tinggi, ia mengalahkan Bi Loan dan berhasil membuat gadis ini kagum oleh kepandaian silatnya, wajahnya yang tampan, dan sikapnya yang pandai berpura-pura dan memikat hati. Gadis yang masih hijau ini terjatuh ke dalam perangkap, mereka bermain cinta dan gadis yang tidak tahu bahwa yang ia sangka seorang pendekar sakti itu sebetulnya seorang manusia iblis yang keji.

Ia mengikuti Pouw Kee Lui bermain-main ke dalam hutan, dan di dalam sebuah kuil kosong, Si Manusia Iblis Pouw ini berhasil memberi minum arak yang ia campur obat sehingga Liong Bi Loan menjadi mabuk dan dalam keadaan tidak sadar telah menyerahkan dirinya dibawa terjun ke dalam jurang kehinaan oleh Pouw Kee Lui.

Ketika ia sadar, sesal pun tiada gunanya. Nasi telah menjadi bubur! Inilah akibatnya seorang gadis yang membuta saja menurutkan nafsu hati, membuta dalam bercinta sehingga tidak tahu bahwa yang disangka seekor domba sebenarnya adalah seekor serigala.

Karena sudah terlanjur, ia hanya bisa menangis dan akhirnya reda juga penyesalannya ketika Pouw Kee Lui membujuk-bujuknya, bersumpah mati-matian akan bersetia kepadanya, akan mengambilnya sebagai isteri, sehidup semati dan lain omongan muluk-muluk lagi. Terobatilah hati Bi Loan.

Ketika pada keesokan harinya ayahnya mendapatkannya di situ, terpaksa ia ikut pulang ayahnya. Dan tentu saja hatinya girang sekali ketika pada malam harinya, Pouw Kee Lui benar-benar datang membawanya pergi dan tentu saja ia ikut pergi dengan sukarela. Lebih baik ikut pergi bersama kekasihnya ini dan sehidup semati menjadi isterinya, daripada menjadi seorang gadis ternoda yang akan menderita malu seumur hidupnya!

Apalagi setelah ia ketahui bahwa kekasihnya itu ternyata adalah seorang yang amat penting, seorang raja, biarpun hanya rajanya pengemis! Dan melihat selir "suaminya" begitu banyak, ia menjadi tidak senang dan minta kepada suaminya untuk menghalau semua selir itu, yang juga diturut oleh Pouw Kee Lui, kecuali lima selir yang tadi melayani mereka makan minum. Demikianlah keadaan singkat Si Raja Pengemis yang lihai itu.

Ketika Pouw-kai-ong mendengar kata-kata Kim-mo Taisu yang penuh teguran, ia mengangkat muka memandang, mulutnya tersenyum sinis, pelupuk matanya bergetar sedikit, kemudian terdengar suaranya yang serak,

"Kim-mo Taisu, apakah kau mendapat nama besar itu karena kesukaanmu mencampuri urusan dalam rumah tangga orang lain? Kubunuh Lo-kai, itu adalah urusan kai-pang kami. Kubutakan mata kedua orang selirku, itu adalah urusan keluargaku sendiri."

"Tidak peduli... tidak peduli..., aku hanya seorang tamu, aku tidak peduli akan segala urusanmu yang busuk!" Kim-mo Taisu menggoyang-goyang tangannya.






"Heh-heh, itu baru ucapan seorang gagah. Nah, kau menjadi tamuku, seorang tamu agung harus disambut dengan arak wangi dan hangat!" Raja pengemis ini menuangkan arak ke dalam mangkok itu dan berseru. "Silakan!"

Sekali ia menggerakkan tangan, mangkok berisi penuh arak itu melayang cepat sekali seperti peluru tanpa araknya tumpah sedikit pun, menuju ke arah dada Kim-mo Taisu.

Kim-mo Taisu tersenyum, mengangkat tangan kirinya dan begitu tangannya bergerak, ia sudah menerima mangkok itu di atas telapak tangan kirinya, di mana mangkok itu kini berdiri dan sedikit pun tidak ada arak yang muncrat dari dalamnya. Diam-diam ia kagum juga karena tenaga sambaran mangkok itu amat kuat, tanda bahwa penyambitnya memiliki sin-kang yang hebat.

Di lain fihak, Pouw-kai-ong juga kagum. Menerima sambitannya semangkok penuh arak, tanpa tergoyang sedikit pun badannya, tanpa mucrat setetes pun araknya, mungkin jarang didapatkan keduanya. Hebat Kim-mo Taisu ini, pikirnya dan otaknya yang cerdik sudah diputar-putar untuk mencari akal.

Sementara itu, Kim-mo Taisu sudah menenggak habis arak di dalam mangkok dengan tenang, mengecap-ngecapkan lidahnya dan mengangguk-angguk sambil memandang ke arah mangkoknya yang sudah kosong.

"Arak baik... hemm, arak yang baik sekali. Terima kasih, Kai-ong, ini kukembalikan mangkokmu!" Tiba-tiba tangannya bergerak dan mangkok itu sudah ia sentil dengan jari telunjuknya.

"Tinggg!!"

Mangkok kosong itu kini melayang ke arah Pouw-kai-ong, akan tetapi melayang sambil berputar seperti gasing.

Pouw-kai-ong tersenyum dan mengangkat tangannya menyambut sambaran mangkok kosong.

"Brakkk!!" Mangkok kosong itu begitu menyentuh tangannya, lalu pecah berantakan!

"Aiihhh!!"

Pouw-kai-ong terloncat kaget. Mukanya menjadi merah sejenak, matanya mengeluarkan sinar berapi, kedua tangannya menegang, jari-jari tangannya bergerak-gerak seperti cakar harimau.

Kim-mo Taisu tersenyum saja dengan tenang, menanti segala kemungkinan. Akan tetapi, lambat laun muka raja pengemis itu menjadi pucat kembali seperti sediakala, bukan pucat berpenyakitan, melainkan pucat karena latihan lwee-kang tertentu. Mulutnya masih tersenyum sinis dan tangannya membuat gerakan mempersilakan tamunya duduk.

"Heh-heh, tamu agung yang hebat! Kim-mo Taisu, namamu terkenal dan ternyata bukan kosong belaka. Silakan duduk!"

Kim-mo Taisu melangkah menghampiri meja dengan sikap masih tenang, mata tiada lepas dari gerakan raja pengemis itu, kemudian ia menarik bangku dan duduk.

"Terima kasih, Kai-ong."

Kembali Pouw-kai-ong menuangkan arak ke dalam mangkok sampai penuh. Mangkok itu ia letakkan di atas telapak tangan kanannya dan ia mengerahkan hawa sin-kang di tubuhnya, disalurkan melalui tangan kanan terus menjalar ke mangkok arak. Sebentar saja arak di dalam mangkok itu bergolak mendidih dan beruap! Inilah hawa sin-kang yang bukan main tingginya!

"Silakan minum, Kim-mo Taisu!"

Katanya tersenyum sinis seraya menyodorkan mangkok arak mendidih itu kepada tamunya.

Kim-mo Taisu menjadi kaget, kagum dan juga mendongkol. Harus ia akui bahwa demonstrasi hawa sin-kang yang diperlihatkan raja pengemis itu memang hebat dan hanya orang dengan kepandaian tinggi saja yang akan mampu melakukannya. Akan tetapi, orang lain boleh merasa jerih, baginya demonstrasi itu hanyalah permainan untuk menakuti anak kecil! Sambil tersenyum pula ia mengulur tangan menerima mangkok arak mendidih itu sambil mengerahkan sin-kangnya.

Aneh tapi nyata. Begitu mangkok arak mendidih itu berada di telapak tangan Kim-mo Taisu, mendadak uapnya hilang dan arak itu tidak bergolak mendidih lagi!

"Terima kasih, sayang arakmu dingin."

Kata Kim-mo Taisu sambil menuangkan arak ke mulutnya, tetapi arak itu tidak mau keluar dari mangkok karena ternyata telah membeku!

Inilah demonstrasi yang lebih hebat lagi, menggunakan sifat dingin dari tenaga sin-kang yang sudah mencapai tingkat tinggi. Sambil tersenyum lebar Kim-mo Taisu meletakkan mangkok itu ke atas meja dan memandang tuan rumah.

Agak berubah air muka yang pucat dari raja pengemis itu. Telah dua kali ia menguji dan mendapat kenyataan bahwa kepandaian tamunya benar-benar hebat, maka ia harus berlaku hati-hati sekali.

"Kim-mo Taisu, keperluan apakah yang membawamu datang mencari aku?"

Kim-mo Taisu menyambar mangkok arak dan meneguknya habis, lalu mengangguk-angguk dan menjilati bibirnya.

"Arak baik, arak baik...!"

Pouw-kai-ong tertawa.
"Ha-ha-ha, kiranya kau setan arak. Minumlah!" Ia melemparkan seguci arak ke arah Kim-mo Taisu.

Lemparan ini kuat bukan main karena disertai tenaga lwee-kang, sedangkan jarak antara mereka dekat saja, hanya terpisah sebuah meja. Namun dengan enaknya Kim-mo Taisu menerima guci arak itu dan terus menggelogoknya langsung tanpa cawan atau mangkok lagi. Setelah lima enam mangkok arak memasuki perutnya, baru ia berhenti dan meletakkan guci arak di atas meja.

"Pouw-kai-ong, kebetulan sekali aku berkenalan dengan Liong-kauwsu (Guru Silat Liong) di Sin-yang dan karena tidak tahan mendengar tangis seorang ayah kehilangan puterinya, maka aku datang kesini mencarimu."

"Aaahhhh....!"

Wanita cantik baju biru yang sejak tadi duduk tenang menonton pertunjukan ilmu yang hebat itu, kini berseru tertahan, wajahnya berubah pucat. Akan tetapi Pouw Kee Lui tertawa mengejek.

"Kim-mo Taisu, setelah sekarang kau dapat bertemu denganku, apa yang kau kehendaki?"

"Orang she Pouw, kau telah menculik puteri Liong-kauwsu. Sekarang harap kau memandang mukaku dan mengembalikan puterinya itu, kalau tidak... ha-ha-ha, terpaksa aku lupa bahwa aku telah kau suguhi arak yang baik!"

Pouw Kee Lui juga tertawa.
"Heh-heh-heh, aku pun menyuguhi arak padamu sama sekali bukan dengan maksud menyuap." Ia lalu bangkit berdiri dan memperkenalkan wanita yang duduk di sebelahnya. "Kim-mo Taisu, perkenalkan, inilah isteriku yang bernama Liong Bi Loan, puteri Liong-kauwsu dari Sin-yang!"

"Is... terimu....?" Kim-mo Taisu terkejut dan heran.

"Moi-moi kekasihku, kau katakanlah kepada Kim-mo Taisu, benarkah bahwa aku menculikmu?"

Dengan muka berubah menjadi merah sekali karena jengah, wanita itu memandang Kim-mo Taisu dan berkata,

"Aku pergi mengikutinya dengan sukarela, urusan kami berdua ini apa sangkut pautnya dengan orang luar?"






Tidak ada komentar:

Posting Komentar