FB

FB


Ads

Sabtu, 30 Maret 2019

Suling Emas Jilid 073

Setelah berkata demikian, guru silat tua itu tiba-tiba menerjang Kim-mo Taisu yang masih duduk di atas bangkunya. Guru silat tua itu memukul dengan tangan kanannya, pukulan yang antep dan ampuh, namun Kwee Seng hanya duduk tersenyum.

Ketika pukulan sudah tiba pada sasarannya, terdengar suara keras dan bangku yang diduduki Kwee Seng tadi hancur berkeping-keping, akan tetapi pendekar sakti itu sendiri sudah tidak berada di situ! Kejadian ini berlangsung cepat sekali, menghilangnya Kwee Seng juga amat luar biasa sehingga guru silat dan lima orang muridnya melongo, lalu celingukan mencari-cari dengan mata mereka.

"Ha-ha, pukulan tanganmu masih ampuh sekali, Lo-enghiong!"

Tiba-tiba terdengar suaranya dan ketika semua orang memandang, ternyata Kim-mo Taisu atau Kwee Seng itu telah berada di sudut ruangan, punggungnya menempel pada sudut dinding bagian atas, seperti orang enak-enak duduk saja! Ternyata pendekar sakti itu sekaligus telah membuktikan kehebatan gin-kangnya ketika ia "menghilang" dan juga kekuatan lwe-kangnya dengan cara menempelkan punggung pada dinding!

"Hemm, kau anggap pukulan tanganku masih cukup ampuh? Sekarang harap kau suka melihat ilmu toyaku, bagaimana?"

Cepat sekali guru silat itu tahu-tahu sudah menyambar sebatang toya, yaitu senjata tongkat atau pentung terbuat daripada sebuah kuningan dengan ujungnya baja, sebuah senjata yang berat dan keras bukan main. Kemudian toya itu diputar-putarnya sampai mengeluarkan angin berciutan, toyanya sendiri hilang bentuknya karena yang tampak hanya gulungan sinar kuning yang makin lama makin berkembang lebar.

Terdengar suara keras berkali-kali dan di lain saat Si Guru Silat sudah meloncat turun, toyanya melintang di depan dada, dan ia bengong memandang ke atas di mana tadi Kim-mo Taisu berada. Pendekar sakti itu sudah tidak berada di atas dinding itu memperlihatkan akibat serangan yang hebat tadi, yaitu berlubang-lubang pada tujuh tempat, tepat di bagian tubuh yang berbahaya.

"Wah, ilmu toyamu masih amat luar biasa Lo-enghiong!" Tiba-tiba Kim-mo Taisu berkata dan kiranya pendekar ini tadi melompat ke sudut lain dari ruangan itu dengan gerakan demikian cepatnya sehingga tak tampak oleh mereka yang berada di ruangan itu. Kini ia menghampiri Si Guru Silat tua sambil menjura dan tertawa-tawa, "Kau yang begini tua masih sehebat ini, benar-benar harus diberi ucapan selamat dengan seguci arak wangi."

Liong Keng tersenyum dan melempar toyanya ke arah muridnya yang cepat menerimanya dan menyimpannya.

"Ha-ha-ha, pujianmu kosong, dan orang setua aku ini sudah tidak butuhkan itu lagi. Taisu kalau kau menganggap bahwa ilmuku masih belum berkurang, maka makin sukarlah penasaran ini dibereskan. Heeei, ambil lagi guci besar arak wangi untuk Taisu!"

Biarpun tadinya guru silat itu tertawa-tawa melayani Kwee Seng minum arak yang baru dibuka dari guci, namun kerut-kerut di dahinya timbul lagi dan ia menarik napas panjang berkali-kali.

"Lo-enghiong, mengapa kau simpan-simpan penasaran di hati? Ceritakanlah, apa yang terjadi dan siapa itu orang muda berpakaian jembel yang lihai sekali?"

Liong Keng kembali menarik napas panjang.
"Kalau diceritakan sungguh membikin orang mati penasaran! Aku Liong Keng selama puluhan tahun hidup sebagai guru silat tak pernah mencari permusuhan dengan siapapun juga, kecuali dengan orang-orang jahat sehingga selama ini namaku tetap disuka dunia kang-ouw. Siapa tahu, sekali ini namaku hancur oleh seorang bu-beng-siauw-cut (orang kecil tak terkenal)!"

Dengan suara penuh penasaran ia lalu bercerita akan peristiwa yang menimpa padanya beberapa hari yang lalu.

Liong Keng seorang guru silat yang terkenal, guru silat walaupun merupakan guru bayaran, namun dalam menerima murid ia tidaklah asal orang mampu membayarnya saja. Ia memilih calon murid yang berbakat dan yang berkelakuan baik-baik, bahkan banyak di antara muridnya yang karena miskin tidak mampu membayarnya.






Ada seorang murid perempuan, anak seorang janda miskin yang amat dikasihinya sehingga ketika janda itu meninggal dunia, murid perempuan yang bernama Bi Loan itu ia pungut sebagai puterinya, karena guru silat itu sendiri memang tidak mempunyai keturunan.

Bi Loan menjadi murid yang pandai dan anak yang berbakti, wajahnya cukup cantik sehingga guru silat itu tentu saja mengharapkan mantu yang pantas. Sebagai seorang gadis yang pandai silat, puteri Sin-kauw-jiu Liong Keng, Bi Loan bukanlah gadis pingitan yang selalu berada di dalam kamarnya. Ia sudah biasa keluar pintu, bahkan biasa pula menggunakan kepandaiannya untuk membela si lemah yang tertindas. Tidak ada orang yang berani mencoba-coba mengganggunya, karena selain gadis itu sendiri pandai silat, juga orang merasa sungkan bermusuhan dengan Sin-kauw-jiu Liong Keng itu dan murid-muridnya yang banyak jumlahnya.

"Akan tetapi, sepekan yang lalu," demikian guru silat itu melanjutkan ceritanya. "Bi Loan memasuki sebuah tempat judi Karena tertarik. Di tempat itu tentu saja berkumpul banyak penjahat dan di situ pula Bi Loan mendengar ucapan kurang ajar. Terjadilah keributan dan beberapa orang lelaki yang kurang ajar itu dihajar kalang kabut oleh Bi Loan sehingga mereka itu lari tunggang langgang. Akan tetapi tiba-tiba seorang pengemis muda, kukatakan pengemis karena ia berpakaian jembel. Ia tidak terkenal dan menurut cerita mereka yang menyaksikan kejadian itu, Bi Loan bertanding dengan jembel muda itu yang agaknya membela para penjahat tadi. Pertandingan berjalan seru dan laki-laki muda itu lalu melarikan diri sambil menyindir-nyindir. Bi Loan marah dan mengejar, sebentar saja mereka lenyap dari tempat itu." Guru silat itu berhenti bercerita dan menarik napas panjang.

"Lalu bagaimana?" Kwee Seng tertarik.

"Tak seorang pun tahu kemana mereka pergi berkejaran, karena sampai sehari semalam Bi Loan tidak pulang, aku menjadi kuatir dan pada keesokan harinya aku sendiri pergi mencari. Aku mendapatkan Bi Loan di dalam sebuah kuil kosong di hutan sebelah barat kota...."

Melihat wajah guru silat itu merah padam, Kwee Seng menduga-duga.
"Dan pengemis itu?"

"Dia tidak ada, entah berada dimana. Akan tetapi sikap Bi Loan luar biasa sekali. Anakku itu dengan sikap yang aneh menyatakan tidak ingin pulang karena ia sudah menjadi isteri Kai-ong!"

"Kai-ong (Raja Pengemis)??" Kwee Seng tertegun.

Demikianlah pengakuannya. Ia menyebut Kai-ong kepada laki-laki muda jembel itu. Aku marah dan memaksanya pulang karena kuanggap Bi Loan sedang dalam keadaan tidak sadar. Dan setibanya di rumah, ia hanya menangis, tidak mau bicara apa-apa kecuali menyatakan hendak ikut kai-ong! Malam harinya, tiga hari yang lalu, di depan hidungku sendiri tanpa aku dapat berbuat sesuatu, bangsat itu datang dan membawa pergi Bi Loan!"

"Apa? Bagaimana terjadinya?"

Kwee Seng kaget. Ia maklum bahwa guru silat ini kepandaiannya sudah lumayan, kalau laki-laki muda yang mengaku sebagai raja pengemis itu mampu menculik seorang gadis begitu saja, itu membuktikan bahwa ilmu kepandaian jembel muda itu tentulah hebat!

"Sungguh aku harus merasa malu, menjadi guru silat puluhan tahun lamanya, sama sekali tidak berdaya menghadapi seorang penjahat tak ternama seperti dia. Aku harus tutup perguruanku!"

"Suhu...!" lima orang murid kepala berseru.

"Ahh, perlu apa belajar ilmu silat dari seorang lemah seperti aku?" guru silat itu menghela napas. "Kim-mo Taisu, kau tadi menyatakan sendiri bahwa baik tenagaku maupun ilmu toyaku masih kuat, namun malam hari itu aku benar-benar seperti anak kecil, dipermainkan orang. Dia itu, tanpa kuketahui padahal aku sama sekali belum tidur, tahu-tahu telah dapat memasuki kamar puteriku, memondongnya keluar dan meloncat ke atas genteng. Aku mendengar puteriku berkata.”

"Selamat tinggal, Ayah" dan melihat berkelebatnya bayangan itu di atas.

Tentu saja aku menyambar toya dan mengejar ke atas, lalu kuhantamkan toyaku pada punggung orang itu. Tepat toyaku mengenai punggung, namun... ahhh... toyaku terlepas dari tanganku dan dia tidak apa-apa! Kemudian menghilang di dalam gelap!"

Makin kagum hati Kwee Seng. Selama ini, baru Bayisan seorang yang ia anggap seorang muda yang berkepandaian hebat, siapa kira sekarang muncul lagi seorang pemuda lain yang menyebut diri raja pengemis yang demikian lihai!

"Nah, selanjutnya kau telah ketahui. Aku menyuruh murid-muridku untuk pergi melakukan penyelidikan, akan tetapi bukannya mengetahui dimana sembunyinya penjahat yang menculik anakku, malah berani berlaku kurang ajar kepadamu. Betapapun juga, hal ini kuanggap kebetulan sekali, karena, kalau tidak kau sahabat muda, siapa lagi yang dapat mencuci bersih namaku ini?"

Suara guru silat itu terdengar sedih sekali, penuh permohonan sehingga nampak benar bahwa ia telah tua dan telah banyak berkurang semangatnya begitu menderita kekalahan.

"Baiklah, Lo-enghiong." Kwee Seng menyanggupi. "Mendengar ceritamu, aku jadi ingin sekali bertemu dengan raja pengemis itu! Mudah-mudahan saja aku akan dapat menemukannuya. Akan tetapi tentang puterimu, kalau memang betul dia itu telah memilih Si Raja Pengemis, apa yang dapat kita perbuat? Lo-enghiong, tentu kau sendiri maklum betapa ruwetnya soal asmara..."

Perih hati Kwee Seng berkata demikian, seakan-akan ia menusuk dan menyindir hatinya sendiri yang berkali-kali menjadi korban asmara jahil!

Liong Keng menghela napas dan mengangguk-angguk.
"Dia bukan keturunanku sendiri, bagaimana aku bisa mengetahui isi hatinya yang sesungguhnya? Kalau memang demikian halnya, biarlah ia pergi, memang Thian tidak menghendaki aku mempunyai keturunan."

Setelah menyatakan janjinya akan pergi mencari penculik puteri guru silat Liong, Kwee Seng lalu berpamit dan pergilah ia dari rumah itu untuk mencari orang yang amat menarik hatinya Si Raja Pengemis!

**** 073 ****





Tidak ada komentar:

Posting Komentar