FB

FB


Ads

Selasa, 26 Maret 2019

Suling Emas Jilid 065

"Tan-taihiap (Pendekar Besar Tan), mohon suka memberi pertolongan kepada kami para piauwsu yang celaka....!" Seorang diantara mereka yang tertua dan pundaknya terluka bacokan, segera berkata dengan suara penuh permohonan. "Kebetulan sekali kami yang bercelaka mendengar akan kehadiran Taihiap di sini, maka kami segera menghadap Taihiap untuk mohon pertolongan. Kalau Taihiap tidak suka menolong, berarti kami sekeluarga akan mati...."

Tan Hui mengerutkan keningnya. Tidak patut para piauwsu yang termasuk golongan orang gagah bersikap selemah ini.

"Kalian ini rombongan piauwsu dari manakah dan apa yang terjadi sehingga kalian merengek-rengek seperti anak kecil?" tanyanya berisikan teguran.

"Maaf, Taihiap, kalau sikap kami menjemukan Taihiap. Akan tetapi karena kami sudah putus harapan. Ketahuilah, Tan-hiap. Kami dari perusahaan pengantar barang Hong-ma-piauwkiok (Perusahaan Pengantar Kuda Angin). Kali ini kami ditugaskan mengantar lima peti barang-barang berharga milik seorang pembesar yang pindah tempat, yang katanya berharga ribuan tail emas. Karena perjalanan menuju kota Sui-kiang biasanya aman, kami tidak merasa kuatir apa-apa. Ternyata, di luar dugaan, di lereng bukit itu, hanya empat puluh li dari sini, kami dihadang perampok, barang-barang kami dirampas semua, bahkan diantara kami ada yang tewas dan luka-luka. Gerombolan perampok itu agaknya masih baru di sana, dipimpin oleh kepalanya yang lihai. Tan-taihiap, harap tuan sudi menolong kami, karena kami tidak mampu merampas kembali lima buah peti itu pasti perusahaan kami akan bangkrut, dan kami semua akan diseret ke penjara!"

"Kalian tidak becus melawan perampok, mengapa berani menjadi piauwsu?" Tiba-tiba Lu Sian membentak mereka. "Memang piauwsu lawannya perampok, siapa kalah harus berani menanggung resikonya, mengapa kalian ribut merengek-rengek minta bantuan orang lain? Tak tahu malu! Hayo pergi, jangan ganggu lagi, kami punya urusan yang lebih penting!"

Tujuh orang piauwsu itu kaget sekali. Mereka bingung karena tidak tahu siapa adanya wanita cantik jelita yang galak itu. Akan tetapi karena melihat wanita itu berada di situ bersama Tan Hui, mereka lalu membentur-benturkan jidat ke tanah sambil memohon-mohon dengan suara pilu.

"Sudah bertahun-tahun mendengar nama besar Tan-taihiap sebagai pendekar budiman yang selalu mengulurkan tangan menolong mereka yang menghadapi melapetaka! Kini kami mohon dengan segala kerendahan hati..."

"Hemmm, sudahlah jangan banyak ribut lagi. Biar kubereskan sebentar urusan kecil itu. Di mana adanya si perampok?"

"Koko! Kau hendak memenuhi permintaan mereka yang cerewet ini? Bukan urusan kita..."

"Hanya sebentar, Sian-moi. Bukit itu tampak dari sini, dan membereskan segala macam perampok hina apa sih sukarnya? Hanya makan waktu beberapa jam juga beres."

"Aku tidak sudi mencampuri urusan piauwsu-piauwsu tengik ini!" Lu Sian cemberut.

Tan Hui tersenyum.
"Biarlah aku sendiri yang mengurus hal ini, harap kau suka menanti. Tak lama aku kembali."

Lu Sian tidak menjawab, keningnya berkerut dan matanya memandang ke arah para piauwsu dengan marah. Kemudian ia membalikkan tubuh memasuki rumah makan. Setelah Tan Hui pergi dengan cepatnya diikuti para piauwsu yang seakan-akan hidup kembali karena mendapat harapan besar tertolong. Lu Sian lalu dengan sikap uring-uringan membayar harga makanan, menyuruh pelayan rumah makan mengambil alat tulis, lalu ditulisnya beberapa huruf di atas kertas yang kemudian dilipatnya dan diserahkannya kepada pengurus rumah makan.

"Kalau Tan Hiap datang, kau berikan surat ini kepadanya. Awas, jangan sampai lupa, surat ini sama harganya dengan sepasang telingamu!"

Pengurus itu yang tadi melihat betapa wanita kosen ini membikin buntung telinga seorang pengemis lihai, menjadi ngeri dan hanya dapat memandang dengan lidah keluar ketika Lu Sian dengan langkah gesit keluar dari situ.

Mengapa terjadi keanehan pada perkumpulan Khong-sim Kai-pang? Dahulu perkumpulan ini terkenal sebagai perkumpulan pengemis yang mengutamakan kegagahan dan kebaikan, di bawah pimpinan Yu Jin Tianglo yang terkenal bijaksana dan keras terhadap anak buahnya sehingga jarang terjadi anak buah perkumpulan ini berani melakukan penyelewengan.






Akan tetapai, memang terjadi perubahan hebat sejak tiga bulan yang lalu. Seorang laki-laki berusia tiga puluh tahun lebih bernama Pouw Kee Lui, berasal dari pantai Lautan Po-hai, datang membuat gara-gara.

Pouw Kee Lui ini bukan orang sembarangan, ia murid seorang sakti yang bertapa di dalam gua-gua sepanjang pantai Po-hai. Semenjak kecil Pouw Kee Lui digembleng oleh pertapa ini dan memperoleh ilmu silat yang tinggi sekali. Akan tetapi beberapa tahun yang lalu, ia tidak dapat menahan gelora nafsunya yang memang selalu mengalahkan batinnya sehingga ia menculik dan memperkosa seorang wanita nelayan, membunuh suami wanita itu dan beberapa orang keluarganya yang hendak membela wanita itu.

Gurunya marah sekali, akan tetapi dalam cengkeraman nafsu iblis, Pouw Kee Lui turun tangan pula terhadap gurunya yang sudah amat tua dan lemah sehingga ia berhasil membunuh gurunya sendiri, kemudian membunuh pula wanita itu! Peninggalan gurunya berupa kitab-kitab pelajaran ilmu kesaktian ia ambil semua dan pergilah Pouw Kee Lui meninggalklan pantai Po-hai dengan kedua tangan berlepotan darah pembunuhan kejam! Selama bertahun-tahun ia memperdalam ilmunya, mempelajari kitab-kitab dari suhunya, maka kepandaiannya makin meningkat tinggi.

Dalam perantauannya, Pouw Kee Lui yang sudah menjadi hamba nafsu itu mengumbar nafsu angkara murka, mengandalkan kepandaiannya untuk melakukan apa saja demi memuaskan dirinya. Merampok, membunuh, merampas wanita, dan mengganggu orang-orang kang-ouw untuk mengangkat diri dan namanya sehingga dalam beberapa tahun saja terkenallah nama Pouw Kee Lui sebagai seorang tokoh muda yang ganas dan kejam sepak terjangnya.

Pada suatu hari, yaitu tiga bulan yang lalu, sampailah Pouw Kee Lui di Kang-hu dan ia mendengar tentang perkumpulan Khong-sim Kai-pang yang terkenal dan kuat. Dengan tertarik ia mendatangi markas perkumpulan itu dan tercenganglah ia menyaksikan betapa kuil tua yang dijadikan pusat perkumpulan, ternyata di sebelah dalamnya terdapat perabot-perabot rumah yang cukup lumayan dan lengkap.

Tertarik pula melihat betapa kedudukan ketua perkumpulan ini amat dihormat, baik oleh anak buah Khong-sim kai-pang yang mempunyai ratusan orang anggota, maupun oleh para penduduk sekitar tempat itu. Bahkan pembesar-pembesar negeri memandang perkumpulan ini dengan hormat! Maka timbullah niatnya yang bukan-bukan yaitu ingin merampas kedudukan ketua Khong-sim Kai-pang!

Dengan tenang ia mendatangi kuil di luar kota Khang-hu, dan dengan seenaknya pula ia menyatakan kepada Yu Jin Tianglo bahwa ia ingin menjadi ketua Khong-sim Kai-pang! Tentu saja belasan orang pimpinan itu menjadi marah, namun sekaligus mereka itu dirobohkan secara mudah oleh Pouw Kee Lui! Bahkan Yu Jin Tianglo sendiri yang tentu saja mempertahankan kedudukan, terutama nama besarnya, dalam pertandingan yang hebat terbunuh olehnya!

Sifat-sifat baik seseorang sukar ditiru dan tidak mudah menular. Sebaliknya sifat-sifat buruk itu tanpa diajarkan pun akan mudah ditiru dan merupakan semacam penyakit batin yang mudah menular.

Setelah menyaksikan kesaktian petualang muda itu, para pimpinan Khong-sim Kai-pang mau tak mau terpaksa tunduk, dan kemudian, melihat sifat Pouw Kee Lui atau Kai-pangcu (Ketua Perkumpulan Pengemis) yang baru ini jauh berlainan dengan sifat dan watak Yu Jin Tianglo, para anggota perkumpulan ini menjadi gembira sekali.

Nafsu mereka yang selama berada di bawah pimpinan dan pengawasan Yu Jin Tianglo seakan-akan tertekan, kini mendapat jalan keluar dan mulailah terjadi pelanggaran-pelanggaran oleh anak buah Khong-sim Kai-pang. Bahkan dendam yang selama ini terpaksa disimpan saja di dalam hati terhadap Hui-kiam-eng Tan Hui karena Yu Jin Tianglo malah menyalahkan anak buahnya sendiri, kini meluap-luap dan ketika para pimpinan menceritakan kepada ketua baru itu.

Pouw Kee Lui segera mengatur rencana dan menyuruh para pimpinan yang berkepandaian cukup tinggi untuk menculik puteri Tan Hui yang baru berusia lima tahun dari rumah paman bocah itu. Hal ini dilakukan untuk langsung pergi mencari Hui-kiam-eng Tan Hui, ketua baru ini merasa dirinya terlalu tinggi!

Demikianlah peristiwa hebat yang terjadi pada perkumpulan Khong-sim Kai-pang dan yang tentu saja mengherankan hati Tan Hui dan juga Lu Sian yang sudah mendengar akan kebesaran perkumpulan itu dan ketuanya, Yu Jin Tianglo.

Dapat dibayangkan betapa marahnya hati Pouw Kee Lui melihat anak buahnya mendapat penghinaan dari Tan Hui dan seorang wanita jelita bernama Lu Sian, malah dua orang pembantunya yang ia anggap berkepandaian cukup yang ia utus menantang Hui-kiam-eng Tan Hui, juga menerima penghinaan pula. Ia anggap penghinaan melampaui batas dan ketika sore hari itu ia mengambil keputusan untuk mencari sendiri Tan Hui, tiba-tiba muncullah Lu Sian yang menerobos masuk dengan pedang di tangan dan berseru.

"Di mana adanya Yu Jin Tianglo! Aku mewakili Hui-kiam-eng Tan Hui untuk mengambil kembali puterinya!"

Di dalam kuil itu para pimpinan Khong-sim Kai-pang berkumpul, malah dua orang pengemis yang telinganya buntung dan Si Kepala Besar yang menderita luka dalam juga hadir di situ.

Menyaksikan seorang wanita muda dengan pedang di tangan yang demikian cantik jelita, sejenak Pouw Kee Lui melongo terpesona dan keheranan. Ia dapat menduga tentu inilah teman Tan Hui yang telah membuntungi telinga pembantunya. Ia terheran-heran bagaimana ada seorang wanita muda yang cantik jelita seperti ini mampu melakukan hal itu.

Pouw Kee Lui pada hakekatnya bukanlah seorang laki-laki mata keranjang, namun kali ini ia benar-benar terpesona dan untuk sejenak ia tidak mampu mengeluarkan kata-kata. Namun ia tidak bodoh. Ia tahu bahwa seorang, apalagi kalau ia wanita, yang sudah berani dengan sikap begini tabah memasuki sarang lawan, tentulah memiliki kepandaian yang boleh diandalkan.

Kepandaian dua orang pembantunya bukanlah rendah, dan kalau dua orang pembantunya itu setelah bertemu dengan wanita ini pulang dalam keadaan terluka cukup hebat, terkena jarum beracun harum, telinganya buntung dan isi dadanya terguncang dan terluka, jelas bahwa di dalam kai-pang, kiranya hanya dia seorang yang akan sanggup menandingi wanita itu. Maka sebagai seorang yang berpengalaman luas, ia bersikap hati-hati, ingin tahu lebih dulu siapa gerangan wanita ini dan dari golongan mana.

Akan tetapi, begitu dua orang pengemis yang kalah di depan rumah makan itu melihat munculnya Lu Sian, mereka sudah lantas memaki dan memandang dengan mata melotot.

Ini cukup menjadi isyarat bagi para pimpinan pengemis yang jumlahnya ada tujuh orang lagi. Serentak mereka itu bangkit dan mencabut senjata masing-masing. Tujuh orang pengemis ini semua adalah pengemis tua dan yang memiliki kepandaian tinggi. Lima di antara mereka, bersenjatakan tongkat, sedangkan yang dua orang mencabut pedang.

Namun Lu Sian sama sekali tidak takut. Dengan tangan kiri bertolak pinggang dan tangan kanan yang memegang pedang menudingkan ujung pedangnya ke arah tujuh orang pengemis itu, ia membentak.

"Aku tidak ada tempo untuk berurusan dengan segala macam jembel tua bangka! Suruh Yu Jin Tianglo keluar untuk bicara denganku!"

Akan tetapi tujuh orang pengemis itu tidak ada yang menjawab atau peduli, bahkan mereka lalu membuat gerakan mengurung nona yang cantik dan galak ini. Lu Sian menjadi gemas sekali dan ia sudah siap menerjang untuk memberi hajaran ketika di belakangnya terdengar suara yang jelas dan nyaring.

"Nona, Yu Jin Tianglo yang kau tanyakan itu sudah mati."

Kaget sekali Lu Sian mendengar hal ini. Ia memang mendengar dari dua orang pengemis bahwa para pengemis sudah mempunyai ketua baru, akan tetapi tidak ia sangka bahwa Yu Jin Tianglo sudah mati. Cepat ia memutar tubuh menghadapi Si Pembicara yang bukan lain adalah Pouw Kee Lui.

Ia melihat sorang laki-laki berusia tiga puluh tahun lebih, tubuhnya sedang, kumis dan jenggotnya pendek, wajahnya berkulit kasar akan tetapi tidaklah buruk bahkan mendekati tampan. Kelihatannya orang ini lemah dan tidak mempunyai kepandaian yang tinggi, akan tetapi sepasang matanya mencorong bagaikan mata srigala. Pakaiannya biar sederhana, namun tidak ada yang ditambal, maka ia sama sekali tidak kelihatan seperti anggota pengemis, apalagi seperti ketua pengemis.

"Mati...?" Lu Sian ketika memutar tubuhnya berseru.

"Ya, mati," kata Pouw Kee Lui dan senyum sinis muncul di bibirnya. "Tidak kebetulan sekali, ia mati melawan aku."

Diam-diam kagetlah Lu Sian. Siapa kira, orang macam ini mampu mengalahkan bahkan membunuh Yu Jin Tianglo yang terkenal berkepandaian tinggi? Tak masuk akal! Orang di depannya ini pantasnya seorang petani gunung, atau paling hebat seorang pedagang obat keliling.

"Hemmmm," akhirnya ia mendengus, "kau siapakah?"






Tidak ada komentar:

Posting Komentar