FB

FB


Ads

Selasa, 12 Februari 2019

Bukek Siansu Jilid 094

"Plakkkk!!!" Rambut itu disambar oleh tangan Han Lojin.

"Aihhh.... lepaskan....!"

Kiammo Cai-li menjerit karena betapapun dia berusaha menarik rambutnya, tetap saja tidak dapat terlepas bahkan semakin erat.

"Swat Hong, lepaskan dia, mundurlah!" Han Lojin berseru.

Swat Hong tidak berani membantah, lalu melepaskan pegangan tangannya dan menarik pedangnya melompat mundur.

"Kiam-mo Cai-li, aku hanya ingin bertanya kepadamu!" Han Lojin berkata, suaranya halus.

Melihat kakek ini yang dia tahu amat lihai, Kiam-mo Cai-li yang cerdik lalu menjatuhkan diri berlutut di depan kakek itu, menunduk dan berkata,

"Locianpwe, maafkan saya, saya tidak berani melawan Locianpwe yang sakti. Pertanyaan apakah yang hendak Locianpwe (Kakek Gagah Perkasa) ajukan kepada saya?"

Melihat sikap Kiam-mo Cai-li yang begitu ketakutan, Swat Hong mengerutkan alisnya, akan tetapi Han Lojin mengelus jenggotnya.

"Hemmm, semua orang pernah melakukan penyelewengan dalam hidupnya. Penyesalan yang disertai kesadaran tinggi mendatangkan pengertian sehingga si penyeleweng akan merasa jijik untuk melanjukan penyelewengannya. Kiam-mo Cai-li, sayang kalau kepandaian seperti yang kau miliki itu dipergunakan untuk kejahatan. Aku hendak bertanya, di mana adanya The Kwat Lin?"

"The Kwat Lin? Ohh, dia berada di...... neraka bersamamu!" Tiba-tiba wanita itu dari bawah menyerang dengan payung dan kuku beracunnya.

"Cepppp.... bresss....!"

"Keparat....."

Swat Hong menjerit dan pedangnya bergerak secepat kilat sebelum Kiam-mo Cai-li sempat mencabut kembali pedangnya dari dada kakek itu.

"Prepppp....! Aihhhh....!!"

Darah muncrat-muncrat dari lambung Kiam-mo Cai-li dan dada han Lojin. Kakek itu masih berdiri tegak sambil tersenyum ketika pedang dicabut keluar dadanya. Kiam-mo Cai-li mengeluarkan teriakan seperti binatang buas ketika dia menubruk Swat Hong dan menyerangnya. namun Swat Hong sudah mengelak dan dari samping kembali pedangnya menyambar.

"Crokkkkk!!"






Tubuh Kiam-mo Cai-li yang sudah terhuyung itu tidak dapat mengelak lagi, lehernya tertusuk pedang dan dia roboh terguling, berkelojotan dengan mata mendelik memandang ke arah Swat Hong.

"Locianpwe....!"

Ouw Sian Kok yang sudah berhasil bersama Liu Bwee merobohkan dua belas orang itu, meloncat dan merangkul kakek itu karena kekek yang masih berdiri tegak itu mendekap dadanya yang bercucuran darah.

Kakek itu menggelengkan kepala, memandang kepada Swat Hong.
"Aihhh, kau ganas sekali, Swat Hong....!"

"Kong-couw.... dia jahat.... patut di bunuh!" Swat Hong berkata, memandang mayat Kiam-mo Cai-li yang kini sudah tidak bergerak lagi itu.

"Hayaaaa.... selamanya belum pernah dirobohkan orang, sekali ini terperdaya kelicikan seorang wanita.... memang sudah semestinya begini...... kalian..... kurangilah atau lenyapkan sama sekali.... keganasan..... kekerasan, bunuh membunuh ini.... karena siapa menggunakan kekerasan akan menjadi korban kekerasan pula.... nah, selamat berpisah anak-anak....."

Tubuh yang bediri tegak itu masih berdiri akan tetapi kalau tidak dirangkul tentu akan roboh karena pada saat itu juga Han Lojin telah menghembuskan napas terakhir. Memang luar biasa sekali kakek ini. pedang payung yang ditusukan secara curang oleh Kiam-mo Cai-li menembus dada dan menembus pula jantungnya, namun dia masih mampu berdiri tegak dan berkata-kata!

Liu Bwee dan Swat Hong berlutut sambil menangis. Akan tetapi Ouw Sian Kok berkata,
"Harap kalian bangkit berdiri dan mari kita lekas membawa pergi jenazah Locianpwe ini keluar kota."

Liu Bwee menyusut air matanya dan menggandeng tangan Swat Hong, menarik gadis itu bangkit berdiri.

"Ouw-twako benar, Hong-ji. Kita tidak mempunyai urusan apa-apa lagi di sini, keadaan makin kacau. Tugas kita berada di ibu kota pertama, Tiang-an."

Diingatkan akan ini, bahwa The Kwat Lin berada di Tiang-an, Swat Hong memandang ibunya.

"Kami tadi telah memaksa seorang di antara mereka itu mengaku di mana adanya The Kwat Lin. Dia berada di Tiang-an, tugasnya sama dengan Kiam-mo Cai-li yaitu mengacau kota raja di waktu pemberontak menyerbu ke sana."

Swat Hong mengangguk, sekali lagi melirik ke arah mayat Kiam-mo Cai-li, rasa lega dan puas menyelinap di hatinya mengingat akan kematian suhengnya yang betapapun juga kini sudah agak terbalas dengan matinya wanita ini, kemudian dia mengikuti ibunya pergi dari tempat itu.

**** 094 ****





Tidak ada komentar:

Posting Komentar