FB

FB


Ads

Rabu, 29 Juli 2015

Suling Emas & Naga Siluman Jilid 100

Ke manakah perginya Pangeran Kian Liong? Tadi Toa-ok telah melihat berkelebatnya beberapa orang yang disusul dengan lenyapnya Sang Pangeran. Dan memang benar demikianlah. Selagi tiga orang datuk kaum sesat itu mengeroyok Ci Sian, muncullah tiga orang yang bergerak cepat, kemudian mereka itu menyambar tubuh Sang Pangeran, menotoknya dan melarikannya dengan cepat sekali.

Mereka bertiga ternyata menggunakan ilmu berlari cepat, membuat Pangeran Kian Liong merasa seperti diterbangkan saja. Pangeran ini tahu bahwa kembali dia telah ditawan dan dilarikan orang, entah dari golongan mana. Akan tetapi Pangeran ini tidak merasa takut.

Kiranya yang menculik Pangeran itu adalah tiga di antara para pendekar Siauw-lim-pai yang delapan orang banyaknya itu, yang telah diselamatkan oleh Sang Pangeran dari kepungan pasukan pada waktu Siauw-lim-si dibakar. Mereka membawa Sang Pangeran kepada sebuah kereta yang sudah dipersiapkan oleh kawan-kawan mereka, kemudian melarikan Pangeran menuju ke timur.

“Harap Paduka tidak khawatir. Kami memang menawan Paduka, akan tetapi hal ini kami lakukan bukan karena kebencian pribadi. Kami adalah patriot-patriot bangsa Han, harap Paduka memaklumi keadaan kami,” kata seorang di antara mereka dengan sikap hormat.

Pangeran Kian Liong hanya tersenyum dan mengangguk.
“Ke manakah kalian hendak membawaku?” tanyanya.

“Kepada pimpinan kami di kota Cin-an,” jawaban singkat ini diterima Sang Pangeran tanpa banyak cakap lagi.

Malah kebetulan, pikirnya. Dia kelak akan menjadi kaisar, maka dia pun harus tahu benar tentang seluk-beluk mereka yang menganggap diri mereka sebagai para patrtiot ini. Kelak, mau tidak mau, dialah yang akan berhadapan dengan mereka ini.

Dan dia pun perlu melakukan pendekatan, agar selain mengetahui keadaan mereka lahir batin, juga dia akan dapat bicara dengan mereka, terutama sekali para pemimpinnya. Jadi Cin-an, di Propinsi Shantung itu sarang mereka?

Perjalanan ke Cin-an itu bukan dekat, akan tetapi di sepanjang perjalanan, tiga orang pendekar Siauw-lim-pai itu bersikap sopan dan baik. Diam-diam Sang Pangeran memperhatikan dan dia memperoleh kenyataan bahwa gerakan mereka yang menamakan dirinya para patriot Han itu belumlah meluas, yaitu belum memperoleh banyak dukungan rakyat.

Buktinya, di sepanjang perjalanan mereka itu merahasiakan perjalanan itu dan tidak pernah mereka menghubungi rakyat yang membantu mereka. Namun, harus diketahui bahwa mereka itu bersikap hati-hati sekali dan agaknya banyaknya teman-teman mereka yang diam-diam menjadi penyelidik dan pelindung sehingga perjalanan kereta itu tidak pernah mendapat gangguan.

Akhirnya, setelah melalui perjalanan yang jauh dan melelahkan, akhirnya kereta memasuki kota Cin-an di Propinsi Shantung, langsung memasuki pekarangan sebuah rumah yang cukup besar dan kuno. Kereta itu terus bergerak masuk ke belakang melalui jalan samping sehingga tidak nampak lagi dari depan. Sang Pangeran dipersilakan turun, lalu diiringkan memasuki rumah besar melalui pintu belakang.

Ruangan di dalam rumah besar kuno itu luas sekali. Ketika Pangeran Kian Liong memasuki ruangan itu, dia memandang ke kanan kiri dengan penuh perhatian. Ruangan itu nampak sunyi karena tidak ada suara, akan tetapi ternyata di situ duduk banyak orang.

Laki-laki dan wanita-wanita yang kelihatan penuh semangat dan gagah perkasa. Lima orang pendekar Siauw-lim-pai yang lain hadir pula di situ, jadi lengkap delapan orang dengan yang membawanya ke situ. Nampak pula beberapa orang hwesio, bahkan ada pula yang berpakaian seperti tosu. Akan tetapi yang terbanyak adalah pria-pria berpakaian seperti pendekar. Mereka duduk di atas bangku-bangku tidak teratur, akan tetapi semua menghadap kepada seorang laki-laki setengah tua yang usianya kira-kira lima puluh tahun namun masih nampak tampan dan gagah.

Ada beberapa orang duduk di dekat pria ini, termasuk tiga orang wanita cantik setengah tua. Pangeran Kian Liong segera mengenal pria gagah ini, dan dia pun dipersilakan untuk duduk berhadapan dengan pria gagah yang agaknya menjadi pimpinan para patriot di tempat itu.

Di antara orang-orang yang duduk di dekat pria gagah itu, nampak pula seorang pemuda yang kelihatan lebih gagah lagi, bersama seorang dara yang menggunakan pakaian pria sehingga nampaknya sebagai seorang pemuda yang amat tampan. Akan tetapi sekali pandang saja tahulah Sang Pangeran bahwa pemuda yang amat tampan itu adalah seorang gadis.






“Ah, selamat datang, Pangeran!” kata pria tua yang gagah itu sambil bangkit berdiri memberi hormat, suaranya halus dan ramah, juga sikapnya menghormat. “Maafkan kalau kami membuat Paduka banyak kaget dan lelah, akan tetapi kami girang bahwa Paduka tiba di sini dalam keadaan sehat dan selamat.”

Pangeran Kian Liong tersenyum, seperti biasa sikapnya tenang sekali dan yang mengagumkan para patriot adalah bahwa Pangeran ini biarpun masih amat muda, namun sikapnya seperti seorang dewasa yang menghadapi sekelompok anak nakal saja.

“Silakan duduk, Pangeran,” kata pula pria tua gagah itu.

“Terima kasih, Bu-taihiap,” jawab Sang Pangeran sambil duduk dan memandang ke sekeliling.

Sedikitnya ada dua puluh lima orang di dalam ruangan yang luas itu, kesemuanya adalah orang-orang yang bersikap gagah. Diam-diam dia merasa amat sayang bahwa orang-orang gagah seperti ini sekarang berdiri berhadapan dengan dia sebagai orang-orang yang memusuhinya, atau setidaknya memusuhi kerajaan ayahnya.

“Kalau boleh aku bertanya, mengapa dalam waktu singkat saja terjadi perubahan besar dan sikap Bu-taihiap menjadi berlawanan? Ketika aku hendak ditangkap Im-kan Ngo-ok, Bu-taihiap melindungiku, dan sekarang Bu-taihiap menawanku sebagai musuh. Apa artinya semua ini?”

Bu Seng Kin atau Bu-taihiap, tersenyum lebar dan kelihatan semakin ganteng biarpun usianya sudah setengah abad.

“Tidak perlu diherankan, Pangeran, karena semua itu hanya menjadi akibat dari keadaan Pangeran dan Kaisar yang juga berlawanan. Kalau tempo hari kami menyelamatkan Paduka, hanyalah karena kami hendak menolong seorang pangeran yang bijaksana dari ancaman penjahat-penjahat macam Im-kan Ngo-ok. Dan kalau sekarang kami terpaksa menawan Paduka adalah karena kami adalah patriot-patriot dan Paduka adalah putera mahkota.”

Pangeran muda itu mengangguk-angguk.
“Aku dapat mengerti, Bu-taihiap. Lalu, setelah aku ditawan dan dibawa kesini, apakah yang hendak kalian lakukan terhadap diriku?”

“Tentu Paduka tidak mau menerima kalau kami mengatakan bahwa ayah Paduka, Sri Baginda Kaisar Yung Ceng, telah melakukan banyak sekali kejahatan dan kelaliman, bertindak sewenang-wenang terhadap para orang gagah?”

“Aku maklum apa yang kau maksudkan, akan tetapi bagaimanapun juga, pada waktu ini, aku hanya seorang Pangeran Mahkota dan seluruh kekuasaan mutlak berada di tangan Kaisar.”

“Kaisar telah melakukan tindakan sewenang-wenang, bahkan baru-baru ini telah membasmi dan membakar biara Siauw-lim-si. Tentu Paduka mengetahuinya, bahkan juga Paduka menyaksikannya dan Paduka pula yang menyelamatkan delapan orang pendekar Siauw-lim-pai.”

“Aku sudah tahu akan semua itu. Lalu apa kehendakmu?”

“Kaisar bukan seorang penguasa yang baik, dan menambah dendam dan sakit hati para pendekar yang sejak dahulu tidak rela membiarkan tanah air dan bangsa dicengkeram penjajah Mancu. Harap Paduka maafkan kalau kami bicara sejujurnya, karena Paduka adalah seorang yang juga memiliki kegagahan dan kebijaksanaan.”

Pangeran Kian Liong kembali tersenyum, bukan tersenyum pahit, sama sekali tidak membayangkan perasaan sakit mendengar ucapan itu, melainkan tersenyum maklum akan “kenakalan” anak-anak di sekelilingnya.

“Nanti dulu, Bu-taihiap. Yang dinamakan penjajah itu adalah kalau satu negara menjajah negara lain, satu bangsa menjajah bangsa lain. Akan tetapi kurasa bangsa Mancu tidak mempunyai negara lain kecuali di sini, dan bangsa Mancu sekarang pun sudah tidak ada dan menjadi satu dengan bangsa Han! Aku sendiri, sebagai Pangeran, sama sekali tidak merasa sebagai bangsa Mancu, tanah airku di sini dan negaraku juga di sini. Memang pada mulanya, bangsa Mancu yang merupakan bangsa Nomad itu menyerbu ke selatan dan karena kelemahan dan kesalahan bangsa Han sendirilah, yang tidak ada persatuan, sering berkelahi sendiri, dan Kaisar amat lemah, para pembesarnya tidak ada yang jujur dan setia, semua tukang korup, maka akhirnya bangsa Mancu menjatuhkan Kaisar yang berkuasa dan selanjutnya sampai sekarang memimpin bangsa Han untuk membangun negara.

Akan tetapi aku bukan membela kerajaan Ayahku, sama sekali tidak, hanya bicara menurut kenyataan saja. Memang, Ayahku telah menyeleweng, menyerbu Siauw-lim-si dan semua itu dilakukan hanya karena urusan-urusan pribadi. Ayah telah menjadi lemah pula dan hal ini amat kusesalkan. Kalau aku menjadi kaisar, semua hal yang bengkok pasti akan kubikin lurus, dan niatku hanya ingin memajukan bangsa, membangun negara dan mendatangkan kemakmuran bagi rakyat jelata.”

Semua patriot mendengarkan dengan alis berkerut. Mereka semua tahu bahwa Pangeran ini memang amat bijaksana dan andaikata Pangeran ini yang menjadi kaisar, agaknya keadaan pun akan berubah. Akan tetapi kenyataannya sekarang, Kaisar Yung Ceng telah menimbulkan dendam di hati para pendekar dan patriot.

“Kami dapat percaya apa yang Paduka katakan, akan tetapi kenyataan sekarang ini amat pahit bagi kami, dan Paduka masih belum menjadi kaisar. Oleh karena itu, kami harus bertindak, dan tidak mungkin kami diam saja membiarkan Kaisar melakukan kelaliman sambil menanti Paduka menggantikannya.”

“Hemm, Bu-taihiap, katakan saja. Apa yang hendak kalian lakukan kepadaku? Membunuhku? Aku tidak takut mati. Akan tetapi jangan harap dapat memaksaku memberontak terhadap Ayah dan pemerintahku sendiri.”

Bu Seng Kin tertawa.
“Kami pun tidak begitu bodoh, Pangeran. Mana mungkin kami mengharapkan Paduka, seorang Pangeran Mancu, memberontak terhadap Kerajaan Mancu sendiri? Tidak, kami cukup menghargai sikap Paduka yang baik dan kami percaya bahwa Paduka akan menjadi kaisar yang paling bijaksana di antara semua Kaisar Mancu yang pernah ada.”

“Lalu apa kehendak kalian sekarang?”

“Kami tidak akan mengganggu Paduka, hanya untuk sementara ini terpaksa Paduka kami tahan dulu sebagai sandera. Dengan Paduka sebagai sandera, kami hendak mengajukan tuntutan kepada Sri Baginda Kaisar, dan sebelum tuntutan kami dipenuhi, Paduka tidak akan kami bebaskan.”

Pangeran itu tetap saja bersikap tenang.
“Apakah adanya tuntutan-tuntutan kalian, kalau boleh aku tahu?”

“Tuntutan pertama, agar biara Siauw-lim-si yang telah dibakar itu dibangun kembali. Ke dua, agar semua pendekar Siauw-lim-pai dan para pendekar lain, patriot-patriot bangsa, tidak dikejar-kejar dan dibebaskan dari tuduhan memberontak. Ke tiga, agar bangsa Han diperlakukan sama rata dengan orang-orang Mancu dan ke empat, agar para pendekar diberi kebebasan untuk membawa senjata guna bekal dan perlindungan diri di waktu mengadakan perjalanan jauh.”

Pangeran Kian Liong mengangguk-angguk.
“Tuntutan yang cukup patut, hanya yang nomor dua itu harus ada pelaksanaan timbal-balik. Kalau para patriot tidak ingin dikejar dan dianggap memberontak tentu saja mereka jangan melakukan gerakan memberontak. Aku akan ikut membujuk Kaisar untuk melaksanakan tuntutan-tuntutan kalian itu.”

Semua patriot yang berkumpul di situ merasa lega dan girang. Kalau tuntutan-tuntutan mereka dipenuhi, tentu saja tidak ada alasan bagi mereka untuk memberontak.

Pemberontakan bukanlah soal yang mudah. Untuk memberontak terhadap kerajaan yang demikian kuatnya, harus mempunyai ratusan ribu orang pasukan dan perlengkapan yang besar. Kalau hanya sekelompok pendekar saja, mana mungkin dapat melakukan pemberontakan?

Demikianlah, mulai hari itu, Sang Pangeran diperlakukan sebagai seorang agung walaupun dia tidak mempunyai kebebasan dan menjadi tawanan. Siang malam dikawal dan dijaga, dan Bu-taihiap lalu mengirim utusan dan surat kepada Kaisar untuk menyampaikan tuntutannya. Tentu saja tempat di mana Pangeran ditahan itu amat dirahasiakan. Pemuda gagah perkasa dan gadis berpakaian pria yang duduk di dekat Bu-taihiap ketika Pangeran Mahkota dihadapkan itu adalah Sim Hong Bu dan Cu Pek In!

**** 100 ****







TEMPAT WISATA MANCA NEGARA

 Istana Kekaisaran Tokyo
Istana Kekaisaran Tokyo
 Jembatan Gerbang Emas
Jembatan Gerbang Emas
 Air Terjun Niagara
Air Terjun Niagara
 Grand Canyon
Grand Canyon
 Pasar Terbesar di Bangkok
Pasar Terbesar di Bangkok
 Taman Nasional Yellowstone
Taman Nasional Yellowstone
Burj Khalifa - Dubai
Budj Khalifa - Dubai
 Taj Mahal
Taj Mahal
 Taman Nasional Yellowstone
Taman Nasional Yellowstone

===============================
Burj Khalifa - Dubai

 Taj Mahal