Sun Giam meloncat ke depan dan memberi isyarat kepada temannya untuk mundur. Si Muka Hitam lalu mundur dan duduk di pinggiran, diatas lantai, sedangkan Sun Giam sendiri membantu lima orang itu berdiri, menggulung tali dan melemparnya kepada temannya. Kemudian Sun Giam berkata, ditujukan kepada pembesar sastrawan yang bersungut-sungut menyaksikan kekalahan lima orang pengawalnya.
“Apakah Taijin mengijinkan kalau saya menghadapi mereka ini dalam ilmu silat untuk menguji saya?”
Wajah pembesar itu berseri. Kini terbuka kesempatan untuk membersihkan dan menebus kekalahan tadi. Dia tahu bahwa lima orang pengawalnya adalah ahli-ahli ilmu silat, maka sambil mengangguk dia berkata,
“Baik, kami setuju sekali!”
Sun Giam kini berkata, ditujukan kepada semua hadirin,
“Tadi sahabat saya, Yauw Siu, telah memperlihatkan kekuatan tubuhnya yang dahsyat. Kalau hanya tenaga dua puluh lima oranq biasa saja kiranya dia masih akan mampu menandinginya. Akan tetapi, dia belum memperlihatkan ilmu silatnya dan karena dia telah mengeluarkan tenaga, biarlah saya yang akan menghadapi lima orang murid perguruan Gak-bukoan ini.” Sambil menghadapi mereka, Si Muka Kuning ini berkata, “Harap Ngo-wi suka mendemonstrasikan pukulan-pukulan Pek-lek-jiu yang telah terkenal itu dan sekaligus maju menyerang saya.”
Lima orang yang sudah kalah dalam mengadu tenaga itu, kini mengepung Si Muka Kuning kemudian terdengar seorang diantara mereka mengeluarkan aba-aba dan serentak menyeranglah mereka dengan pukulan-pukulan yang mendatangkan angin dahsyat.
Akan tetapi, dengan gerakan lemas dan lincah Si Tinggi Kurus itu dapat mengelak kesana kemari sambil menggerakkan kedua tangannya menyampok setiap pukulan yang tidak sempat dielakkannya.
Tampaklah pemandangan yang mengagumkan dimana Sun Giam menggunakan kelincahannya dikeroyok lima orang itu. Jelas tampak oleh mata para ahli yang duduk disitu bahwa Si Tinggi Kurus ini memang sengaja mendemonstrasikan kepandaiannya maka sengaja hanya mengelak dan menangkis, padahal jelas mudah dilihat betapa tingkatnya jauh lebih tinggi daripada para pengeroyoknya.
“Ngo-wi, awas....!”
Tiba-tiba dia berkata halus, kaki tangannya bergerak dengan cepat sekali dan berturut-turut terdengar lima orang itu memekik disusul robohnya tubuh mereka diatas lantai karena totokan jari-jari tangan dan tendangan kaki Sun Giam.
Kembali terdengar sorak dan tepuk tangan memuji yang disambut oleh Sun Giam dengan membungkuk ke empat penjuru. Seperti dua orang yang sudah biasa berdemonstrasi dan menjual kepandaian di depan umum, kini Yauw Siu dan Sun Giam sudah berdiri mengangkat tangan keatas, memberi kesempatan kepada lima orang pengawal itu mengundurkan diri dan setelah pujian agak mereda, terdengar Yauw Siu berkata dengan suaranya yang lantang,
“Sahabatku Sun Giam telah memperlihatkan kepandaian. Akan tetapi kami berdua masih belum puas karena apa yang kami perlihatkan tadi tidak ada harganya dan tentu belum memuaskan hati junjungan kami Pangeran Liong Bin Ong. Oleh karena itu kami mohon dengan hormat sudilah kiranya para tokoh besar yang hadir disini suka turun tangan menguji kami. Lima orang pengawal tadi, biarpun kepandaiannya cukup hebat, namun masih jauh dibawah tingkat kami!”
Hening sampai lama setelah Si Muka Hitam ini bicara. Melihat bahwa tidak ada sambutan, Sun Giam membuka mulutnya,
“Kami berdua mendengar sebelum memasuki kota raja bahwa kota raja menjadi pusat orang pandai, menjadi pusat para pengawal yang berilmu tinggi. Sungguh kami tidak percaya kalau sekarang tidak ada yang berani menghadapi kami!”
Ucapan ini mulai memanaskan hati para tamu yang merasa memiliki ilmu kepandaian tinggi. Akan tetapi ketika Han Wi Kong yang mukanya menjadi merah karena marah hendak bangkit. Puteri Milana, isterinya yang duduk di sampingnya, mencegah dengan pandangan matanya.
Puteri ini masih kelihatan tenang-tenang saja karena dia sedang memutar otak mencari tahu atau menduga-duga apa gerangan yang tersembunyi di balik semua ini, yang dia yakin tentu diatur oleh Pangeran Liong Bin Ong. Dia tidak mau sampai terpancing oleh pangeran yang cerdik itu, maka dia menyabarkan suaminya yang mulai marah melihat sikap dan mendengar kata-kata kedua orang jagoan Pangeran Liong Bin Ong itu.
Sebagian para pengawal yang hadir di tempat itu dalam melaksanakan tugas mengawal para pembesar militer dan sipil, biarpun merasa marah dan penasaran, namun mereka ini tidak berani lancang turun tangan didalam perjamuan orang-orang besar seperti itu tanpa perintah dari junjungan masing-masing. Sedangkan para pembesar jarang pula yang berani memerintahkan pengawalnya untuk menghadapi dua orang jagoan itu.
Mereka yang memang terpengaruh oleh Pangeran Liong Bin Ong tentu saja tidak suka menentang, sedangkan mereka yang berpihak Kaisar dan diam-diam tidak suka kepada pangeran ini, juga tidak berani menyuruh pengawal mereka karena mereka merasa segan untuk menentang pangeran ini secara terang-terangan, mengingat akan pengaruh kedua orang pangeran disitu setelah Sun Giam membuka mulutnya setengah menantang para pengawal kota raja.
Melihat betapa tidak ada sambutan sama sekali, Yauw Siu dan Sun Giam yang memang sudah menerima tugas dari Pangeran Liong Bin Ong untuk memanaskan suasana dan untuk menujukan tantangan kepada Puteri Milana secara halus, lalu saling pandang dan Yauw Siu bangkit berdiri, menghadap ruangan kehormatan dan berkata lantang,
“Kami berdua belum lama meninggalkan tempat pertapaan, saya meninggalkan pantai laut dan Sahabat Sun Giam meninggalkan pegunungan. Namun, kami telah mendengar akan kehebatan ilmu kepandaian para tokoh di kota raja, maka kami sengaja datang ke kota raja untuk mencari pekerjaan agar kepandaian kami dapat dipergunakan demi kepentingan kerajaan! Apakah sekarang tidak ada orang gagah yang sudi menguji kami? Ataukah benar seperti dugaan Sahabat Sun Giam tadi bahwa orang-orang di kota raja agak.... penakut?”
“Manusia busuk....!”
Tiba-tiba terdengar bentakan nyaring dan berkelebatlah bayangan orang, dan tahu-tahu di depan kedua orang jagoan itu telah berdiri seorang laki-laki berusia lima puluh tahun, bertubuh tinggi besar dan gagah, pakaiannya preman, jenggotnya panjang sekali dan wajahnya angker, mengandung wibawa.
“Apakah Taijin mengijinkan kalau saya menghadapi mereka ini dalam ilmu silat untuk menguji saya?”
Wajah pembesar itu berseri. Kini terbuka kesempatan untuk membersihkan dan menebus kekalahan tadi. Dia tahu bahwa lima orang pengawalnya adalah ahli-ahli ilmu silat, maka sambil mengangguk dia berkata,
“Baik, kami setuju sekali!”
Sun Giam kini berkata, ditujukan kepada semua hadirin,
“Tadi sahabat saya, Yauw Siu, telah memperlihatkan kekuatan tubuhnya yang dahsyat. Kalau hanya tenaga dua puluh lima oranq biasa saja kiranya dia masih akan mampu menandinginya. Akan tetapi, dia belum memperlihatkan ilmu silatnya dan karena dia telah mengeluarkan tenaga, biarlah saya yang akan menghadapi lima orang murid perguruan Gak-bukoan ini.” Sambil menghadapi mereka, Si Muka Kuning ini berkata, “Harap Ngo-wi suka mendemonstrasikan pukulan-pukulan Pek-lek-jiu yang telah terkenal itu dan sekaligus maju menyerang saya.”
Lima orang yang sudah kalah dalam mengadu tenaga itu, kini mengepung Si Muka Kuning kemudian terdengar seorang diantara mereka mengeluarkan aba-aba dan serentak menyeranglah mereka dengan pukulan-pukulan yang mendatangkan angin dahsyat.
Akan tetapi, dengan gerakan lemas dan lincah Si Tinggi Kurus itu dapat mengelak kesana kemari sambil menggerakkan kedua tangannya menyampok setiap pukulan yang tidak sempat dielakkannya.
Tampaklah pemandangan yang mengagumkan dimana Sun Giam menggunakan kelincahannya dikeroyok lima orang itu. Jelas tampak oleh mata para ahli yang duduk disitu bahwa Si Tinggi Kurus ini memang sengaja mendemonstrasikan kepandaiannya maka sengaja hanya mengelak dan menangkis, padahal jelas mudah dilihat betapa tingkatnya jauh lebih tinggi daripada para pengeroyoknya.
“Ngo-wi, awas....!”
Tiba-tiba dia berkata halus, kaki tangannya bergerak dengan cepat sekali dan berturut-turut terdengar lima orang itu memekik disusul robohnya tubuh mereka diatas lantai karena totokan jari-jari tangan dan tendangan kaki Sun Giam.
Kembali terdengar sorak dan tepuk tangan memuji yang disambut oleh Sun Giam dengan membungkuk ke empat penjuru. Seperti dua orang yang sudah biasa berdemonstrasi dan menjual kepandaian di depan umum, kini Yauw Siu dan Sun Giam sudah berdiri mengangkat tangan keatas, memberi kesempatan kepada lima orang pengawal itu mengundurkan diri dan setelah pujian agak mereda, terdengar Yauw Siu berkata dengan suaranya yang lantang,
“Sahabatku Sun Giam telah memperlihatkan kepandaian. Akan tetapi kami berdua masih belum puas karena apa yang kami perlihatkan tadi tidak ada harganya dan tentu belum memuaskan hati junjungan kami Pangeran Liong Bin Ong. Oleh karena itu kami mohon dengan hormat sudilah kiranya para tokoh besar yang hadir disini suka turun tangan menguji kami. Lima orang pengawal tadi, biarpun kepandaiannya cukup hebat, namun masih jauh dibawah tingkat kami!”
Hening sampai lama setelah Si Muka Hitam ini bicara. Melihat bahwa tidak ada sambutan, Sun Giam membuka mulutnya,
“Kami berdua mendengar sebelum memasuki kota raja bahwa kota raja menjadi pusat orang pandai, menjadi pusat para pengawal yang berilmu tinggi. Sungguh kami tidak percaya kalau sekarang tidak ada yang berani menghadapi kami!”
Ucapan ini mulai memanaskan hati para tamu yang merasa memiliki ilmu kepandaian tinggi. Akan tetapi ketika Han Wi Kong yang mukanya menjadi merah karena marah hendak bangkit. Puteri Milana, isterinya yang duduk di sampingnya, mencegah dengan pandangan matanya.
Puteri ini masih kelihatan tenang-tenang saja karena dia sedang memutar otak mencari tahu atau menduga-duga apa gerangan yang tersembunyi di balik semua ini, yang dia yakin tentu diatur oleh Pangeran Liong Bin Ong. Dia tidak mau sampai terpancing oleh pangeran yang cerdik itu, maka dia menyabarkan suaminya yang mulai marah melihat sikap dan mendengar kata-kata kedua orang jagoan Pangeran Liong Bin Ong itu.
Sebagian para pengawal yang hadir di tempat itu dalam melaksanakan tugas mengawal para pembesar militer dan sipil, biarpun merasa marah dan penasaran, namun mereka ini tidak berani lancang turun tangan didalam perjamuan orang-orang besar seperti itu tanpa perintah dari junjungan masing-masing. Sedangkan para pembesar jarang pula yang berani memerintahkan pengawalnya untuk menghadapi dua orang jagoan itu.
Mereka yang memang terpengaruh oleh Pangeran Liong Bin Ong tentu saja tidak suka menentang, sedangkan mereka yang berpihak Kaisar dan diam-diam tidak suka kepada pangeran ini, juga tidak berani menyuruh pengawal mereka karena mereka merasa segan untuk menentang pangeran ini secara terang-terangan, mengingat akan pengaruh kedua orang pangeran disitu setelah Sun Giam membuka mulutnya setengah menantang para pengawal kota raja.
Melihat betapa tidak ada sambutan sama sekali, Yauw Siu dan Sun Giam yang memang sudah menerima tugas dari Pangeran Liong Bin Ong untuk memanaskan suasana dan untuk menujukan tantangan kepada Puteri Milana secara halus, lalu saling pandang dan Yauw Siu bangkit berdiri, menghadap ruangan kehormatan dan berkata lantang,
“Kami berdua belum lama meninggalkan tempat pertapaan, saya meninggalkan pantai laut dan Sahabat Sun Giam meninggalkan pegunungan. Namun, kami telah mendengar akan kehebatan ilmu kepandaian para tokoh di kota raja, maka kami sengaja datang ke kota raja untuk mencari pekerjaan agar kepandaian kami dapat dipergunakan demi kepentingan kerajaan! Apakah sekarang tidak ada orang gagah yang sudi menguji kami? Ataukah benar seperti dugaan Sahabat Sun Giam tadi bahwa orang-orang di kota raja agak.... penakut?”
“Manusia busuk....!”
Tiba-tiba terdengar bentakan nyaring dan berkelebatlah bayangan orang, dan tahu-tahu di depan kedua orang jagoan itu telah berdiri seorang laki-laki berusia lima puluh tahun, bertubuh tinggi besar dan gagah, pakaiannya preman, jenggotnya panjang sekali dan wajahnya angker, mengandung wibawa.
“Di jaman kekacauan merajalela dan banyak manusia tak berbudi memberontak, muncul kalian yang bermulut besar! Kalau hanya menghadapi kalian berdua saja, tidak perlu orang-orang gagah di kota raja turun tangan. Aku Tan Siong Khi, cukuplah kiranya menghadapi orang-orang macam kalian yang bermulut besar!”
Orang ini memang Tan Siong Khi, pengawal Kaisar yang gagah perkasa, yang telah kita kenal karena dialah yang memimpin rombongan penjemput Puteri Raja Bhutan!
Akan tetapi, sebelum dua orang jagoan itu sempat membuka mulut, tiba-tiba Pangeran Liong Khi Ong bangkit berdiri dan menudingkan telunjuknya kepada Tan Siong Khi sambil berkata,
“Bukankah engkau Pengawal Tan Siong Khi yang telah gagal melaksanakan tugas mengawal Puteri Bhutan sehingga puteri itu lenyap tak diketahui kemana perginya?”
“Keparat! Berani engkau muncul disini setelah engkau melakukan dosa dan kelalaian besar itu? Kebodohan dan kelalaianmu menyebabkan Sang Puteri lenyap tidak diketahui masih hidup atau sudah mati. Dan kau berani malam ini datang kesini dan berlagak menjadi jagoan? Kenapa kegagahanmu tidak kau perlihatkan ketika rombonganmu dihadang musuh? Mengapa Sang Puteri yang kau kawal sampai lenyap sedangkan kau masih hidup? Aku akan minta kepada Sri Baginda untuk menjatuhkan hukuman seberatnya kepadamu!”
Semua tamu memandang dengan hati tegang. Semua mengenal siapa adanya Tan Siong Khi, seorang pengawal kepercayaan Kaisar, bahkan menjadi pembantu dari Puteri Milana dalam mengamankan kota raja. Mereka semua telah mendengar pula akan kegagalan pengawal itu menjemput Puteri Bhutan, calon isteri Pangeran Liong Khi Ong. Maka sepantasnyalah kalau pangeran itu, yang urung menjadi pengantin, yang kehilangan calon isterinya marah-marah kepada pengawal ini.
“Mengapa kau berani datang kesini? Hayo pergi....! Pergi kau....!”
Tan Siong Khi yang kelihatan tenang itu menoleh ke arah Perdana Menteri Su dan Putri Milana. Dia melihat kedua orang pembesar itu mengangguk kepadanya dan memberi isyarat agar supaya dia pergi.
Sebetulnya munculnya Tan Siong Khi di tempat itu adalah karena dia ditugaskan oleh Kaisar untuk mengawal Perdana Menteri Su yang malam itu juga mewakili Kaisar, berarti dia menjadi pengawal utusan Kaisar.
Akan tetapi, sebagai seorang pengawal setia yang telah berpengalaman dan berpemandangan luas, di tempat umum itu dia tidak mau membela diri dengan menyebut nama perdana menteri, karena dia tidak mau menjadi penyebab terjadinya keributan atau perasaan tidak enak. Setelah menerima isyarat, dia lalu menjura kepada Pangeran Liong Khi Ong dan berkata,
“Baik, hamba dengan langkah lebar meninggalkan tempat pesta melalui pintu gerbang depan.”
Keadaan menjadi sunyi sekali setelah pengawal itu pergi. Peristiwa tadi menimbulkan ketegangan. Tiba-tiba suasana yang sunyi itu dipecahkan oleh suara tertawa dari Yauw Siu. Dia sudah bangkit berdiri dan berkata,
“Sungguh menyesal sekali bahwa Pengawal Tan Siong Khi tadi kiranya seorang yang telah melakukan dosa dan kelalaian besar dan sepatutnya dia dihukum. Kalau tidak agaknya dia memiliki sedikit kepandaian untuk diperlihatkan agar kami berdua dapat diuji. Harap Cu-wi yang merasa memiliki ilmu kepandaian sudi maju sebagai penggantinya. Kami maklum bahwa diantara Cu-wi banyak yang memiliki ilmu kepandaian tinggi sekali, akan tetapi jangan khawatir bahwa kami akan celaka. Kami takkan mengecewakan Cu-wi. Selama kami merantau, kami belum pernah dikalahkan orang. Bahkan kami tadinya merencanakan untuk mencari Pulau Es....”
Tiba-tiba terdengar bentakan halus namun suara ini menembus semua kegaduhan dan memasuki telinga Yauw Siu seperti jarum-jarum menusuk.
“Mau apa kalian mencari Pulau Es?”
Yauw Siu terkejut sekali dan cepat menoleh ke arah Puteri Milana yang telah mengajukan pertanyaan itu. Melihat sepasang mata yang amat tajam itu, diam-diam dia menjadi gentar juga. Tentu saja Yauw Siu dan Sun Giam maklum siapa adanya puteri cantik dan agung itu. Mereka maklum bahwa puteri itu adalah puteri dari Majikan Pulau Es, Pendekar Super Sakti atau Pendekar Siluman, dan ibunya adalah bekas panglima besar wanita Puteri Nirahai!
Kalau saja mereka berdua tidak menjadi kaki tangan kedua orang Pangeran Liong, tentu mereka akan berpikir-pikir dulu untuk berani main-main di depan Puteri Milana. Akan tetapi, justru tugas mereka adalah untuk memancing puteri itu agar bangkit kemarahannya dan membuat puteri itu menjadi serba salah. Maju menghadapi mereka berarti merendahkan derajatnya, kalau tidak berarti terhina karena ditantang tanpa menanggapi!
“Kami hendak mencari Pulau Es karena kami tidak pernah bertemu tanding! Kami mendengar bahwa Majikan Pulau Es adalah seorang yang memiliki ilmu kepandaian tinggi!” jawab Sun Giam.
“Akan tetapi, sebelum melihat sendiri, bagaimana kami dapat percaya?” sambung Yauw Siu. “Hanya kabarnya, banyak pula muridnya berada di kota raja, maka apa salahnya kalau ada muridnya yang mau mencoba-coba dengan kami agar dari kepandaian muridnya kami dapat mengukur pula tingkat gurunya? Kami adalah dua orang baru yang tidak tahu apakah benar di kota raja ada murid Pendekar Super Sakti Majikan Pulau Es yang terkenal itu.”
Tentu saja Yauw Siu cukup cerdik untuk melindungi diri mereka dengan dalih bahwa mereka tidak tahu menahu tentang Pendekar Super Sakti, tidak tahu bahwa puteri Pendekar Super Sakti berada di tempat perjamuan itu karena kalau demikian halnya, tentu Puteri Milana yang cerdik akan merasa curiga dan menduga akan adanya pancingan dan jebakan.
“Biar aku menghajar mereka!”
Panglima Han Wi Kong berkata dan isterinya mengangguk. Tadi Puteri Milana telah menyaksikan gerakan kedua orang jagoan itu dan dia maklum bahwa mereka berdua itu hanyalah memiliki tingkat yang biasa saja sehingga dia merasa yakin bahwa suaminya akan dapat mengalahkan mereka.
Mendengar dua orang jagoan kasar itu menyinggung nama ayahnya tanpa dia melakukan sesuatu, tentu akan mencemarkan nama dan kehormatannya. Akan tetapi kalau dia turun tangan sendiri juga merupakan hal yang tidak baik karena dia adalah seorang puteri cucu Kaisar dan puteri Pendekar Super Sakti, amat rendahlah untuk melayani dua orang jagoan kasar!
Berbeda lagi kalau Han Wi Kong yang turun tangan karena suaminya itu juga bekas seorang pengawal kaisar yang kini turun tangan menghadapi mereka yang menantang-nantang semua orang gagah di kota raja!
“Manusia-manusia sombong! Biar akulah yang akan menghadapi kalian!” bentak Han Wi Kong yang sekali meloncat sudah berada di depan kedua orang itu.
Sun Giam dan Yauw Siu cepat menjura dengan hormat, kemudian Sun Giam menjura kearah Pangeran Liong Bin Ong sambil berkata,
“Harap Paduka Pangeran sudi mengampunkan hamba berdua. Hamba berdua tentu tidak berani sembarangan mengangkat tangan menghadapi para tamu yang terdiri dari para pembesar dan bangsawan agung. Oleh karena itu, kami baru berani mengangkat tangan kalau yang datang ke gelanggang ini menganggap diri sendiri sebagai seorang kang-ouw, seorang ahli silat tanpa membawa-bawa kedudukannya.”
Sebelum Pangeran Liong Bin Ong atau Liong Khi Ong sempat menjawab, Han Wi Kong sudah membentak,
“Aku tidak akan membawa kedudukanku karena akupun bekas seorang pengawal! Aku maju karena ingin menyaksikan kepandaian kalian manusia sombong!”
Han Wi Kong cukup mengerti untuk tidak membawa-bawa nama ayah mertuanya, yaitu Pendekar Super Sakti, maka dia mengaku bahwa dia maju sebagai seorang bekas pengawal, jadi atas namanya sendiri.
“Bolehkah kami mengetahui nama besar paduka?”
Yauw Siu bertanya. Tentu saja dia tadinya sudah memperoleh keterangan bahwa laki-laki gagah ini adalah suami Puteri Milana, akan tetapi dia ingin memancing agar dari mulut laki-laki ini keluar sendiri pengakuannya. Akan tetapi Han Wi Kong sudah terlalu marah, dan menjawab dengan bentakan nyaring,
“Tidak perlu aku memperkenalkan nama kepada kalian! Semua yang hadir sudah tahu siapa aku! Hayo majulah kalian berdua!”
Sun Giam berseru,
“Ehh....! Maju berdua? Benarkah kami disuruh maju berdua?”
Han Wi Kong bukan seorang yang sombong atau sembrono. Kalau dia berani menantang agar mereka maju berdua secara berbareng adalah karena tadi dia sudah menyaksikan sepak-terjang mereka dan merasa yakin akan dapat mengalahkan mereka berdua, apalagi dia ingin cepat merobohkan mereka yang sombong ini, tidak usah mereka disuruh maju satu demi satu!
“Ya, majulah kalian berdua mengeroyokku. Aku ingin menguji kepandaian kalian yang sesungguhnya tidak patut menjadi pengawal seorang pangeran!”
“Bagus! Engkau yang menyuruh sendiri, Sobat. Kalau sampai kami kesalahan tangan membunuh, jangan persalahkan kami.”
“Dalam pibu, membunuh atau terbunuh adalah soal biasa, mengapa kalian banyak cerewet lagi? Majulah!”
“Awas serangan. Hiaaaatttt....!” Sun Giam sudah menyerang.
“Haiiittt....!” Yauw Siu juga menyusul dengan pukulannya yang dahsyat.
“Hemmm....!”
Han Wi Kong menggeram dan cepat dia mengelak sambil memutar tubuh dan menangkis dengan kedua lengannya.
“Dukkk! Dukkk!”
Tubuh Han Wi Kong tergetar akan tetapi pukulan kedua orang lawannya juga terpental. Diam-diam Han Wi Kong terkejut. Tak disangkanya sama sekali bahwa kedua orang ini ternyata memiliki tenaga sin-kang yang amat kuat! Mengapa tadi mereka tidak memperlihatkan tenaga sin-kang ini? Di dalam otaknya segera dia mencari dan mengerti bahwa kedua orang ini telah menjebaknya!
Tadi mereka sengaja berpura-pura sebagai ahli-ahli silat biasa saja dan menyembunyikan kepandaian asli mereka dan dia sudah terjebak! Dua orang ini ternyata bukan orang sembarangan dan segera dia memperoleh kenyataan akan hal itu karena kini mereka telah mainkan ilmu silat yang amat aneh, cepat, dan kuat sekali!
Wajah Puteri Milana juga berubah agak pucat. Sebagai seorang ahli silat tinggi, diapun dapat melihat perubahan yang terjadi pada kedua orang jagoan itu. Dan gerakan-gerakan mereka sekarang ini, jelas tampak olehnya bahwa mereka bukanlah jagoan-jagoan kasar seperti semula setelah melihat sepak-terjang mereka tadi. Kiranya mereka adalah ahli-ahli yang tangguh, yang menyembunyikan kepandaian mereka di balik sikap kasar dan ugal-ugalan tadi. Tentu untuk memancing!
Puteri Milana menjadi serba salah. Memang, di dalam tahun-tahun pertama dari pernikahan mereka, dia telah menurunkan beberapa macam ilmu silat kepada suaminya dan ilmu kepandaian suaminya sudah meningkat dengan pesat kalau dibandingkan dengan dahulu sebelum menjadi suaminya.
Namun, suaminya tidak memiliki dasar untuk menjadi seorang ahli ilmu silat tinggi dan tidak mungkin dapat melatih sin-kang dari Pulau Es. Maka kini bertemu dengan dua orang jagoan itu, suaminya berada dalam keadaan terancam! Kalau maju seorang lawan seorang, mungkin suaminya masih dapat mengimbangi, akan tetapi dikeroyok dua!
Memang demikianlah sebenarnya! Dua orang itu bukanlah orang sembarangan dan tadi memang mereka berpura-pura, mengeluarkan ilmu-ilmu kasar untuk memancing dan menjebak. Sebenarnya mereka adalah ahli-ahli silat yang memiliki kepandaian tinggi dan sudah lama menjadi tangan-tangan kanan dari Raja Muda Tambolon, yaitu raja muda kaum pemberontak di perbatasan barat yang sedang merongrong Kerajaan Bhutan.
Karena kedua orang ini tidak pernah muncul di dunia kang-ouw maka mereka sama sekali tidak terkenal dan memang hal inilah yang dikehendaki oleh Pangeran Liong Bin Ong. Tadinya, untuk keperluan memancing kemarahan Puteri Milana untuk menjatuhkan orangnya atau namanya ini, Pangeran Tua Liong Bin Ong hendak menggunakan tenaga Siang Lo-mo, sepasang kakek kembar yang amat lihai itu.
Akan tetapi sungguh diluar dugaan dan perhitungannya bahwa Siang Lo-mo ketika tiba di kota raja telah bentrok dengan Milana didalam rumah penginapan ketika Siang Lo-mo bertemu dengan Gak Bun Beng yang mereka kenal selama ini sebagai “orang sakit yang lihai”.
Karena peristiwa itu, maka Pangeran Liong Bin Ong tidak berani dan tidak jadi menggunakan kedua orang kakek itu, dan mencari penggantinya. Siang Lo-mo pula yang mengusulkan kepada Liong Bin Ong untuk mengundang Yauw Siu dan Sun Giam, dua orang diantara para pembantu Raja Tambolon.
Untuk menjaga nama keluarga isterinya, yaitu para penghuni Pulau Es, juga untuk menjaga nama isterinya dan dirinya sendiri, biarpun maklum bahwa kedua orang itu merupakan dua orang lawan yang terlalu tangguh baginya, namun Han Wi Kong tidak menjadi gentar dan dia sudah menerjang dengan pengerahan tenaga sekuatnya dan mengeluarkan jurus-jurusnya yang paling ampuh.
Namun dua orang lawannya dapat mengelak dan menangkis dengan cepat, bahkan langsung membalas dengan serangan-serangan dahsyat yang kembali membuat Han Wi Kong terhuyung ke belakang ketika terpaksa menangkis dua serangan dari depan itu. Segera berlangsunglah pertandingan yang seru sekali antara tiga orang itu, disaksikan oleh banyak pasang mata dengan tegang.
Diam-diam suasana tegang itu ditimbulkan oleh perasaan bahwa didalam pertandingan ini seolah-olah terjadi persaingan antara Pangeran Tua Liong Bin Ong dan pihak Milana serta Perdana Menteri Su!
Semua tamu maklum belaka atau setidaknya sudah dapat menduga bahwa diantara kedua pihak itu memang terdapat permusuhan atau persaingan terpendam! Dan kini, seolah-olah kedua orang jagoan itu mewakili pihak Pangeran Liong Bin Ong, sedangkan Han Wi Kong tentu saja mewakili pihak isterinya, Puteri Milana dan Perdana Menteri Su.
Tentu saja yang merasa paling tegang dan gelisah adalah Puteri Milana sendiri! Diam-diam dia merasa menyesal mengapa tadi dia membiarkan suaminya turun tangan dan memasuki jebakan pihak Pangeran Liong Bin Ong sehingga kini suaminya terancam. Dia adalah seorang yang amat cerdas, maka setelah berpikir sejenak maklumlah dia bahwa sesungguhnya yang diserang adalah dia!
Suaminya tidak mempunyai urusan apa-apa dengan Liong Bin Ong yang menjadi paman kakek tirinya itu, akan tetapi dia tentu saja dianggap musuh oleh pangeran tua itu. Maka pertandingan itu tentu dimaksudkan untuk memukul dia!
Mulai merah kedua pipi puteri yang gagah perkasa ini dan setiap urat syaraf di tubuhnya menegang, siap untuk membela suaminya. Dia merasa kasihan sekali kepada suaminya, seorang pria yang amat baik dan gagah perkasa. Bertahun-tahun dia menjadi isteri Han Wi Kong hanya pada lahirnya saja, namun mereka sebetulnya hanyalah merupakan sahabat setelah keduanya maklum bahwa tidak ada cinta kasih antara pria dan wanita, antara suami dan isteri di dalam hati mereka, atau setidaknya, di dalam hati Milana.
Han Wi Kong maklum akan hal ini, maka diapun secara jantan dan bijaksana membebaskan isterinya dan hanya mengakui isterinya secara lahiriah saja untuk menjaga nama baik isterinya! Bukan isterinyalah yang menemaninya di dalam kamarnya, melainkan dua orang selir cantik yang setengah dipaksakan oleh Milana untuk melayani suaminya itu!
Biarpun tidak ada hubungan kasih di dalam hatinya terhadap Han Wi Kong, namun Milana menganggapnya sebagai seorang sahabat yang paling baik di dunia ini, maka tentu saja dia merasa gelisah dan khawatir sekali menyaksikan keadaan suaminya dan dia sudah mengambil keputusan untuk melindungi suaminya dari bahaya.
“Yaaahhh!”
Tiba-tiba Han Wi Kong yang sudah terdesak terus-menerus itu mengeluarkan teriakan nyaring, tubuhnya menerjang dengan kecepatan kilat ke depan, kedua tangannya dikepal dan menghantam kearah muka dan pusar Yauw Siu secara hebat sekali!
Milana terkejut menyaksikan gerakan suaminya ini. Kalau suaminya terus memperkuat daya tahannya, biar terdesak kiranya masih tidak mudah bagi kedua orang pengeroyoknya untuk merobohkannya. Akan tetapi agaknya suaminya itu tidak mau didesak terus dan kini mengeluarkan jurus nekat yang ditujukan kepada seorang diantara dua orang pengeroyoknya.
Agaknya Han Wi Kong sudah bertekad untuk merobohkan seorang lawan dengan resiko dia sendiri terpukul oleh lawan kedua. Milana maklum akan isi hati suaminya, yaitu bahwa biarpun suaminya roboh, setidaknya telah dapat merobohkan seorang lawan pula, sehingga tidaklah akan terlalu memalukan.
“Heiiiittt....!”
Yauw Siu berteriak, kaget juga menyaksikan serangan hebat ini, dia mencelat mundur dan ketika lawan terus mengejar, dia juga melonjorkan kedua lengannya dan bertemulah kedua tangannya dengan kepalan tangan Han Wi Kong.
“Desss.... bukkk....!”
Yauw Siu kalah tenaga karena memang sedang mundur, begitu kedua tangannya bertemu dengan tangan lawan, dia terlempar dan terjengkang, akan tetapi pada saat itu juga, Sun Giam sudah menerjang dari samping dan pukulannya yang amat keras dan ditujukan kepada leher Han Wi Kong, biarpun sudah dielakkan oleh Han Wi Kong dengan miringkan tubuh, tetap saja masih mengenai pundaknya, membuat bekas panglima pengawal ini roboh pula!
Yauw Siu dan Sun Giam kini melompat ke depan, agaknya hendak mengirim pukulan maut kepada lawan yang sudah rebah miring dan belum sampai bangun itu, apalagi Yauw Siu yang menjadi marah karena tubuhnya masih tergetar oleh pertemuan kedua tangannya tadi, dan pinggulnya masih panas dan nyeri karena dia terjengkang dan terbanting.
“Plakk! Plakk!”
Dua orang jagoan itu terkejut sekali dan terhuyung-huyung ke belakang. Mereka terbelalak memandang puteri cantik yang sudah berdiri di depan mereka yang tadi menangkis kedua tangan mereka yang sudah diayun untuk menghantam Han Wi Kong, tangan halus sekali yang ketika menangkis terasa dingin seperti es dan membuat mereka menggigil dan terhuyung ke belakang.
“Bedebah! Kalian manusia curang, setelah mengeroyok masih hendak membunuh orang yang terluka? Tunggulah sebentar!” kata Puteri Milana dengan nada suara dingin sekali, lalu dia memapah suaminya kembali ke kursinya.
Setelah melihat bahwa luka suaminya tidaklah berat, hanya mengalami patah tulang pundak, dia lalu membalikkan tubuh hendak menandingi dua orang jagoan itu. Akan tetapi betapa heran hatinya ketika di tengah tempat pibu itu kini telah muncul dua orang pemuda remaja yang menghadapi Yauw Siu dan Sun Giam sambil tersenyum mengejek!
Dan banyak tamu yang berbisik-bisik dan ada yang bertepuk tangan memuji karena ketika Milana sedang memapah suaminya tadi, dari tempat duduk para tamu di samping melayang dua sosok bayangan dan tahu-tahu dua orang pemuda itu telah berdiri di depan Sun Giam dan Yauw Siu. Gerakan meloncat yang indah inilah yang menarik perhatian para tamu.
“Siapakah mereka?”
“Dari mana mereka datang?”
Pangeran Liong Bin Ong sendiri terkejut dan bingung, akan tetapi melihat bahwa yang muncul hanyalah dua orang pemuda yang masih remaja, dia percaya bahwa dua orang jagoannya itu akan dapat mengatasi mereka.
Sun Giam yang tinggi kurus bermuka kuning itu sudah meloncat ke depan dan matanya yang sipit menjadi makin sipit seperti terpejam ketika dia membentak marah,
“Bocah-bocah lancang mau apa kalian datang kesini?”
Dua orang pemuda itu bukan lain adalah Kian Bu yang setengah memaksa kakaknya untuk muncul di gelanggang itu, dengan mendahului meloncat dan disusul oleh kakaknya.
Orang ini memang Tan Siong Khi, pengawal Kaisar yang gagah perkasa, yang telah kita kenal karena dialah yang memimpin rombongan penjemput Puteri Raja Bhutan!
Akan tetapi, sebelum dua orang jagoan itu sempat membuka mulut, tiba-tiba Pangeran Liong Khi Ong bangkit berdiri dan menudingkan telunjuknya kepada Tan Siong Khi sambil berkata,
“Bukankah engkau Pengawal Tan Siong Khi yang telah gagal melaksanakan tugas mengawal Puteri Bhutan sehingga puteri itu lenyap tak diketahui kemana perginya?”
“Keparat! Berani engkau muncul disini setelah engkau melakukan dosa dan kelalaian besar itu? Kebodohan dan kelalaianmu menyebabkan Sang Puteri lenyap tidak diketahui masih hidup atau sudah mati. Dan kau berani malam ini datang kesini dan berlagak menjadi jagoan? Kenapa kegagahanmu tidak kau perlihatkan ketika rombonganmu dihadang musuh? Mengapa Sang Puteri yang kau kawal sampai lenyap sedangkan kau masih hidup? Aku akan minta kepada Sri Baginda untuk menjatuhkan hukuman seberatnya kepadamu!”
Semua tamu memandang dengan hati tegang. Semua mengenal siapa adanya Tan Siong Khi, seorang pengawal kepercayaan Kaisar, bahkan menjadi pembantu dari Puteri Milana dalam mengamankan kota raja. Mereka semua telah mendengar pula akan kegagalan pengawal itu menjemput Puteri Bhutan, calon isteri Pangeran Liong Khi Ong. Maka sepantasnyalah kalau pangeran itu, yang urung menjadi pengantin, yang kehilangan calon isterinya marah-marah kepada pengawal ini.
“Mengapa kau berani datang kesini? Hayo pergi....! Pergi kau....!”
Tan Siong Khi yang kelihatan tenang itu menoleh ke arah Perdana Menteri Su dan Putri Milana. Dia melihat kedua orang pembesar itu mengangguk kepadanya dan memberi isyarat agar supaya dia pergi.
Sebetulnya munculnya Tan Siong Khi di tempat itu adalah karena dia ditugaskan oleh Kaisar untuk mengawal Perdana Menteri Su yang malam itu juga mewakili Kaisar, berarti dia menjadi pengawal utusan Kaisar.
Akan tetapi, sebagai seorang pengawal setia yang telah berpengalaman dan berpemandangan luas, di tempat umum itu dia tidak mau membela diri dengan menyebut nama perdana menteri, karena dia tidak mau menjadi penyebab terjadinya keributan atau perasaan tidak enak. Setelah menerima isyarat, dia lalu menjura kepada Pangeran Liong Khi Ong dan berkata,
“Baik, hamba dengan langkah lebar meninggalkan tempat pesta melalui pintu gerbang depan.”
Keadaan menjadi sunyi sekali setelah pengawal itu pergi. Peristiwa tadi menimbulkan ketegangan. Tiba-tiba suasana yang sunyi itu dipecahkan oleh suara tertawa dari Yauw Siu. Dia sudah bangkit berdiri dan berkata,
“Sungguh menyesal sekali bahwa Pengawal Tan Siong Khi tadi kiranya seorang yang telah melakukan dosa dan kelalaian besar dan sepatutnya dia dihukum. Kalau tidak agaknya dia memiliki sedikit kepandaian untuk diperlihatkan agar kami berdua dapat diuji. Harap Cu-wi yang merasa memiliki ilmu kepandaian sudi maju sebagai penggantinya. Kami maklum bahwa diantara Cu-wi banyak yang memiliki ilmu kepandaian tinggi sekali, akan tetapi jangan khawatir bahwa kami akan celaka. Kami takkan mengecewakan Cu-wi. Selama kami merantau, kami belum pernah dikalahkan orang. Bahkan kami tadinya merencanakan untuk mencari Pulau Es....”
Tiba-tiba terdengar bentakan halus namun suara ini menembus semua kegaduhan dan memasuki telinga Yauw Siu seperti jarum-jarum menusuk.
“Mau apa kalian mencari Pulau Es?”
Yauw Siu terkejut sekali dan cepat menoleh ke arah Puteri Milana yang telah mengajukan pertanyaan itu. Melihat sepasang mata yang amat tajam itu, diam-diam dia menjadi gentar juga. Tentu saja Yauw Siu dan Sun Giam maklum siapa adanya puteri cantik dan agung itu. Mereka maklum bahwa puteri itu adalah puteri dari Majikan Pulau Es, Pendekar Super Sakti atau Pendekar Siluman, dan ibunya adalah bekas panglima besar wanita Puteri Nirahai!
Kalau saja mereka berdua tidak menjadi kaki tangan kedua orang Pangeran Liong, tentu mereka akan berpikir-pikir dulu untuk berani main-main di depan Puteri Milana. Akan tetapi, justru tugas mereka adalah untuk memancing puteri itu agar bangkit kemarahannya dan membuat puteri itu menjadi serba salah. Maju menghadapi mereka berarti merendahkan derajatnya, kalau tidak berarti terhina karena ditantang tanpa menanggapi!
“Kami hendak mencari Pulau Es karena kami tidak pernah bertemu tanding! Kami mendengar bahwa Majikan Pulau Es adalah seorang yang memiliki ilmu kepandaian tinggi!” jawab Sun Giam.
“Akan tetapi, sebelum melihat sendiri, bagaimana kami dapat percaya?” sambung Yauw Siu. “Hanya kabarnya, banyak pula muridnya berada di kota raja, maka apa salahnya kalau ada muridnya yang mau mencoba-coba dengan kami agar dari kepandaian muridnya kami dapat mengukur pula tingkat gurunya? Kami adalah dua orang baru yang tidak tahu apakah benar di kota raja ada murid Pendekar Super Sakti Majikan Pulau Es yang terkenal itu.”
Tentu saja Yauw Siu cukup cerdik untuk melindungi diri mereka dengan dalih bahwa mereka tidak tahu menahu tentang Pendekar Super Sakti, tidak tahu bahwa puteri Pendekar Super Sakti berada di tempat perjamuan itu karena kalau demikian halnya, tentu Puteri Milana yang cerdik akan merasa curiga dan menduga akan adanya pancingan dan jebakan.
“Biar aku menghajar mereka!”
Panglima Han Wi Kong berkata dan isterinya mengangguk. Tadi Puteri Milana telah menyaksikan gerakan kedua orang jagoan itu dan dia maklum bahwa mereka berdua itu hanyalah memiliki tingkat yang biasa saja sehingga dia merasa yakin bahwa suaminya akan dapat mengalahkan mereka.
Mendengar dua orang jagoan kasar itu menyinggung nama ayahnya tanpa dia melakukan sesuatu, tentu akan mencemarkan nama dan kehormatannya. Akan tetapi kalau dia turun tangan sendiri juga merupakan hal yang tidak baik karena dia adalah seorang puteri cucu Kaisar dan puteri Pendekar Super Sakti, amat rendahlah untuk melayani dua orang jagoan kasar!
Berbeda lagi kalau Han Wi Kong yang turun tangan karena suaminya itu juga bekas seorang pengawal kaisar yang kini turun tangan menghadapi mereka yang menantang-nantang semua orang gagah di kota raja!
“Manusia-manusia sombong! Biar akulah yang akan menghadapi kalian!” bentak Han Wi Kong yang sekali meloncat sudah berada di depan kedua orang itu.
Sun Giam dan Yauw Siu cepat menjura dengan hormat, kemudian Sun Giam menjura kearah Pangeran Liong Bin Ong sambil berkata,
“Harap Paduka Pangeran sudi mengampunkan hamba berdua. Hamba berdua tentu tidak berani sembarangan mengangkat tangan menghadapi para tamu yang terdiri dari para pembesar dan bangsawan agung. Oleh karena itu, kami baru berani mengangkat tangan kalau yang datang ke gelanggang ini menganggap diri sendiri sebagai seorang kang-ouw, seorang ahli silat tanpa membawa-bawa kedudukannya.”
Sebelum Pangeran Liong Bin Ong atau Liong Khi Ong sempat menjawab, Han Wi Kong sudah membentak,
“Aku tidak akan membawa kedudukanku karena akupun bekas seorang pengawal! Aku maju karena ingin menyaksikan kepandaian kalian manusia sombong!”
Han Wi Kong cukup mengerti untuk tidak membawa-bawa nama ayah mertuanya, yaitu Pendekar Super Sakti, maka dia mengaku bahwa dia maju sebagai seorang bekas pengawal, jadi atas namanya sendiri.
“Bolehkah kami mengetahui nama besar paduka?”
Yauw Siu bertanya. Tentu saja dia tadinya sudah memperoleh keterangan bahwa laki-laki gagah ini adalah suami Puteri Milana, akan tetapi dia ingin memancing agar dari mulut laki-laki ini keluar sendiri pengakuannya. Akan tetapi Han Wi Kong sudah terlalu marah, dan menjawab dengan bentakan nyaring,
“Tidak perlu aku memperkenalkan nama kepada kalian! Semua yang hadir sudah tahu siapa aku! Hayo majulah kalian berdua!”
Sun Giam berseru,
“Ehh....! Maju berdua? Benarkah kami disuruh maju berdua?”
Han Wi Kong bukan seorang yang sombong atau sembrono. Kalau dia berani menantang agar mereka maju berdua secara berbareng adalah karena tadi dia sudah menyaksikan sepak-terjang mereka dan merasa yakin akan dapat mengalahkan mereka berdua, apalagi dia ingin cepat merobohkan mereka yang sombong ini, tidak usah mereka disuruh maju satu demi satu!
“Ya, majulah kalian berdua mengeroyokku. Aku ingin menguji kepandaian kalian yang sesungguhnya tidak patut menjadi pengawal seorang pangeran!”
“Bagus! Engkau yang menyuruh sendiri, Sobat. Kalau sampai kami kesalahan tangan membunuh, jangan persalahkan kami.”
“Dalam pibu, membunuh atau terbunuh adalah soal biasa, mengapa kalian banyak cerewet lagi? Majulah!”
“Awas serangan. Hiaaaatttt....!” Sun Giam sudah menyerang.
“Haiiittt....!” Yauw Siu juga menyusul dengan pukulannya yang dahsyat.
“Hemmm....!”
Han Wi Kong menggeram dan cepat dia mengelak sambil memutar tubuh dan menangkis dengan kedua lengannya.
“Dukkk! Dukkk!”
Tubuh Han Wi Kong tergetar akan tetapi pukulan kedua orang lawannya juga terpental. Diam-diam Han Wi Kong terkejut. Tak disangkanya sama sekali bahwa kedua orang ini ternyata memiliki tenaga sin-kang yang amat kuat! Mengapa tadi mereka tidak memperlihatkan tenaga sin-kang ini? Di dalam otaknya segera dia mencari dan mengerti bahwa kedua orang ini telah menjebaknya!
Tadi mereka sengaja berpura-pura sebagai ahli-ahli silat biasa saja dan menyembunyikan kepandaian asli mereka dan dia sudah terjebak! Dua orang ini ternyata bukan orang sembarangan dan segera dia memperoleh kenyataan akan hal itu karena kini mereka telah mainkan ilmu silat yang amat aneh, cepat, dan kuat sekali!
Wajah Puteri Milana juga berubah agak pucat. Sebagai seorang ahli silat tinggi, diapun dapat melihat perubahan yang terjadi pada kedua orang jagoan itu. Dan gerakan-gerakan mereka sekarang ini, jelas tampak olehnya bahwa mereka bukanlah jagoan-jagoan kasar seperti semula setelah melihat sepak-terjang mereka tadi. Kiranya mereka adalah ahli-ahli yang tangguh, yang menyembunyikan kepandaian mereka di balik sikap kasar dan ugal-ugalan tadi. Tentu untuk memancing!
Puteri Milana menjadi serba salah. Memang, di dalam tahun-tahun pertama dari pernikahan mereka, dia telah menurunkan beberapa macam ilmu silat kepada suaminya dan ilmu kepandaian suaminya sudah meningkat dengan pesat kalau dibandingkan dengan dahulu sebelum menjadi suaminya.
Namun, suaminya tidak memiliki dasar untuk menjadi seorang ahli ilmu silat tinggi dan tidak mungkin dapat melatih sin-kang dari Pulau Es. Maka kini bertemu dengan dua orang jagoan itu, suaminya berada dalam keadaan terancam! Kalau maju seorang lawan seorang, mungkin suaminya masih dapat mengimbangi, akan tetapi dikeroyok dua!
Memang demikianlah sebenarnya! Dua orang itu bukanlah orang sembarangan dan tadi memang mereka berpura-pura, mengeluarkan ilmu-ilmu kasar untuk memancing dan menjebak. Sebenarnya mereka adalah ahli-ahli silat yang memiliki kepandaian tinggi dan sudah lama menjadi tangan-tangan kanan dari Raja Muda Tambolon, yaitu raja muda kaum pemberontak di perbatasan barat yang sedang merongrong Kerajaan Bhutan.
Karena kedua orang ini tidak pernah muncul di dunia kang-ouw maka mereka sama sekali tidak terkenal dan memang hal inilah yang dikehendaki oleh Pangeran Liong Bin Ong. Tadinya, untuk keperluan memancing kemarahan Puteri Milana untuk menjatuhkan orangnya atau namanya ini, Pangeran Tua Liong Bin Ong hendak menggunakan tenaga Siang Lo-mo, sepasang kakek kembar yang amat lihai itu.
Akan tetapi sungguh diluar dugaan dan perhitungannya bahwa Siang Lo-mo ketika tiba di kota raja telah bentrok dengan Milana didalam rumah penginapan ketika Siang Lo-mo bertemu dengan Gak Bun Beng yang mereka kenal selama ini sebagai “orang sakit yang lihai”.
Karena peristiwa itu, maka Pangeran Liong Bin Ong tidak berani dan tidak jadi menggunakan kedua orang kakek itu, dan mencari penggantinya. Siang Lo-mo pula yang mengusulkan kepada Liong Bin Ong untuk mengundang Yauw Siu dan Sun Giam, dua orang diantara para pembantu Raja Tambolon.
Untuk menjaga nama keluarga isterinya, yaitu para penghuni Pulau Es, juga untuk menjaga nama isterinya dan dirinya sendiri, biarpun maklum bahwa kedua orang itu merupakan dua orang lawan yang terlalu tangguh baginya, namun Han Wi Kong tidak menjadi gentar dan dia sudah menerjang dengan pengerahan tenaga sekuatnya dan mengeluarkan jurus-jurusnya yang paling ampuh.
Namun dua orang lawannya dapat mengelak dan menangkis dengan cepat, bahkan langsung membalas dengan serangan-serangan dahsyat yang kembali membuat Han Wi Kong terhuyung ke belakang ketika terpaksa menangkis dua serangan dari depan itu. Segera berlangsunglah pertandingan yang seru sekali antara tiga orang itu, disaksikan oleh banyak pasang mata dengan tegang.
Diam-diam suasana tegang itu ditimbulkan oleh perasaan bahwa didalam pertandingan ini seolah-olah terjadi persaingan antara Pangeran Tua Liong Bin Ong dan pihak Milana serta Perdana Menteri Su!
Semua tamu maklum belaka atau setidaknya sudah dapat menduga bahwa diantara kedua pihak itu memang terdapat permusuhan atau persaingan terpendam! Dan kini, seolah-olah kedua orang jagoan itu mewakili pihak Pangeran Liong Bin Ong, sedangkan Han Wi Kong tentu saja mewakili pihak isterinya, Puteri Milana dan Perdana Menteri Su.
Tentu saja yang merasa paling tegang dan gelisah adalah Puteri Milana sendiri! Diam-diam dia merasa menyesal mengapa tadi dia membiarkan suaminya turun tangan dan memasuki jebakan pihak Pangeran Liong Bin Ong sehingga kini suaminya terancam. Dia adalah seorang yang amat cerdas, maka setelah berpikir sejenak maklumlah dia bahwa sesungguhnya yang diserang adalah dia!
Suaminya tidak mempunyai urusan apa-apa dengan Liong Bin Ong yang menjadi paman kakek tirinya itu, akan tetapi dia tentu saja dianggap musuh oleh pangeran tua itu. Maka pertandingan itu tentu dimaksudkan untuk memukul dia!
Mulai merah kedua pipi puteri yang gagah perkasa ini dan setiap urat syaraf di tubuhnya menegang, siap untuk membela suaminya. Dia merasa kasihan sekali kepada suaminya, seorang pria yang amat baik dan gagah perkasa. Bertahun-tahun dia menjadi isteri Han Wi Kong hanya pada lahirnya saja, namun mereka sebetulnya hanyalah merupakan sahabat setelah keduanya maklum bahwa tidak ada cinta kasih antara pria dan wanita, antara suami dan isteri di dalam hati mereka, atau setidaknya, di dalam hati Milana.
Han Wi Kong maklum akan hal ini, maka diapun secara jantan dan bijaksana membebaskan isterinya dan hanya mengakui isterinya secara lahiriah saja untuk menjaga nama baik isterinya! Bukan isterinyalah yang menemaninya di dalam kamarnya, melainkan dua orang selir cantik yang setengah dipaksakan oleh Milana untuk melayani suaminya itu!
Biarpun tidak ada hubungan kasih di dalam hatinya terhadap Han Wi Kong, namun Milana menganggapnya sebagai seorang sahabat yang paling baik di dunia ini, maka tentu saja dia merasa gelisah dan khawatir sekali menyaksikan keadaan suaminya dan dia sudah mengambil keputusan untuk melindungi suaminya dari bahaya.
“Yaaahhh!”
Tiba-tiba Han Wi Kong yang sudah terdesak terus-menerus itu mengeluarkan teriakan nyaring, tubuhnya menerjang dengan kecepatan kilat ke depan, kedua tangannya dikepal dan menghantam kearah muka dan pusar Yauw Siu secara hebat sekali!
Milana terkejut menyaksikan gerakan suaminya ini. Kalau suaminya terus memperkuat daya tahannya, biar terdesak kiranya masih tidak mudah bagi kedua orang pengeroyoknya untuk merobohkannya. Akan tetapi agaknya suaminya itu tidak mau didesak terus dan kini mengeluarkan jurus nekat yang ditujukan kepada seorang diantara dua orang pengeroyoknya.
Agaknya Han Wi Kong sudah bertekad untuk merobohkan seorang lawan dengan resiko dia sendiri terpukul oleh lawan kedua. Milana maklum akan isi hati suaminya, yaitu bahwa biarpun suaminya roboh, setidaknya telah dapat merobohkan seorang lawan pula, sehingga tidaklah akan terlalu memalukan.
“Heiiiittt....!”
Yauw Siu berteriak, kaget juga menyaksikan serangan hebat ini, dia mencelat mundur dan ketika lawan terus mengejar, dia juga melonjorkan kedua lengannya dan bertemulah kedua tangannya dengan kepalan tangan Han Wi Kong.
“Desss.... bukkk....!”
Yauw Siu kalah tenaga karena memang sedang mundur, begitu kedua tangannya bertemu dengan tangan lawan, dia terlempar dan terjengkang, akan tetapi pada saat itu juga, Sun Giam sudah menerjang dari samping dan pukulannya yang amat keras dan ditujukan kepada leher Han Wi Kong, biarpun sudah dielakkan oleh Han Wi Kong dengan miringkan tubuh, tetap saja masih mengenai pundaknya, membuat bekas panglima pengawal ini roboh pula!
Yauw Siu dan Sun Giam kini melompat ke depan, agaknya hendak mengirim pukulan maut kepada lawan yang sudah rebah miring dan belum sampai bangun itu, apalagi Yauw Siu yang menjadi marah karena tubuhnya masih tergetar oleh pertemuan kedua tangannya tadi, dan pinggulnya masih panas dan nyeri karena dia terjengkang dan terbanting.
“Plakk! Plakk!”
Dua orang jagoan itu terkejut sekali dan terhuyung-huyung ke belakang. Mereka terbelalak memandang puteri cantik yang sudah berdiri di depan mereka yang tadi menangkis kedua tangan mereka yang sudah diayun untuk menghantam Han Wi Kong, tangan halus sekali yang ketika menangkis terasa dingin seperti es dan membuat mereka menggigil dan terhuyung ke belakang.
“Bedebah! Kalian manusia curang, setelah mengeroyok masih hendak membunuh orang yang terluka? Tunggulah sebentar!” kata Puteri Milana dengan nada suara dingin sekali, lalu dia memapah suaminya kembali ke kursinya.
Setelah melihat bahwa luka suaminya tidaklah berat, hanya mengalami patah tulang pundak, dia lalu membalikkan tubuh hendak menandingi dua orang jagoan itu. Akan tetapi betapa heran hatinya ketika di tengah tempat pibu itu kini telah muncul dua orang pemuda remaja yang menghadapi Yauw Siu dan Sun Giam sambil tersenyum mengejek!
Dan banyak tamu yang berbisik-bisik dan ada yang bertepuk tangan memuji karena ketika Milana sedang memapah suaminya tadi, dari tempat duduk para tamu di samping melayang dua sosok bayangan dan tahu-tahu dua orang pemuda itu telah berdiri di depan Sun Giam dan Yauw Siu. Gerakan meloncat yang indah inilah yang menarik perhatian para tamu.
“Siapakah mereka?”
“Dari mana mereka datang?”
Pangeran Liong Bin Ong sendiri terkejut dan bingung, akan tetapi melihat bahwa yang muncul hanyalah dua orang pemuda yang masih remaja, dia percaya bahwa dua orang jagoannya itu akan dapat mengatasi mereka.
Sun Giam yang tinggi kurus bermuka kuning itu sudah meloncat ke depan dan matanya yang sipit menjadi makin sipit seperti terpejam ketika dia membentak marah,
“Bocah-bocah lancang mau apa kalian datang kesini?”
Dua orang pemuda itu bukan lain adalah Kian Bu yang setengah memaksa kakaknya untuk muncul di gelanggang itu, dengan mendahului meloncat dan disusul oleh kakaknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar