FB

FB


Ads

Selasa, 22 Januari 2019

Bukek Siansu Jilid 049

Mendadak kakinya tertendang ujung kaki Swat hong dan ketika dia memandang, dia melihat isyarat dalam sinar mata gadis itu, maka dia hanya mengerutkan alis dan tidak melanjutkan kata-katanya. Swat Hong sendiri segera berkata kepada dua orang itu dengan suara ramah dan sikap manis,

"Kalian sungguh ramah, tentu majikan kalian adalah seorang yang mengenal pribudi. Baik, kami memang hendak bermalam barang dua hari di kota ini. Akan tetapi melihat keramahan kalian, aku ingin bertemu dengan majikan kalian untuk menghaturkan terima kasih."

Dua orang itu saling pandang.
"Marilah kami antarkan Nona dan Tuan agar memperoleh kamar yang paling baik di hotel, kemudian kami akan melapor kepada majikan kami...."

"Tidak usah repot-repot!" Swat Hong berkata cepat. "Temanku ini masih hendak melanjutkan makan minum.... heiii! Pelayan tambah araknya! Biarlah saya yang menemui majikan kalian dan memilih kamar di hotel sebelah. Kami sudah mendengar tentang kebaikan hati majikan kalian dari pembesar-pembesar di kota ini, dan kami memang ingin minta pekerjaan. Aku ingin bekerja apa saja yang pantas dan temanku itu.... dia tentu bisa menjadi seorang penjaga keselamatan.”

Dapat dibayangkan betapa girangnya hati kedua orang itu. Sudah terbayang di depan mata betapa mereka akan menerima pujian berikut hadiah dari Ciu-wangwe. Seorang nona begini cantik jelita seperti bidadari, tanpa susah payah datang sendiri ke depan mulut, tinggal membuka mulut dan mencaplok saja! Ciu-wangwe tentu senang sekali, bukan untuk hartawan itu sendiri yang kesenangannya bukan memeluk wanita cantik, melainkan untuk menyenangkan hati para pembesar setempat. Ciu-wangwe sendiri kesenangannya hanya satu, yaitu uang dan kedudukan!

"Bagus sekali kalau begitu, Nona! Kebetulan pada saat ini Ciu-wangwe sedang menjamu pembesar yang paling terhormat di kota ini. Mereka sedang berpesta di ruangan belakang hotel kami. Mari kami antar Nona ke sana!"

"Tidak usah, kalian di sini saja melayani temanku!"

Sambil berkata demikian Swat Hong sudah bangkit berdiri dan cepat laksana kilat kedua tangannya bergerak seperti seorang wanita yang menepuk-nepuk pundak kedua orang itu dengan ramahnya, akan tetapi dapat dibayangkan betapa kaget rasa hati kedua orang tukang pukul itu ketika tiba-tiba tubuh mereka menjadi lemas dan kaki tangan mereka tak dapat digerakan lagi.

"Ha-ha, duduklah kalian, mari temani aku minum arak!"

Kwee Lun yang dapat melihat gerakan temannya itu cepat bangkit berdiri, kakinya bergerak dan kedua lutut mereka telah terkena tendangan ujung sepatunya sehingga terlepas sambungannya. Sambil tersenyum Kwee Lun sudah mendudukan mereka di atas bangku di kanan kirinya!

Para tamu hanya melihat empat orang itu seperti beramah tamah, maka mereka tidak tertarik lagi, hanya tertarik kepada Swat Hong yang memang sejak tadi telah menjadi perhatian pandang mata para tamu pria yang berada di dalam restoran. Mereka menahan napas melihat dara cantik jelita itu dengan langkah gontai meninggalkan restoran, membawa dua batang pedang dan sebuah kipas,

"Aku pinjam dulu ini!" kata Swat Hong tadi kepada Kwee Lun yang hanya memandang dengan terheran-heran melihat kedua senjatanya dibawa pergi oleh Swat Hong. "Agar kau tidak kesalahan membunuh orang!" kata pula Swat Hong dan Kwee Lun tersenyum.

Kiranya gadis itu tidak ingin melihat dia membunuh orang, maka sengaja membawa pergi kedua senjatanya. Di dalam hatinya dia mentertawakan Swat Hong. Apakah tanpa kedua senjata itu kaki dan tanganku tidak mampu membunuh orang? Pula, apakah dia seekor harimau yang haus darah? Biarlah, pikirnya. Gadis itu masih belum percaya kepadanya, dan dia akan memperlihatkan kelihaianya tanpa bantuan senjata.

Sambil tertawa-tawa kepada dua orang tukang pukul yang duduk seperti boneka dan tak mampu bergerak itu, Kwee Lun melanjutkan minum arak. Karena hawa mulai panas disebabkan oleh hawa arak, pemuda perkasa ini melepaskan kancing bajunya sehingga tampak rambut halus ditengah dadanya yang bidang dan kokoh kuat itu.

Tiba-tiba seorang pelayan menghampiri meja Kwee Lun. pelayan ini tadi melihat ketidak wajaran pada kedua tukang pukul yang duduk berhadapan dengan pemuda itu. Mengapa mereka tidak bergerak-gerak dan duduk dengan lemas, dan ketika dia bertemu pandang, tukang pukul yang gendut pendek itu mengejapkan mata kepadanya sedangkan dari kedua mata tukang pukul kurus pucat itu keluar dua titik air mata. Maka dia cepat menghampiri dan melihat dari dekat.

"Mau apa kau? pergi!"






Kwee Lun membentak dan pelayan itu kaget sekali, lalu lari pergi masuk ke dalam untuk melaporkan keanehan itu kepada kepala tukang pukul.

Kwee Lun bukanlah seorang yang bodoh. Dan maklum bahwa pelayan itu telah melihat keadaan dan tentu akan melapor ke dalam. Maka dia memandang ke sekeliling dan mencari akal. Ketika dia melihat segulung tambang yang besar dan kuat, timbullah akalnya. Dia bangkit berdiri, melangkah lebar ke dekat meja pengurus, menyambar gulungan tambang itu dan berkata dengan suara lantang yang ditujukan kepada para tamu yang duduk di ruangan restoran itu,

"Semua orang yang berada di dalam restoran ini harap lekas pergi! Restoran ini akan ambruk!"

Kemudian sekali melompat tubuhnya telah berada di luar restoran. Di ikatkan ujung tambang ke pilar di depan, pilar yang ikut menyangga atap, kemudian dia membawa ujung tambang yang lain ke jalan depan restoran. Dengan memegang ujung tambang, mulailah pemuda raksasa ini menarik tambang, melalui atas pundak kanannya yang menonjolkan otot besar yang amat kuatnya.

Tambang besar itu menegang, kemudian terdengar suara berkerotok. Orang-orang sudah mulai lari keluar rumah makan itu dan mereka ada yang ketawa-tawa geli menyaksikan pemuda itu menarik tambang. Tentu pemuda itu sudah mabok, pikir mereka. Mana mungkin merobohkan bangunan yang besar itu dengan cara demikian? Menarik tambang yang diikatkan pada pilar yang demikian besar dan kuatnya. Kalau tidak mabok tentu sudah gila!

Memang membutuhkan tenaga gajah untuk dapat menumbangkan pilar yang sedemikian kokohnya. Kwee Lun mengerahkan tenaga, matanya terbelalak, dahinya penuh keringat dan mulutnya mengeluarkan gerengan yang langsung keluar dari dalam pusarnya, seluruh tubuhnya menarik tambang dengan pemusatan perhatian dan tenaga.

"Krakkk....!"

Pilar yang kokoh kuat itu patah tengahnya! Orang-orang berteriak kaget dan mulai berlari-lari ketakutan. Terdengar bunyi hiruk pikuk ketika akhirnya, atap rumah makan itu runtuh ke bawah dan menyusul debu mengebul tinggi dibarengi teriakan-teriakan mengerikan dari dalam di mana masih banyak pekerja restoran itu yang teruruk. Di antara suara hiruk pikuk ini terdengar suara ketawa dari Kwee Lun yang masih memegang tambang besar itu di kedua tangannya. tali besar itu sudah terlepas dari pilar dan kini menjadi senjata di kedua lengan yang dilingkari otot itu.

Tempat itu menjadi sunyi dan biarpun banyak sekali penduduk kota yang berlari-larian datang, mereka hanya menonton dari jauh saja, tidak ada yang berani mendekati restoran yang sudah runtuh itu. Belasan orang tukang pukul datang berlarian dari belakang restoran yang roboh dan dari rumah judi yang berada di sebelah kanan restoran.

"Itu orangnya....!" Seorang pelayan restoran yang berhasil menyelamatkan diri menuding ke arah Kwee Lun.

"Tangkap penjahat....!"

"Serbu....!"

"Bunuh....!"

Lima belas orang tukang pukul dengan bermacam senjata di tangan mereka, belari-lari datang menyerbu dan mengurung Kwee Lun. Pemuda ini masih tersenyum lebar, tali tambang tadi masih melingkar-lingkar di kedua lengan, kedua kakinya terpentang lebar dan sikapnya gagah sekali, membuat lima belas orang tukang pukul itu merasa gentar dan ragu-ragu untuk mendahului maju menyerang. Seorang yang telah meruntuhkan sebuah bangunan seperti restoran itu, sudah jelas memiliki tenaga gajah! Apalagi melihat sikap yang demikian gagah.

"Ha-ha-ha, hayo majulah! Mengapa ragu-ragu? Hayo keroyoklah aku! Memang aku datang untuk membasmi komplotan yang merajalela di Leng-sia-bun. Kalian ini anak buah si keparat Ciu Bo Jin, bukan? Mana itu hartawan Ciu jahanam, si penculik gadis orang! Suruh dia keluar, biar kuhancurkan kepalanya!"

"Serbu....!!"

Kepala tukang pukul, seorang she Ma yang juga memiliki ilmu kepandaian tinggi dan menjadi tangan kanan Ciu-wangwe, berseru setelah diam-diam dia mengutus seorang anak buahnya untuk melaporkan kepada Ciu-wangwe di hotel, dan seorang anak buah lagi disuruh minta bala bantuan di markas keamanan!

Tiga belas orang tukang pukul, dipimpin oleh Ma Siu menyerbu dengan senjata mereka. Akan tetapi, Kwee Lun tertawa bergelak dan begitu kedua lengannya bergerak, tali besar yang panjang menyambar dan menjadi gulungan sinar yang besar panjang. Setiap senjata pengeroyok yang terbentur tali itu terlepas dari pegangan pemiliknya sehingga terdengarlah teriakan-teriakan kaget karena dalam segebrakan saja, lima orang tukang pukul kehilangan senjata mereka dan dua orang lagi terpelanting roboh dan tak dapat bangun kembali karena tulang punggung dan tulang iga mereka patah oleh hantaman tambang!

Ma Siu menjadi marah sekali dan dengan nekat dia bersama sisa anak buahnya menyerbu dan menghujankan senjata mereka kepada Kwee Lun. Namun pemuda Pulau Kura-kura ini sambil tertawa melakukan perlawanan seenaknya. Teringat dia oleh perbuatan Swat Hong yang menyingkirkan pedang dan kipasnya, karena andaikata dia menggunakan dua senjata itu, agaknya sekarang semua tukang pukul sudah roboh kehilangan nyawa mereka!

Dan dia tahu bahwa biang keladi semua kejahatan adalah orang She Ciu, adapun para tukang pukul ini hanya orang-orang yang mencari nafkah mengandalkan ilmu silat mereka! Biarpun cara mencari nafkah dengan menjadi tukang pukul adalah perbuatan sesat yang menimbulkan kekejaman, namun andaikata tidak ada Hartawan Ciu yang menjadi sumber maksiat, agaknya mereka tidak akan berani mengacaukan sebuah kota besar seperti Leng-sia-bun. Diam-diam dia membenarkan tindakan Swat Hong dan teringat dia akan nasehat suhunya bahwa di dalam perantauannya, dia tidak boleh sembarangan membunuh orang!

Sementara itu, di dalam hotel juga terjadi keributan hebat. Dengan dua batang pedang tergantung di punggung dan kipas gagang perak di tangan, Swat Hong memasuki hotel besar di sebelah kiri restoran. Gedung yang lebih megah dan besar daripada restoran itu. Dengan sikap tenang dia berjalan menaiki anak tangga di depan hotel. Beberapa orang pelayan segera menyambutnya dengan wajah berseri. Biarpun dara ini membawa pedang di punggung namun kecantikannya yang luar biasa menyenangkan hati para pelayan.

"Apakah Nona mencari kamar,?" tanya seorang pelayan dengan senyum manis.

"Bukan mencari kamar, akan tetapi aku mencari Ciu-wangwe," jawab Swat Hong tanpa memperdulikan senyum itu.

Wajah para pelayan itu berubah dan pandang mata mereka membayangkan kecurigaan,
"Tidak semudah itu mencari Loya, Nona,. Pula, kami tidak tahu dimana adanya Ciu-wangwe sekarang ini...." kata seorang di antara mereka dengan suara hati-hati.

"Aihhh, kalian tidak perlu membohong lagi. Aku mengenal Ciu-wangwe dan kedatanganku adalah atas undangannya. Aku tahu bahwa dia sedang menjamu kepala Daerah di ruangan belakang hotel ini, bukan? Kalau kalian tidak membawaku menemuinya sekarang juga, bukan hanya dia akan marah kepada kalian, akan tetapi aku pun akan kehabisan sabar!"

Mendengar ini, para pelayan itu saling pandang, lalu seorang di antara mereka memanggil tukang pukul. Dua orang tukang pukul datang berlari. Mereka adalah bekas-bekas perampok yang tentu saja dapat menduga bahwa wanita ini tentulah seorang kang-ouw, maka mereka segera memberi hormat dan bertanya,

"Ada urusan apakah Lihiap hendak bertemu dengan Ciu-wangwe?"

Swat Hong memandang tajam dan mengambil sikap marah.
“Eh, pangkat kalian di sini apa sih berani bertanya-tanya urusan antara aku dan Ciu-wangwe? Lekas bawa aku menemuinya!"

"Tapi... tapi.... Loya sedang menjamu Tai-jin, tidak boleh diganggu!"

"Siapa mau mengganggu? Aku justru datang memenuhi panggilannya untuk meramaikan pesta! Kalau dia marah, biar aku yang tanggung jawab, akan tetapi kalau kalian berani menolak aku, dia akan marah kepada kalian!"

Dua orang tukang pukul itu saling pandang, kemudian mereka berkata,
"Baiklah mari kami antarkan Lihiap ke dalam."

Mereka telah mengambil keputusan dengan isyarat mata untuk mengawal dan menjaga wanita cantik ini. Kalau wanita ini mempunyai niat buruk, masih belum terlambat untuk merobohkannya. Siapa tahu, melihat kecantikannya yang luar biasa, sangat boleh jadi kalau dia ini adalah seorang yang dikenal oleh Ciu-wangwe dan benar-benar dipesan datang untuk menghibur pembesar!






Tidak ada komentar:

Posting Komentar