FB

FB


Ads

Jumat, 31 Juli 2015

Suling Emas & Naga Siluman Jilid 102

“Nah, aku mau pergi sekarang. Engkau ikut ataukah tidak?”

Setelah berkata demikian, Hong Bu meninggalkan gadis itu, memasuki kamarnya dan mengambil buntalan pakaiannya. Pek In tidak menjawab, akan tetapi tahu-tahu ia telah mengikuti pemuda itu dan sudah membawa pula buntalan pakaiannya. Wajahnya cemberut, akan tetapi masih manis. Setelah mereka meninggalkan rumah penginapan itu melalui jalan jendela dan melakukan perjalanan cepat, Pek In mengomel,

“Sungguh memalukan sekali kalau kita harus melarikan diri dari mereka.”

“Sumoi, seorang pendekar bukan saja harus berani dan gagah perkasa, akan tetapi juga harus cerdik. Aku bukan takut kepada mereka, akan tetapi kita harus cerdik. Mereka bertiga itu adalah orang-orang yang berkepandaian tinggi sekali. Sebaiknya kalau kita lebih dulu menemui para pendekar patriot yang tentu tidak bersahabat dengan mereka, mengingat mereka itu adalah kaki tangan Kaisar.”

“Huh, jadi engkau hendak mencari teman?”

“Bukan, hanya hendak mengimbangi mereka kalau-kalau mereka maju mengeroyok.”

Pek In memandang dengan tajam.
“Aih, bagaimana engkau dapat menduga serendah itu kepada Pendekar Naga Sakti Gurun Pasir? Dia dan anak isterinya mendatangi lembah bertiga saja, sama sekali tidak takut akan dikeroyok, karena mereka percaya bahwa seorang pendekar tidak nanti akan berlaku curang! Dan aku pun percaya bahwa Pendekar Naga Sakti Gurun Pasir bukanlah orang yang curang!”

Hong Bu hanya tersenyum. Tetap saja dia tidak mau mengatakan bahwa tindakannya itu bukan sekali-kali karena takut, melainkan karena dia harus menyelamatkan pedang, jangan sampai terampas utusan Kaisar. Pula, dia pun harus melindungi Pek In.

Bagaimana mungkin dia sekaligus melindungi pedang dan Pek In? Kecuali kalau Pek In sudah berada di tempat aman, misalnya di antara para pendekar patriot itu barulah dia akan merasa lega dan mungkin saja dia malah akan menantang siapa yang berhak memiliki pedang pusaka juga menebus kekalahan gurunya.

Tidak sukar bagi mereka untuk mencari Gedung Mawar Kuning itu. Setiap orang tahu di mana adanya gedung tua itu yang kini menjadi sebuah perkumpulan silat yang bernama perguruan silat Kim-jiauw-eng (Garuda Kuku Emas). Memang gedung ini pernah menjadi pusat perguruan silat yang masih merupakan cabang dari Siauw-lim-pai itu.

Gurunya adalah seorang she Ciong yang pernah menjadi murid Siauw-lim-pai dan memang Ilmu Silat Kim-jiauw-eng yang diajarkannya itu masih bersumber pada ilmu silat Siauw-lim-pai. Karena itulah, maka ketika ada pergerakan para pendekar patriot, gedung tua yang besar ini dipilih menjadi pusat tempat pertemuan mereka.






Gedung itu dikurung pagar tembok yang tingginya hampir tiga meter. Akan tetapi bukan merupakan penghalang yang sulit bagi Hong Bu dan Pek In. Mereka meloncat ke atas pagar tembok itu dan melayang ke sebelah dalam.

Akan tetapi begitu kedua kaki mereka turun ke atas tanah, terlihat berkelebatnya bayangan banyak orang dan tahu-tahu mereka telah dikepung oleh belasan orang yang rata-rata memiliki ilmu silat yang tinggi! Kiranya gerak-gerik mereka sejak mendekati gedung sampai ketika mereka berdua melompat ke atas pagar tembok telah diketahui oleh para penjaga dan hal ini saja menunjukkan betapa kuatnya penjagaan para pendekar di ternpat itu!

“Kami bukan musuh!” Hong Bu cepat berkata sambil mengangkat kedua tangan memberi hormat. “Kami adalah sahabat-sahabat yang ingin bertemu dengan pimpinan para Enghiong di sini!”

Tentu saja ucapan itu tidak bisa diterima begitu saja. Dua orang ini masuk secara gelap bukan melalui pintu sebagai tamu, mana bisa mereka mempercayai keterangan itu? Pula, keadaan para pendekar patriot di situ merupakan rahasia, tidak ada yang tahu bahwa tempat itu menjadi sarang mereka. Maka, orang yang datang dan tahu akan hal itu, sungguh merupakan orang yang patut dicurigai.

“Siapa engkau?” bentak seorang di antara mereka.

“Namaku Sim Hong Bu, dan ini adalah Cu Pek In....”

“Aihh, kiranya benar Pek In....!”

Tiba-tiba terdengar seruan suara wanita dan seorang wanita berkelebat datang dan berdiri di depan Pek In. Tempat itu mendapat penerangan dari obor yang dibawa datang seorang pendekar sehingga mereka dapat saling memandang. Kini Hong Bu dan Pek In segera mengenal wajah Cui-beng Sian-li Tang Cun Ciu. Melihat bibinya, Pek In cepat memberi hormat, diturut pula oleh Hong Bu.

“Dan ini Hong Bu malah! Ah, masuklah. Kawan-kawan, mereka ini adalah keponakan-keponakanku sendiri!”

Hong Bu dan Pek In merasa terheran-heran melihat bahwa bibi mereka berada di tempat itu, akan tetapi keheranan mereka lenyap ketika mereka dihadapkan dengan pimpinan para pendekar itu yang ternyata adalah Bu Seng Kin atau Bu-taihiap! Biarpun di dalam hatinya ada rasa tidak senang, namun Pek In dapat mengerti mengapa bibinya berada di situ. Kiranya bibinya ini telah menyusul bekas kekasihnya, si pendekar perayu wanita itu yang sekarang telah menjadi pimpinan para pendekar patriot!

Bu-taihiap girang bukan main menerima Hong Bu dan Pek In. Dia sudah mendengar dari isterinya, yaitu Tang Cun Ciu tentang diri pemuda ini yang katanya merupakan pewaris pedang Koai-liong Po-kiam berikut Ilmu Pedang Koai-liong Kiam-sut yang tiada tandingannya di dunia ini! Maka pemuda itu merupakan tenaga yang amat boleh diandalkan, dan juga dia sudah mendengar tentang Cu Pek In, puteri tunggal dari penghuni Lembah Suling Emas yang kini menjadi Lembah Naga Siluman itu.

“Selamat datang, Sim Hong Bu! Aku sudah banyak mendengar tentang kelihaianmu dari bibi gurumu. Dan engkau, Cu Pek In. Ayahmu adalah seorang sahabatku yang amat baik!”

Cu Pek In dan Sim Hong Bu memberi hormat, biarpun di dalam hatinya Cu Pek In memaki laki-laki ganteng ini, karena laki-laki inilah yang merayu hati Tang Cun Ciu, isteri dari toapeknya sehingga toapeknya itu meninggal dunia karena duka! Dan kini, dengan tak tahu malu sekali isteri toapeknya itu malah menyusul kekasihnya! Biarpun mereka itu kini menjadi pimpinan pendekar patriot, tetap saja baginya mereka mempunyai perbuatan-perbuatan yang serba busuk!

Itulah sebabnya mengapa Pangeran Kian Liong yang menjadi tawanan itu melihat adanya pemuda perkasa dan gadis berpakaian pria yang bukan lain adalah Sim Hong Bu dan Cu Pek In di antara para pendekar patriot, duduk di dekat Bu-taihiap dan tiga orang isterinya yang merupakan puncak pimpinan para patriot itu.

**** 102 ****







TEMPAT WISATA MANCA NEGARA

 Istana Kekaisaran Tokyo
Istana Kekaisaran Tokyo
 Jembatan Gerbang Emas
Jembatan Gerbang Emas
 Air Terjun Niagara
Air Terjun Niagara
 Grand Canyon
Grand Canyon
 Pasar Terbesar di Bangkok
Pasar Terbesar di Bangkok
 Taman Nasional Yellowstone
Taman Nasional Yellowstone
Burj Khalifa - Dubai
Budj Khalifa - Dubai
 Taj Mahal
Taj Mahal
 Taman Nasional Yellowstone
Taman Nasional Yellowstone

===============================
Burj Khalifa - Dubai

 Taj Mahal