FB

FB


Ads

Jumat, 30 Januari 2015

Sepasang Pedang Iblis Jilid 108

Pemuda itu cepat berlutut di depannya dan melingkarkan lengan ke lehernya, memeluknya dengan mesra. Biarpun pada waktu itu ingatan Kwi Hong sudah lenyap sama sekali sehingga dia tidak lagi dapat mengingat bagaimana wajah Bun Beng, akan tetapi mendengar nama itu sudah cukup menggerakkan hatinya, nama yang tak pernah terlupa olehnya.

Otomatis, karena hatinya amat tertekan tadinya sebelum dia kehilangan ingatan, dan kini seolah-olah memperoleh obat penawar yang menyejukkan, kedua lengannya balas memeluk pemuda itu. Mereka berpelukan dan Kwi Hong terisak penuh rasa girang dan lega.

Pemuda itu memegang dagunya, mengangkat muka, dan ketika pemuda itu menciumnya, mencium pipinya, hidungnya, mulutnya, Kwi Hong hanya mengeluarkan suara rintihan terharu dan memejamkan kedua matanya!

Sebelum kehilangan ingatannya, Kwi Hong merasa betapa hatinya hancur, terutama sekali karena Bun Beng yang dicintanya itu dijodohkan dengan Milana. Habis harapannya untuk dapat berjodoh dengan pemuda yang dicintanya itu, dan telah ada kenyataan bahwa pemuda yang dicintanya itu takkan dapat diraih olehnya, maka cintanya terhadap pemuda itu seolah-olah bertambah, dan dia merasa rindu sekali kepada Gak Bun Beng.

Oleh karena itulah, kerinduan yang masih mencengkeram bawah sadarnya, kini timbul ketika pemuda yang dicintanya itu telah memeluk dan menciumnya. Tanpa dorongan rasa rindu yang hebat itu kiranya dia tidak akan menerimanya begitu saja pencurahan kasih sayang dari seorang pria terhadapnya, keadaan yang sama sekali masih asing baginya ini. Tapi sekarang Kwi Hong sama sekali tidak memberontak bahkan diluar kesadarannya, hidung dan bibirnya bergerak membalas ciuman pemuda itu dengan gairah yang meluap-luap.

“Kwi Hong.... ah, Kwi Hong.... kekasihku.... hanya engkaulah wanita yang kucinta....!”

Laki-¬laki itu berbisik sambil memperketat dekapannya dan membawa Kwi Hong rebah di atas rumput.

“Bun Beng.... ohh, Bun Beng....!”

Kwi Hong memejamkan matanya dan sama sekali tidak peduli lagi akan apa yang dilakukan oleh pemuda yang dicintanya itu terhadap dirinya. Dia menyerah bulat-bulat, menyerahkan hati dan tubuhnya dengan penuh kerelaan, bahkan dia membantu penyerahan itu karena diapun membutuhkan kasih sayang pemuda ini.

Maka terjadilah hal yang tak dapat dielakkan lagi dalam keadaan seperti itu. Hanya pohon-pohon, kabut pagi, dan burung-burung yang baru keluar dari sarangnya saja yang menjadi saksi akan pencurahan cinta berahi yang berlangsung pada pagi hari di bawah pohon besar itu.

Pencurahan nafsu berahi yang terjadi atas kehendak kedua pihak, dengan suka rela, sungguhpun Kwi Hong melakukannya dalam keadaan hilang ingatan dan hanya merasa yakin bahwa dia telah menyerahkan tubuhnya kepada orang yang dicintanya, Gak Bun Beng, dan tidak akan merasa menyesal akan apapun yang menjadi akibatnya.

Adapun pemuda itu, yang mudah saja diduga bukan Gak Bun Beng sesungguhnya melainkan Wan Keng In, mula-mula menggunakan siasat ini, merampas ingatan Kwi Hong dengan obat pemberian gurunya, kemudian menyamar sebagai Bun Beng, bukan semata-mata untuk menikmati kemesraan tanpa perkosaan bersama Kwi Hong yang cantik dan yang dikaguminya, melainkan didasari oleh niat untuk menghancurkan hidup Bun Beng!

Keng In ingin menanam kesan mendalam di hati Kwi Hong bahwa gadis itu telah menyerahkan tubuhnya kepada Bun Beng, dan hal ini tentu saja kelak akan menjadi penghalang bagi Bun Beng untuk melanjutkan perjodohahnya dengan Milana! Akan tetapi, bukan sampai disitu saja rencananya untuk menjebloskan nama baik Bun Beng ke pecomberan.






Setelah mencurahkan kasih sayangnya kepada pemuda yang dicintanya, pengalaman pertama selama hidupnya yang baru sekarang dialami akan tetapi sama sekali tidak disesalkannya itu, Kwi Hong tertidur lagi kelelahan dan kepuasan. Ketika dia bangun lagi, pemuda bertopi bundar itu telah berada di sisinya. Kwi Hong menggeliat, seperti seekor kucing manja, membuka mata dan merangkulkan kedua tangan ke leher laki-laki yang telah duduk di dekatnya, menarik muka yang dicintanya itu dan kembali mereka berciuman.

“Hemmm...., Bun Beng.... aku merasa berbahagia sekali....!”

Keng In tertawa dan menarik tangan Kwi Hong bangun.
“Hayo bangunlah, kita mandi di telaga dekat sini, kemudian melanjutkan perjalanan.”

“Eh, kemana?”

Kwi Hong bertanya sambil tersenyum manis, membetulkan pakaiannya yang awut-awutan seperti juga rambutnya, akan tetapi yang bahkan menambah keaslian kecantikannya.

“Kemana lagi, sayang? Bukanlah kita telah menjadi suami isteri, biarpun belum resmi? Aku adalah suamimu, maka kau harus ikut bersamaku.”

Kwi Hong menggeleng-geleng kepalanya.
“Aku tidak ingat lagi.... dimana rumahmu.... akan tetapi aku tidak peduli, Bun Beng. Bersama denganmu, aku akan selalu merasa bahagia, biar kau bawa ke neraka sekalipun!”

Keng In merangkul dan kembali mereka berciuman.
“Kwi Hong.... pujaan hatiku.... kalau aku membawamu bukan ke neraka, melainkan ke sorga. Aku.... aku cinta padamu, Kwi Hong....!”

Kalimat terakhir ini menggetarkan jantung Keng In karena dia merasa betapa ucapan itu tidak dibuat-buat seperti kalimat yang lain! Dia benar-benar merasa jatuh cinta kepada Kwi Hong! Sudah beberapa kali dia berhubungan dengan wanita, baik dengan perkosaan maupun dengan suka rela karena kenakalannya, akan tetapi semua itu hanyalah peristiwa badani saja. Anehnya, setelah apa yang terjadi, setelah merasa sampai ke dasar dirinya betapa Kwi Hong benar-benar menyerahkan segala-galanya dengan kasih sayang yang mesra, agaknya kasih sayang dara itu mencekam perasaannya dan menggugah cintanya pula!

Sambil tertawa-tawa bahagia, mereka berdua mandi di air telaga yang jernih. Mereka mandi dengan telanjang bebas karena di dalam hutan itu sunyi tidak ada orang lain lagi. Dalam kesempatan ini, sambil berendam di dalam air jernih, kembali kedua insan itu mencurahkan perasaan mereka dan mengulangi perbuatan mereka di bawah pohon tadi. Bagi dua orang yang sedang dimabok asmara, seperti sepasang pengantin baru, agaknya keduanya tidak pernah merasa puas akan permainan cinta ini.

Keng In yang cerdik itu kini malah merasa khawatir kalau-kalau Kwi Hong sadar dan ingatannya kembali lagi lalu menolak cintanya! Dia mulai merasa khawatir kalau dia akan kehilangan Kwi Hong yang dicintanya ini! Sungguh keadaan menjadi terbalik sama sekali! Karena itu, setiap hari dia selalu mencampurkan obat perampas ingatan ke dalam minuman atau makanan Kwi Hong dan mereka melakukan perjalanan cepat, hanya diseling dengan makan, tidur, dan bermain cinta.

Keng In ingin cepat-cepat mengajak Kwi Hong ke Pulau Neraka, dimana dia ingin menjalankan siasat selanjutnya untuk merusak hubungan antara Bun Beng dan Milana. Selain itu, juga obat yang dibawanya tidak banyak. Kalau sampal obat itu habis sebelum mereka tiba di Pulau Neraka, tentu akan berbahaya sekali. Kwi Hong akan sadar kembali dan dia akan menghadapi kesulitan besar.

**** 108 ****





Tidak ada komentar:

Posting Komentar