FB

FB


Ads

Sabtu, 24 Januari 2015

Sepasang Pedang Iblis Jilid 085

“Kurung para pemberontak! Jangan biarkan mereka lolos!”

Kaisar berseru lagi ketika dari pintu-pintu ruangan itu bermunculan pengawal-pengawal yang mendengar akan peristiwa di istana bagian puteri dan cepat memimpin pasukan untuk membantu. Kini tempat itu penuh dengan pasukan pengawal dan semua pintu dijaga ketat sehingga tidak ada jalan keluar lagi bagi Nirahai dan Milana.

“Pemberontak rendah, bersiaplah untuk mati!”

Lulu membentak dan tubuhnya sudah menerjang ke depan, menyerang Nirahai dengan pukulan-pukulan dahsyat. Karena dia maklum bahwa lawannya ini adalah seorang yang sakti, maka begitu menyerang, Lulu telah mainkan jurus dari Ilmu Silat Sakti Hong-in-bun-hoat dan tenaga pukulannya adalah Ilmu Toat-beng-bian-kun!

“Plak! Plak! Heiiiittt!”

Lulu meloncat ke belakang setelah berseru nyaring, penuh keheranan karena Ketua Thian-liong-pang itu menangkis dan menghadapi serangannya dengan ilmu silat dan tenaga pukulan yang sama!

“Aihh, ternyata betul kabar yang tersiar bahwa Ketua Thian-liong-pang adalah pencuri ilmu yang tak tahu malu!” bentak Lulu dengan penuh kemarahan.

“Lulu, betapa bodohnya engkau!” Tiba-tiba suara di balik kerudung ini berubah halus dan Lulu tersentak kaget.

“Kau.... kau.... siapakah....?”

Pada saat itu, Milana sudah menjatuhkan diri. berlutut menghadap kepada Kaisar sambil menangis dan berkata,

“Mohon Sri Baginda sudi mengampunkan hamba dan ibu hamba....! Thian-liong-pang sama sekali bukan pemberontak, bahkan sebaliknya. Thian-liong-pang selalu membantu kerajaan! Karena itulah, baru saja kemarin, Thian-liong-pang diserbu dan dihancurkan oleh pasukan pemberontak Koksu pengkhianat, para pembantu Ibu tewas semua dan hamba sendiripun nyaris tewas.... harap Paduka sudi mengampunkan ibu dan Ibu.... Ibu.... selamanya.... setia kepada Paduka....”

Milana tak dapat melanjutkan kata-katanya karena dia sudah menangis tersedu-sedu. Baru sekarang ini dia bertemu dengan Kaisar yang sebetulnya masih kakeknya sendiri! Dia menangis bukan karena takut melihat ancaman terhadap ibunya dan dia, melainkan merasa berduka dan terharu.

Lulu juga mendengar ucapan ini. Dia ragu-ragu dan memandang wanita berkerudung itu dengan bingung. Kini wanita berkerudung itupun menjatuhkan diri berlutut menghadap Kaisar dan terdengar suaranya lantang,

“Sesungguhnyalah apa yang dikatakan oleh puteri hamba Milana itu. Semenjak dahulu, hamba adalah puteri Paduka yang setia.”

Nirahai merenggut kerudung yang menutupi mukanya dan tampaklah wajah yang cantik agung dan diliputi penderitaan batin itu.

“Suci (Kakak Seperguruan)....!”

Lulu menjerit saking kagetnya karena sedikitpun tidak pernah diduganya bahwa Ketua Thian-liong-pang, ibu Milana, adalah Nirahai!






“Nirahai....!” Kaisar juga berseru girang, lalu melangkah maju. “Aihhh.... jadi engkaukah yang selama ini menjadi Ketua Thian-liong-pang? Dan gadis ini.... dia anakmu....?”

Nirahai menggandeng tangan Milana, dibawa menghadap dan berlutut di depan Kaisar.
“Harap Paduka sudi mengampunkan hamba, Milana adalah anak hamba dan....”

“....dan dia cucuku! Ahhhhh!” Kaisar menyentuh kepada Milana dengan ujung jari tangannya. “Nirahai, sukurlah bahwa engkau sudah kembali. Sekarang, kuserahkan seluruh pengawal. Seperti dahulu, pimpin mereka membersihkan pemberontak-pemberontak laknat itu! Tangkap Yauw Ki Ong dan Bhong Ji Kun, seret mereka ke pengadilan! Dan.... wanita bernama Lulu ini, siapakah dia? Sumoimu?”

“Dia adalah Lulu, Sumoi hamba dan.... dialah bekas Ketua Pulau Neraka yang telah dibasmi oleh pasukan kerajaan.” Nirahai berkata dan Lulu sudah menjatuhkan diri berlutut.

Kaisar mengelus jenggotnya dan menarik napas panjang.
“Hemm...., semua adalah gara-gara perbuatan Bhong Ji Kun yang khianat. Dialah yang melaporkan kepadaku bahwa Pulau Es dan Pu1au Neraka merupakan kekuatan-kekuatan berbahaya dan perlu dibasmi, dan aku selalu percaya kepadanya. Apalagi karena aku mengira bahwa engkau berada di Pulau Es.... ahh, benar-benar menyesal sekali aku, telah mendengar bujukan Si Palsu itu.”

“Baik Thian-liong-pang, Pulau Es, dan Pulau Neraka tidak pernah memusuhi kerajaan!”

Nirahai berkata dan Lulu hanya menundukkan mukanya karena dia benar-benar menjadi bingung sekali setelah mendapat kenyataan bahwa Ketua Thian-liong-pang adalah Nirahai. Jadi puteranya, Wan Keng In, tergila-gila kepada anak Nirahai? Dan anak Nirahai berarti anak.... Han-koko, pikirnya terharu dan terkejut, karena bukankah sucinya itu pernah menjadi isteri Suma Han Si Pendekar Super Sakti?

“Si keparat Bhong Ji Kun yang berdosa. Nirahai, dan engkau Lulu, aku menyerahkan tugas dan kekuasaan kepada kalian berdua untuk membasmi pemberontak. Setelah itu barulah kita bicara. Nah, terimalah pedangku sebagai lambang kekuasaan tertinggi!”

Kaisar meloloskan pedang yang sarungnya bertahtakan naga dan burung Hong, menyerahkan pedang itu kepada Nirahai yang menerimanya sambil berlutut. Kemudian, dikawal oleh pengawal-pengawal pribadinya, Kaisar mengundurkan diri dan Nirahai lalu mengajak Lulu dan Milana untuk mengatur pasukan bersama para panglima istana yang kini menganggap Nirahai sebagai kepala mereka.

Para panglima yang tua tentu saja masih mengenal Nirahai dan mereka girang sekali mendapatkan pimpinan wanita sakti ini karena yang mereka lawan adalah Koksu yang dibantu oleh banyak orang lihai.

Akan tetapi, ketika Nirahai yang dibantu oleh Lulu mengerahkan pasukan untuk membikin pembersihan, ternyata bahwa Pangeran Yauw Ki Ong, Bhong-koksu dan semua pembantunya, diam-diam telah lolos dari kota raja dan melarikan diri ke utara untuk bergabung dengan sekutu mereka dan membentuk barisan untuk menyerang kerajaan secara terbuka!

Dengan penuh rasa penasaran, Nirahai lalu mengerahkan pasukan, melakukan pengejaran ke utara, tetap dibantu oleh Lulu. Adapun Milana tidak ikut membantu ibunya karena dara ini bersikeras untuk mencari ayahnya, menyerahkan pedang Hok-mo-kiam dan juga diam-diam dara ini mengkhawatirkan keadaan Bun Beng yang sama sekali tidak dia ketahui bagaimana nasibnya.

Berangkatlah pasukan besar yang dipimpin oleh Puteri Nirahai, menuju ke perbatasan utara untuk mengejar para pemberontak. Semangat pasukan itu besar sekali karena mereka menaruh kepercayaan penuh kepada Puteri Nirahai yang dahulupun telah amat terkenal sebagai seorang pemimpin yang pandai dan gagah perkasa. Apalagi karena Puteri Nirahai adalah puteri kaisar sendiri!

**** 085 ****





Tidak ada komentar:

Posting Komentar