FB

FB


Ads

Kamis, 22 Januari 2015

Sepasang Pedang Iblis Jilid 076

"Percuma saja, Pangcu. Memang benar hanya dia atau akulah yang akan dapat menyembuhkan luka beracun itu!"

Nirahai dan semua orang cepat menengok. Mereka sama sekali tidak mendengar ada orang datang dan tahu-tahu disitu telah berdiri seorang wanita cantik sekali biarpun usianya sudah tidak muda lagi, kurang lebih empat puluh tahun. Akan tetapi ada sesuatu yang amat mengerikan pada wanita ini yaitu mukanya. Mukanya itu berwarna putih seperti kapur!

Entah mengapa dia sendiri tidak mengerti, akan tetapi begitu melihat wanita ini, timbul rasa kasihan di dalam hati Milana! Gadis ini, dan semua anggauta Thian-liong-pang sama sekali tidak tahu bahwa pada saat itu, wajah di dalam kerudung Ketua Thian-liong-pang menjadi pucat sekali ketika dia mengenal wanita bermuka putih itu.

Tentu saja Nirahai mengenalnya karena wanita itu bukan lain adalah sumoinya sendiri ketika mereka berdua dahulu menjadi murid Nenek Maya. Wanita bermuka putih dan amat cantik itu bukan lain adalah Lulu!

"Bibi yang baik, benarkah Bibi akan dapat menyembuhkan mereka ini?"

Milana bertanya dan mengagumi wajah yang cantik itu. Sayang mukanya berwarna putih seperti kapur karena sesungguhnya wanita itu cantik sekali, terutama sekali matanya yang seperti bintang dan yang membuat dia merasa suka adalah karena wajah wanita ini mirip-mirip dengan wajah ibunya yang tersembunyi di balik kerudung.

Wanita ini mengangguk, mukanya tetap dingin sungguhpun sepasang mata yang indah itu memandang Milana dengan pernyataan rasa tertarik dan suka.

"Tentu saja aku dapat menyembuhkan mereka dengan mudah."

Nirahai menjadi curiga. Apakah hubungan Lulu dengan Pulau Neraka? Dan kemana saja selama ini perginya? Dia lalu melangkah maju, merubah suaranya menjadi suara Ketua Thian-liong-pang yang dingin dan berwibawa,

"Siapakah engkau? Dan bagaimana engkau begitu yakin akan dapat menyembuhkan luka mereka ini?"

Lulu menatap muka berkerudung itu, bertemu pandang dan ia kagum melihat sepasang mata yang begitu bersinar-sinar penuh semangat dan wibawa. Orang ini memang patut menjadi Ketua Thian-liong-pang yang terkenal pikirnya.

"Aku merasa yakin, Pangcu. Tidak ada orang lain yang akan dapat menyembuhkan mereka ini, biarpun engkau akan mendatangkan ahli-ahli pengobatan dari manapun juga, karena obat penawar racun ini hanya terdapat di Pulau Neraka."

"Hemm, kalau begitu, bagaimana engkau bisa mendapatkan obat penawarnya?"

Lulu hanya menggerakkan bibir sedikit sebagai pengganti senyum. Melihat ini, Nirahai bergidik. Dahulu Lulu adalah seorang wanita yang periang, jenaka dan ramah, mengapa sekarang menjadi segunduk es beku, dingin dan mengerikan?

"Pangcu, Wan Keng In yang melukai anak buahmu ini adalah puteraku, tentu saja aku bisa menyembuhkan mereka!"

Terdengar seruan-seruan kaget dan marah. Tang Wi Siang sudah melompat bangun dan memandang dengan mata terbelalak.

"Engkau.... Ketua Pulau Neraka....?"

Lulu mengangguk dan berkata muak,
"Bekas.... ketua boneka...."

"Iblis betina!"

Para anggauta Thian-liong-pang yang terluka itu kini serentak meloncat bangun dan menyerang Lulu, dipelopori oleh Tang Wi Siang, bahkan diikuti pula oleh beberapa orang anak buah Thian-liong-pang lain yang sudah berada disitu. Tidak kurang dari dua puluh orang menyerbu Lulu, ada yang memukul, ada yang mencengkeram, ada yang menendang.

Terdengar suara bak-bik-buk dan disusul teriakan-teriakan hiruk-pikuk ketika tubuh dua puluh orang itu terlempar ke sana-sini dan terbanting keras. Setelah semua penyerang roboh terjengkang, kini tampaklah Lulu yang masih berdiri dengan tenang dan matanya yang indah itu mengerling ke sekelilingnya dengan muka digerakkan ke kanan kiri.






Melihat mereka sudah mencabut senjata dan hendak bangkit lagi, Lulu mengangkat kedua lengan ke atas dan berkata, suaranya melengking nyaring dan penuh wibawa karena dikeluarkan dengan pengerahan khi-kang.

"Tahan....! Thian-liong-pangcu, mengapa engkau tidak menghentikan anak buahmu yang lancang dan bodoh ini? Kalau aku datang dengan iktikad buruk, perlu apa aku bicara lagi? Tanpa turun tanganpun, dengan membiarkan mereka, anak buahmu yang terluka itu akan mati semua. Kalau aku berniat jahat, perlu apa aku menawarkan penyembuhan?"

Nirahai sebetulnya tidak setuju dengan sikap anak buahnya tadi. Akan tetapi dia terlalu heran mendengar Lulu mengaku sebagai Ketua Pulau Neraka sehingga dia melongo dan tidak sempat melarang anak buahnya menyerang Lulu yang akibatnya amat luar biasa itu, yaitu anak buahnya terjengkang semua dan roboh seperti daun kering tertiup angin.

Kini dia cepat membentak,
"Kalian ini benar-benar kurang ajar. Hayo mundur semua dan jangan turun tangan kalau tidak ada perintah!" Kemudian Nirahai menghadapi Lulu dan berkata, suaranya masih dingin, "Jadi engkau adalah Majikan Pulau Neraka yang tersohor itu? Hemm, sungguh aneh. Akan tetapi, bicara tidak ada gunanya sebelum ada bukti iktikad baikmu. To-cu (Majikan Pulau), kau sembuhkan dulu anak buahku, barulah kita bicara."

Lulu mengangguk dan merasa kagum.
"Engkau patut menjadi Ketua Thian-liong-pang. Buka baju kalian bagian punggung dan berlututlah berjajar agar mudah aku mengobati kalian!"

Mereka yang terluka oleh pukulan Wan Keng In, yaitu Tang Wi Siang dan anak buahnya, segera menyingkap baju dan memperlihatkan punggung yang ada tandanya tapak tiga buah jari tangan merah, kemudian berlutut dan berjajar menjadi barisan punggung telanjang yang lucu juga. Kalau keadaan tidak demikian menegangkan, tentu kejadian ini akan menimbulkan ketawa.

Lulu memandang sekelebatan saja dan maklum bahwa puteranya telah menggunakan pukulan yang mengandung racun akar merah seperti yang diduganya, ketika tadi ia melihat akibat yang menewaskan seorang anggota yang terluka pada waktu Ketua Thian-liong-pang menorehnya dengan pisau untuk melihat darah dan menyelidiki racunnya.

Dia mengeluarkan sebungkus obat bubuk berwarna hijau. Dengan jari tangan kiri dia memukul punggung itu untuk memunahkan hawa pukulan puteranya, kemudian tangan kanannya melaburkan obat bubuk dan menekan-nekannya ke atas tanda tapak jari merah di punggung. Setelah selesai mengobati semua orang, dia berkata,

"Luka dipunggung akan terasa gatal-gatal dan mengeluarkan cairan, kemudian dalam waktu sehari akan kering seperti bekas luka yang merobek kulit. Kalian sudah sembuh, hanya sayang seorang diantara kalian tak tertolong." Ia memandang mayat yang masih menggeletak disitu.

Nirahai menghampiri Tang Wi Siang yang sudah membereskan bajunya.
"Bagaimana rasanya sebelah dalam tubuhmu?"

"Sesak napas dan rasa nyeri di perut sudah lenyap, Pangcu."

Nirahai lalu menjura kepada Lulu dan berkata,
"Terima kasih atas pertolongan To-cu, silakan To-cu masuk ke dalam dimana kita dapat bicara."

Lulu tadi mendengar pelaporan Tang Wi Siang akan sebab perbuatan puteranya yang melamar puteri Ketua Thian-liong-pang, maka dia mengangguk karena diapun ingin bicara akan hal itu. Tanpa bicara, kedua orang wanita aneh itu berjalan menuju ke dalam gedung, hanya diiringkan oleh Milana karena Nirahai memberi isyarat dengan gerak tangan kepada Sai-cu Lo-mo dan yang lain-lain untuk tidak mengganggu mereka.

Tiga orang wanita itu memasuki ruangan dalam dan duduk menghadapi meja. Sejenak mereka saling pandang, kemudian Nirahai berkata,

"Sungguh tidak pernah kusangka-sangka bahwa hari ini Thian-liong-pang akan menerima kunjungan To-cu Pulau Neraka seperti keadaan ini!"

Lulu menarik napas panjang.
"Harap jangan menyebut To-cu kepadaku karena sekarang Pulau Neraka sudah tidak ada lagi. Aku hanyalah seorang perantauan yang tidak mempunyai tempat tinggal, tidak mempunyai anak buah."

"Akan tetapi, anak buah Pulau Neraka masih berkeliaran dimana-mana!" Milana berkata, membantah.

Kembali Lulu menarik napas panjang.
"Itulah yang menyusahkan hatiku. Puteraku itulah.... ahhh, Pangcu. Justeru karena puteraku itulah maka aku sekarang berhadapan denganmu, dan marilah kita bicara sebagai dua orang ibu membicarakan masa depan kedua orang anaknya!"

Diam-diam Nirahai merasa terharu sekali. Wanita ini adalah Lulu! Lulu yang dahulu amat riang gembira dan jenaka itu. Dan kini putera Lulu ingin berjodoh dengan puterinya! Kalau saja keadaan ternyata lain, tidak seperti sekarang ini. Alangkah akan bahagianya peristiwa ini! Akan tetapi, Lulu adalah Majikan Pulau Neraka, sudah berubah seperti iblis betina, dan puteranya itu, demikian kejam dan kurang ajarnya!

"Maksudmu bagaimana, To-cu?" tanya Nirahai.

"Pangcu, terus terang saja, aku tidak sengaja masuk ke tempatmu untuk mengobati luka anak buahmu. Aku dalam perjalanan ke kota raja, di tengah jalan aku melihat anak buahmu yang terluka oleh pukulan Jari Tangan Merah, sebuah pukulan dari Pulau Neraka. Aku terkejut dan diam-diam aku mengikuti mereka. Setelah mereka masuk kesini menghadapmu, aku mengintai dan mencuri masuk taman, dan barulah aku tahu akan segala hal yang hebat itu. Tahu bahwa mereka adalah anak buah Thian-liong-pang, bahkan baru aku tahu bahwa mereka itu dilukai oleh puteraku, dan terutama sekali, baru aku tahu bahwa puteraku jatuh cinta kepada puterimu dan mengajukan pinangan kepadamu dengan cara itu!"

"Cara yang amat bagus!" Nirahai mencela.

Lulu menarik napas panjang.
"Agaknya tidak perlu dibicarakan lagi hal itu, Pangcu. Bukankah anak buahmu telah kusembuhkan? Hal itu berarti penebusan kesalahan puteraku. Yang penting sekarang, setelah aku mengetahui bahwa puteraku jatuh cinta kepada puterimu, tentu dia inilah puterimu dan aku tidak heran mengapa puteraku jatuh cinta kepada dara yang cantik jelita ini, maka aku mempergunakan kesempatan ini untuk mengajukan lamaran secara resmi."

"Tidak! Tidak bisa aku menerima ini! Puteramu begitu kurang ajar dan kejam!" Nirahai mengepal tangannya membentuk tinju.

"Sabarlah, Pangcu. Urusan jodoh adalah urusan dua orang anak yang hendak menjalaninya, bukan urusan kedua orang ibunya yang hanya akan menjadi penonton. Yang terpenting adalah anak-anak itu sendiri. Puteraku sudah jelas mencinta puterimu, maka setelah kini puterimu hadir pula, sebaiknya kita mendengar pendapatnya akan pinangan ini. Bukankah sebaiknya begitu?"

Nirahai terkejut. Benar-benar berubah hebat sekali Lulu ini, bicaranya sudah matang dan sikapnya begitu tenang! Dia merasa kalah bicara, maka sambil menoleh kepada Milana dia bertanya,

"Hemmm, coba kau yang menjawab, Milana. Bagaimana pendapatmu dengan pemuda itu? Maukah kau menerima pinangannya?"

Wajah Milana seketika berubah merah sekali, akan tetapi mulutnya cemberut dan ia bangkit berdiri.

"Aku tidak sudi! Aku.... aku benci kepadanya!"

Setelah berkata demikian, Milana membalikkan tubuh dan meloncat pergi dan meninggalkan dua orang wanita itu.

Lulu memejamkan kedua matanya. Melihat wajah yang berwarna putih itu membayangkan kedukaan, dan kedua mata itu terpejam, timbul rasa iba di hati Nirahai terhadap bekas sumoinya itu.

"To-cu, kau maafkan sikap anakku."

Lulu membuka matanya, memandang heran,
"Betapa anehnya! Aku mendengar bahwa Ketua Thian-liong-pang adalah seorang iblis betina yang kejam dan tidak mengenal peri kemanusiaan. Sekarang, anakku telah melakukan penghinaan kepadamu, dan anakmu baru bersikap sewajarnya seperti itu saja engkau mintakan maaf. Pangcu, apakah engkau ini seorang dewi berkedok iblis, ataukah seorang iblis bertopeng dewi? Aku memuji dan kagum kepada puterimu. Memang seharusnya begitulah sikap orang menghadapi urusan cinta. Kalau cinta mengaku cinta, kalau benci mengaku benci, tidak boleh pura-pura yang akan mengakibatkan kehancuran dan kesengsaraan seperti yang telah kualami!"

Jantung Nirahai berdebar keras. Rahasia apakah yang tersembunyi di balik muka seperti topeng berwarna putih itu? Apakah yang dialami oleh Lulu selama berpisah dengannya? Dahulu dia mendengar dari suaminya bahwa Lulu telah menikah dengan Wan Sin Kiat dan tentu Wan Keng In adalah putera Wan Sin Kiat. Apakah kini Wan Sin Kiat juga ikut menjadi pimpinan di Pulau Neraka?

"To-cu, marilah kita melupakan sebentar bahwa aku adalah pangcu dari Thian-liong-pang dan engkau To-cu dari Pulau Neraka, dan mari kita bicara seperti dua orang wanita. Engkau tadi bilang bahwa menghadapi urusan cinta tidak boleh berpura-pura karena akan mengakibatkan kesengsaraan seperti yang kau alami. Maukah engkau menceritakan kepadaku?"

Lulu memandang sepasang mata di balik kerudung itu.
"Andaikata engkau membuka kerudungmu dan aku melihat engkau sebagai seorang manusia, tentu aku lebih baik mati daripada menceritakan isi hatiku. Akan tetapi, berhadapan denganmu aku seperti berhadapan dengan bukan manusia, dan engkau malah ibu dari gadis yang dicinta puteraku! Hemm, kau dengarlah rahasia yang selama ini hanya kusimpan di dalam hatiku saja. Aku membenarkan puterimu karena perjodohan yang dipaksakan akan membawa akibat mengerikan, sebaliknya, cinta kedua pihak yang dipisahkan juga mendatangkan kesengsaraan. Bukan hanya akibat yang menimpa diri sendiri saja, akan tetapi juga menimpa kepada orang lain, kepada keturunan!”

“Aku sendiri mengalaminya. Aku mencinta seseorang, semenjak remaja puteri aku cinta kepadanya, dan dia cinta kepadaku, akan tetapi kami berpura-pura, malu untuk mengaku, sehingga aku dipaksa menikah dengan pria lain yang kusangka dapat kucinta sebagai pengganti dia. Sampai aku mempunyai seorang putera. Akan tetapi sia-sia belaka, aku tidak bisa memindahkan cinta kasih, akhirnya aku meninggalkan suamiku dan suamiku membunuh diri secara tidak langsung dan halus.... dan aku membawa anakku ke neraka dunia! Aihhh, itulah yang paling membuat hatiku menyesal, aku telah merusak anakku sendiri sehingga dia menjadi seperti itu....! Keng In.... akulah yang membuat engkau rusak.... kalau aku tidak menuruti hati yang dirundung kerinduan, dimabuk cinta kasih, dan aku rela berkorban, hidup di samping ayahmu, agaknya engkau sekarang telah menjadi seorang pendekar yang gagah perkasa dan terhormat.!"

Lulu menutup muka dengan kedua tangan untuk menyembunyikan kesedihannya yang tarpancar dari kedua matanya yang mulai membasah sehingga dia tidak melihat betapa mata di balik kerudung itu memancarkan pandang mata yang aneh sekali. Dia tidak tahu betapa jantung Nirahai seperti diremas-remas mendengar penuturannya itu, biarpun dia tidak menyebut nama karena Nirahai sudah dapat menduga siapakah pria yang dicinta oleh Lulu itu! Suma Han. Tentu saja! Setelah melihat Lulu dapat menguasai dirinya, Nirahai bertanya dengan suara biasa, namun dengan penekanan hatinya yang berdebar tegang.

"Lalu sekarang bagaimana dengan pria yang kau cinta itu?"

"Dia.... diapun seperti aku, dia.... dia menikah dengan wanita lain!"

"Hemm, dan dia masih mencintaimu?"

"Tentu saja, biarpun dia juga mengaku bahwa dia mencinta isterinya itu."

Jantung Nirahai berdebar makin kencang. Jadi Suma Han telah bertemu dengan Lulu dan mengaku bahwa suaminya itu mencintanya?

"Dan engkau?"

"Aku? Aku sekarang.... benci kepadanya! Aku sudah bersumpah untuk memilih antara dua, yaitu menjadi isterinya atau menjadi musuhnya sampai seorang diantara kami mati!"

Lulu menggenggam ujung meja saking gemasnya dan terdengar suara keras. Ujung meja itu hancur dan hangus!

"Kresss!"

Terdengar suara keras lain dan ujung meja di depan Nirahai juga hancur menjadi tepung diremas Ketua Thian-liong-pang ini. Dua orang itu saling pandang. Nirahai bangkit berdiri.

"To-cu, sekali lagi terima kasih atas pengobatanmu terhadap anak buahku. Dan sudah jelas bahwa pinangan anakmu itu kami tolak. Kalau engkau hendak menggunakan kekerasan seperti yang dikatakan anakmu, marilah aku siap melayanimu."

"Pangcu, biarpun aku pernah menjadi ketua boneka dari Pulau Neraka, namun dalam urusan cinta kasih, aku tidak mau bersikap keras. Bahkan aku akan menentang tindakan anakku kalau dia berkeras."

"Sesukamulah. Akan tetapi katakan kepadanya, kalau dalam sebulan dia tidak datang memenuhi ancamannya hendak membasmi Thian-liong-pang, aku sendiri yang akan mencari dia untuk memberi hajaran!"

"Hemm, kalau sampai terjadi demikian, sebagai ibu kandungnya sudah pasti aku akan membelanya!"

“Hemmm, kita sama lihat saja nanti!”

“Pangcu, kuharap saja tidak akan terjadi demikian karena engkau tentu akan mati di tanganku!”

“Itupun sama kita buktikan saja nanti!”

“Selamat tinggal!”

“Selamat berpisah!”

Tubuh Lulu berkelebat dan lenyap dari situ, menerobos jendela ruangan itu dan berloncatan dengan cepat sekali meninggalkan markas Thian-liong-pang. Perpisahan yang aneh antara dua orang wanita yang aneh!

Nirahai duduk termenung. Terlalu banyak peristiwa menimpanya pada hari itu. Pertemuan dengan suaminya. Disusul munculnya Lulu dengan ceritanya yang hebat! Berita yang dibawa Milana tentang niat jahat koksu, untuk membunuhnya! Terlalu banyak peristiwa hebat yang menghimpit perasaannya, membuat wanita berkerudung yang ditakuti lawan atau kawan ini termenung sambil menunjang dagu dengan tangannya.

**** 076 ****





Tidak ada komentar:

Posting Komentar