FB

FB


Ads

Selasa, 20 Januari 2015

Sepasang Pedang Iblis Jilid 066

Melihat datangnya serangan yang amat cepat itu, tahu-tahu tangan kiri wanita itu memukul ke arah ubun-ubun kepalanya. Wan Keng In terkejut juga, cepat ia miringkan kepala sambil melangkah mundur. Akan tetapi, Ilmu Silat Yan-cu-si-kun (Silat Sakti Bu-rung Walet) benar-benar hebat sekali, karena begitu pukulannya luput, dan tubuhnya melayang, cepat sekali tubuh wanita itu sudah berjungkir balik dan tahu-tahu kedua tangannya telah memukul lagi dari kanan kiri mengarah kedua pelipis!

“Plak-plak!”

Wan Keng In yang kaget sekali cepat menangkis dan tangkisan itu membuat tubuh Tang Wi Siang terpelanting! Sekarang wanita inilah yang terkejut. Kiranya pemuda itu memiliki kepandaian tinggi. Dia cepat meloncat dan mengirim Pukulan Touw-sin-ciang (Pukulan Menembus Hati) yang mengandung sin-kang kuat.

“Plakk!” kembali Wan Keng In menangkis dan sekali ini ia mengerahkan tenaga sehingga tubuh Tang Wi Siang terbanting keras.

Marahlah para anak buah Thian-liong-pang yang delapan orang banyaknya itu melihat wanita kepercayaan Ketua mereka roboh. Cepat mereka mencabut senjata dan menerjang maju, mengeroyok pemuda lihai itu. Tang Wi Siang juga sudah meloncat bangun dan mencabut pedangnya, mainkan ilmu Pedang Bu-tong Kiam-sut yang sudah disempurnakan oleh Ketuanya. Wan Keng In dikeroyok oleh sembilan orang yang semuanya bersenjata!

Namun pemuda itu sama sekali tidak menjadi gentar. Bahkan dia tersenyum, senyum yang membuat wajahnya makin menarik dan tampan. Dia sama sekali tidak mengeluarkan senjata, hanya meloncat ke sana-sini sambil berkata,

“Hemm, Bibi yang cantik, engkau agaknya yang menjadi pimpinan rombongan ini. Baiklah, aku akan membiarkan kalian menghadap Ketua kalian dan katakan bahwa aku akan menyembuhkan kalian kalau puterinya dijodohkan dengan aku. Kalau tidak, kalian akan tewas dan seluruh anggauta Thian-liong-pang akan kubasmi, kecuali puteri Ketua yang harus menjadi isteriku, mau atau tidak!”

Tentu saja kata-katanya itu membuat Tang Wi Siang dan teman-temannya menjadi marah sekali dan mereka tidak dapat menjawab saking marahnya, hanya mempercepat gerakan mereka menyerang dengan pergerahan tenaga sekuatnya. Ingin mereka mencincang hancur tubuh pemuda yang begitu kurang ajar, hendak memaksa nona mereka menjadi isterinya dan mengancam akan membasmi seluruh anggauta Thian-liong-pang kalau kehendaknya tidak dipenuhi! Mana di dunia ini ada kesombongan dan kekurang ajaran yang sehebat itu?

Akan tetapi, tiba-tiba pemuda itu mengeluarkan suara tertawa seperti ringkik kuda dan tiga orang yang menyerang paling dekat dengannya tiba-tiba menjadi lemas sehingga mereka tidak mampu mengelak atau menangkis lagi ketika tangan kiri pemuda itu menepuk punggung mereka, seorang sekali.

“Plak! Plak! Plak!” Tiga orang itu roboh terjungkal dan batuk-batuk, dari mulut mereka keluar darah merah.

Tang Wi Siang marah sekali, menggerakkan pedangnya dan menyerbu ke arah perut pemuda itu sambil menggerakkan tangan kiri pula untuk memukul dengan mengerahkan tenaga Touw-sim-ciang ke arah dada kiri Wan Keng In.

Pemuda itu mengelak sedikit untuk menghindarkan tusukan pedang, akan tetapi dia agaknya tidak tahu akan datangnya pukulan tangan kiri Wi Siang yang ampuh itu. Tang Wi Siang merasa girang sekali karena pukulannya mengenai sasaran yang tepat dan betapapun lihainya pemuda itu, pukulannya yang menembus jantung itu tentu akan merobohkahnya, atau sedikitnya melukai isi dadanya.

“Plakkk!”






Betapa kaget hati Wi Siang ketika telapak tangannya melekat pada dada kiri pemuda itu yang agaknya sama sekali tidak merasakan apa-apa dan bahkan kini tangan kanan pemuda itu telah mencengkeram pergelangan tangannya yang memegang pedang dan sekali memutar tubuhnya terbawa membalik dan sebuah tepukan pada punggungnya membuat Tang Wi Siang terguling, kepalanya terasa pening, tenggorokannya gatal membuat dia terbatuk-batuk dan muntahkan darah merah!

Cepat sekali Wan Keng In bergerak, tubuhnya seperti lenyap dan beruntun ia telah menepuk punggung lima orang gadis pelayan pembantu Tang Wi Siang sehingga mereka ini hampir tidak tahu apa yang membuat mereka roboh terguling, dan terbatuk-batuk mengeluarkan darah.

Sembilan orang itu, termasuk Tang Wi Siang yang amat lihai, telah roboh dan terluka oleh Wan Keng In dalam waktu beberapa menit saja! Kalau Tang Wi Siang tidak terkena pancingannya, tidak mengira bahwa pukulan Touw-sim-ciang sama sekali tidak dapat menembus kekebalan tubuh Wan Keng In dan kalau wanita itu menggunakan ilmu silatnya untuk mempertahankan diri, kiranya biarpun akhirnya dia akan roboh juga, namun sedikitnya pemuda itu harus menggunakan waktu yang lebih lama.

Namun, pemuda itu cerdik sekali dan dia sudah tahu akan kelihaian Tang Wi Siang, maka dia sengaja membiarkan dirinya terpukul untuk dapat merobohkan wanita itu dalam waktu yang lebih cepat.

“Bibi yang cantik, katakanlah kepada Ketuamu bahwa kalau dalam waktu sebulan dia tidak menerima pinanganku dan tidak mengumumkan bahwa puterinya telah menjadi tunangan Wan Keng In dari Pulau Neraka, kalian akan mati dan aku akan datang sendiri kesana untuk mengambil calon isteriku dan membasmi Thian-liong-pang. Akan tetapi kalau dia menerima pinanganku, Thian-liong-pang akan menjadi perkumpulan yang terkuat di dunia ini karena bantuanku!” Setelah berkata demikian, sekali berkelebat, bayangan pemuda itu lenyap dari dalam hutan.

Tang Wi Siang cepat meloncat bangun, menahan rasa nyeri di dalam dadanya. Ia melihat bahwa semua anak buahnya sudah dapat berdiri akan tetapi menyeringai tanda bahwa merekapun menderita nyeri. Tahulah dia bahwa mereka semua telah terluka di sebelah dalam tubuh oleh tepukan pada punggung tadi.

“Buka bajumu!”

Katanya kepada seorang anggauta Thian-liong-pang pria yang tadi telah dirobohkan. Orang itu membuka bajunya, setelah diperiksa ternyata di punggungnya terdapat bekas jari yang berwarna merah!

“Hemmm, pukulan beracun, seperti yang kuduga,” kata Tang Wi Siang yang memang sudah menduga bahwa tokoh Pulau Neraka itu tentu menggunakan pukulan beracun. “Manusia sombong itu! Apa dikira Pangcu kita tidak akan dapat menyembuhkan pukulan beracun macam ini saja? Hayo, kita cepat pulang menyusul Pangcu, membuat laporan agar Pangcu dapat mengobati kita dan mencari si keparat itu untuk diberi hajaran!”

Biarpun mulutnya berkata demikian, namun di dalam hatinya Tang Wi Siang merasa gelisah dan tegang sekali karena dari pertandingan tadi saja dia sudah maklum bahwa pemuda itu benar-benar memiliki kesaktian yang amat luar biasa!

Dengan perasaan tertekan sembilan orang itu melakukan perjalanan tergesa-gesa dan tanpa mengeluarkan kata-kata menyusul Ketua mereka, pikiran mereka tidak pernah terlepas dari tanda tiga buah jari merah yang menempel di punggung mereka dan tersembunyi di bawah baju masing-masing.

**** 066 ****





Tidak ada komentar:

Posting Komentar